TamiangNews.com, SINGKIL -- Belasan guru SMK Gunung Meriah, Aceh Singkil, menutup mulut dengan lakban hitam. Kemudian berdiri mematung di seberang pintu gerbang sekolah yang tergembok rantai, di pinggir jalan Singkil-Gunung Meriah, kawasan Gunung Lagan, Selasa (13/11).
Para guru tersebut ternyata melakukan aksi mogok mengajar ini guna menuntut Kepala SMK Gunung Meriah, M Saifullah, diganti karena kepemimpinannya dinilai otoriter dan banyak peraturan yang sudah disepakati dalam rapat, tetapi tak dijalankan. Jika tidak, mereka mengancam mogok belajar berlanjut.
Setelah beberapa jam melakukan aksi ini dan sempat memanjatkan doa sambil menangis terisak dengan duduk bersimpuh di tanah. Kemudian sujud lalu berdiri lagi meneruskan aksi mogok mengajar.
Awalnya aksi ala guru SMK Negeri Gunung Meriah, hanya mendapat perhatian pengguna jalan. Sedangkan di kompleks sekolah terlihat sepi, para siswa berada di dalam kelas. Namun tiba-tiba gaduh setelah siswa mengetahui gurunya tidak kunjung masuk kelas, padahal sudah pukul 09.00 WIB.
Mengetahui hal itu, ratusan siswa berlarian menuju pintu gerbang sambil teriak, bahkan menangis histeris meminta gurunya masuk mengajar. “Mengapa guru kami harus menutup mulutnya pakai lakban? Pak guru, bu, masuk kami mau belajar,” teriak seorang siswi sambil menangis histeris.
Sedangkan para siswa lelaki malah berusaha mendobrak pintu gerbang dan memukul kunci gembok menggunakan batu agar lepas. Keberingasan siswa bisa diredam setelah guru yang melakukan mogok mengajar menenangkan dari luar pagar. “Jangan merusak nak, masuk kelas biarkan kami guru yang berjuang,” kata seorang guru yang melakukan mogok mengajar.
Kemudian belasan siswi malah berhasil menerobos pintu gerbang yang tergembok itu, sehingga bisa ke luar. Di luar siswi memeluk gurunya sambil mengajak masuk ke kelas.
Aksi ini kemudian juga direspon oleh Ketua PGRI Aceh Singkil, M Najur, Pengawas Sekolah Kaspani, Komite Sekolah, Asril Nas, yang menjumpai para guru itu. Kepada mereka, para guru itu menyatakan akan terus melakukan mogok mengajar sebelum Kepala SMK Gunung Meriah diganti. “Kami sudah kirim surat ke Dinas Pendidikan dan pihak terkait, tapi tidak ada tanggapan. Ini langkah terakhir kami, mogok mengajar sebelum tuntutan dikabulkan,” ujar Abdurrazaq Sidabariba, guru yang mogok mengajar diamini guru lainnya.
Menurut para guru itu, mereka tidak mau lagi dipimpin M Saifullah lantaran dinilai otoriter. Kemudian banyak peraturan yang telah disepakati dalam rapat tidak terlaksana dan adik kandung kepala sekolah jarang masuk kerja, tetapi tidak permasalahkan. Persoalan lain adanya kutipan kepada siswa tanpa dibicarakan dengan guru dan wali murid. Malah ada guru yang mengaku diusir dari mess sekolah dan guru honor provinsi tidak gajian sudah delapan bulan.
Menanggapi aksi ini, Ketua PGRI Aceh Singkil, M Najur meminta guru kembali mengajar. Hal serupa juga disampaikan Pengawas Sekolah Kaspani dan Ketua Komite Asril Nas. “Mohon kembali mengajar. Masih ada jalan musyawarah,” kata M Najur.
Kepala SMK Gunung Meriah, M Saifullah, menyesalkan aksi mogok mengajar tersebut. Terkait adik kandungnya jarang masuk, ia beralasan lantaran jauh, namun pihaknya sudah mengupayakan agar pindah tugas. “Kalau tuntutan saya diganti, itu wewenang Dinas Pendidikan (Disdik),” ujarnya.
Terkait tudingan pengutipan uang pada siswa, Saifullah, menyatakan itu merupakan kebijakan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Kebijakan itu sebagai bentuk hukuman terhadap siswa yang lompat pagar. “Itu denda bagi siswa yang lompat pagar,” kilah Saifullah. [] SERAMBINEWS
![]() |
Foto : Serambinews |
Setelah beberapa jam melakukan aksi ini dan sempat memanjatkan doa sambil menangis terisak dengan duduk bersimpuh di tanah. Kemudian sujud lalu berdiri lagi meneruskan aksi mogok mengajar.
Awalnya aksi ala guru SMK Negeri Gunung Meriah, hanya mendapat perhatian pengguna jalan. Sedangkan di kompleks sekolah terlihat sepi, para siswa berada di dalam kelas. Namun tiba-tiba gaduh setelah siswa mengetahui gurunya tidak kunjung masuk kelas, padahal sudah pukul 09.00 WIB.
Mengetahui hal itu, ratusan siswa berlarian menuju pintu gerbang sambil teriak, bahkan menangis histeris meminta gurunya masuk mengajar. “Mengapa guru kami harus menutup mulutnya pakai lakban? Pak guru, bu, masuk kami mau belajar,” teriak seorang siswi sambil menangis histeris.
Sedangkan para siswa lelaki malah berusaha mendobrak pintu gerbang dan memukul kunci gembok menggunakan batu agar lepas. Keberingasan siswa bisa diredam setelah guru yang melakukan mogok mengajar menenangkan dari luar pagar. “Jangan merusak nak, masuk kelas biarkan kami guru yang berjuang,” kata seorang guru yang melakukan mogok mengajar.
Kemudian belasan siswi malah berhasil menerobos pintu gerbang yang tergembok itu, sehingga bisa ke luar. Di luar siswi memeluk gurunya sambil mengajak masuk ke kelas.
Aksi ini kemudian juga direspon oleh Ketua PGRI Aceh Singkil, M Najur, Pengawas Sekolah Kaspani, Komite Sekolah, Asril Nas, yang menjumpai para guru itu. Kepada mereka, para guru itu menyatakan akan terus melakukan mogok mengajar sebelum Kepala SMK Gunung Meriah diganti. “Kami sudah kirim surat ke Dinas Pendidikan dan pihak terkait, tapi tidak ada tanggapan. Ini langkah terakhir kami, mogok mengajar sebelum tuntutan dikabulkan,” ujar Abdurrazaq Sidabariba, guru yang mogok mengajar diamini guru lainnya.
Menurut para guru itu, mereka tidak mau lagi dipimpin M Saifullah lantaran dinilai otoriter. Kemudian banyak peraturan yang telah disepakati dalam rapat tidak terlaksana dan adik kandung kepala sekolah jarang masuk kerja, tetapi tidak permasalahkan. Persoalan lain adanya kutipan kepada siswa tanpa dibicarakan dengan guru dan wali murid. Malah ada guru yang mengaku diusir dari mess sekolah dan guru honor provinsi tidak gajian sudah delapan bulan.
Menanggapi aksi ini, Ketua PGRI Aceh Singkil, M Najur meminta guru kembali mengajar. Hal serupa juga disampaikan Pengawas Sekolah Kaspani dan Ketua Komite Asril Nas. “Mohon kembali mengajar. Masih ada jalan musyawarah,” kata M Najur.
Kepala SMK Gunung Meriah, M Saifullah, menyesalkan aksi mogok mengajar tersebut. Terkait adik kandungnya jarang masuk, ia beralasan lantaran jauh, namun pihaknya sudah mengupayakan agar pindah tugas. “Kalau tuntutan saya diganti, itu wewenang Dinas Pendidikan (Disdik),” ujarnya.
Terkait tudingan pengutipan uang pada siswa, Saifullah, menyatakan itu merupakan kebijakan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Kebijakan itu sebagai bentuk hukuman terhadap siswa yang lompat pagar. “Itu denda bagi siswa yang lompat pagar,” kilah Saifullah. [] SERAMBINEWS