Notification

×

Iklan

Iklan

Perbedaan Multikulturalisme Menjadi Pemersatu Bangsa Indonesia

Jumat, 12 Januari 2024 | Januari 12, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-12T01:20:11Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto : ILUSTRASI

Multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Dengan demikian multikulturalisme dapat diartikan sebagai sebuah paham yang mengakui adanya banyak kultur. Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuanakan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik (Choirul. 2006:75).


Secara sederhana multikulturalisme adalah sebuah paham yang membenarkan dan meyakini adanya relativisme kultur disebabkan adanya keragaman budaya, keragaman suku dengan kebudayaan khasnya. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang mempunyai suku, bahasa, agama, dan tradisi yang sangat banyak dari sabang sampai merauke, yang terdiri atas 38 Provinsi. Yang mana dari perbedaaan itu semua menjadi salah satu khas dari Indonesia sendiri, yang terkenal akan banyaknya budaya serta kekayaan alamnya. 


Karena adanya perbedaan suku, agama, bahasa, dan tradisi tersebut menjadikan masyarakat Indonesia menghormati dan menghargai satu sama lain, yang membuat persatuan bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke menjadi erat. Akan tetapi disisi lain perbedaan itu juga mempunyai sisi negatif yang dimiliki yaitu adanya perbedaaan dalam menghormati dan menghargai perbedaan tradisi yang membuat sedikit masalah, tapi sebenarnya sama-sama mempunyai tujuan yang baik.


Multikulturalisme di Indonesia


Dalam konteks Indonesia, sangat penting untuk kita ketahui sebagai warga Indonesia! Dalam konteks historis multikulturalisme itu sebenarnya adalah gagasan yang mengkampanyekan nilai-nilai perbedaaan sebagai sesuatu yang baik. Lawan dari multikulturalisme adalah monokulturalisme, yang menganggap seragam itu baik. Pemahaman ini malah membuat orang jatuh ke fanatisme kelompok sendiri, menyebabkan orang menutup diri dari kelompok yang berbeda. 


Menurut saya, pendidikan multikulturalisme juga merupakan suatu gagasan yang harus diterapkan di dunia pendidikan. Karena dalam dunia pendidikan terutrama pda profesi guru pasti kita akan memiliki anak didik yang berasal dari berbagai macam suku, budaya, dan agama, dan pastinya mereka mempunyai kulkur yang berbeda-beda juga. Tugas penting dariseorang guru yaitu memahami multikulturalisme sang anak agar perbedaan multikulturalisme itu bisa jadi pemersatu bukan pemecah bangsa kita yaitu bangsa Indonesia yang terkenal akan banyaknya kultur dari berbagai budayanya. 


Universitas Muhamadiyah Jakarta ini sangat mengedepankan multikulturalisme, karena mahasiswanya datang dari berbagai macam suku, bahasa, dan agama. maka dari itu kita harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain, walaupun kita datang dari berbagai daerah, kita tetap mengedepankan multikulturalisme untuk menjadi mahasiswa yang nasionalisme untuk negara kita Indonesia. Contohnya, walupun kita berada dilingkungan kampus islam bukan berarti mahasiswanya beragama islam semua, ada pula yang berasal dari agama lain, akan tetapi mereka yang bukan beragama islam menghormati orang yang beragama islam yang sedang melaksanakan ibadah dengan tidak berisik di sekitar tempat beribadah. 


Perbedaan Multikulturalisme Sebagai Pemersatu Bangsa


Mengapa perbedaan multikulturalisme dapat menjadi salah satu alasan pemersatu bangsa? Seperti yang kita lihat dari pernyataan diatas, disalah satu Universitas yaitu Universitas Muhamadiyah Jakarta yang mempunyai mahasiswa dari berbagai macam daerah dan pasti mempunyai berbagai macam bahasa, tradisi, kebiasaan bahkan agama yang berbeda, akan tetapi mereka tidak sama sekali untuk bersikap acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Mereka tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain, mulai dari hal kecil yang memang jarang dilakukan di dunia perkuliahan untuk melakuan hal tersebut, itu pun menjadi salah satu cara untuk mempersatukan perbedaan suku dan budayanya masing-masing serta dapat meningkatkan moral dan etika kita sebagai warga negara Indonesia.


Menurut Fuad Hassan, setiap masyarakat pendukung kebudayaan (culture bearers) cenderung menjadikan kebudayaannya sebagai kerangka acuan bagi kehidupan sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai kebersamaan yang unik. Oleh karena itu, perbedaan antarkebudayaan justru bermanfaat dalam mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut yang menjadi alasan pemersatu bangsa Indonesia.


Keragaman atau multikulturalisme merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini, dan di waktu-waktu mendatang. Multikulturalisme secara sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Sebaliknya, negara tidak mengandung kebudayaan nasional yang tunggal.


Akan tetapi, keragaman tersebut hendaklah tidak ditafsirkan. secara tunggal. Komitmen untuk mengakui keragaman merupakan salah satu ciri dan karakter utama masyarakat, negara-bangsa. Keragaman tidak lantas menjadi sumber kekacauan, distruksi sosial ataupun konflik yang berkepanjangan. Hal tersebut disebabkan adanya simbol-simbol, nilai-nilai, struktur-struktur, dan lembaga-lembaga dalam kehidupan bersama.


Masyarakat Indonesia adalah gabungan semua kelompok manusia yang hidup di Indonesia. Suatu kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, dan agama. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sederhana dapat disebut sebagai masyarakat "multikultural". Akan tetapi, keadaan multikultural tersebut berhadapan dengan kebutuhan untuk menyusun suatu kebudayaan nasional Indonesia yang dapat menjadi kekuatan pemersatu bangsa. 


Indonesia adalah negara yang memiliki etnis yang beragam. Hingga tahun 2016, tercatat sekitar 1.340 jenis suku di Indonesia. Oleh karenanya multikulturalisme menjadi sebuah keniscayaan di Indonesia. Namun akhir-akhir ini spirit keutuhan negara terancam oleh dampak negatif multikulturalisme tersebut. Perbedaan etnis seringkali menjadi akar konlik, misalnya perbedaan antara suku Dayak dan suku Madura, biasanya konlik terjadi karena adanya perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai, atau kebutuhan. Misalnya suku Madura memiliki perilaku yang langsung merespons dengan amarah dan cenderung melalui kekerasan, hal ini menimbulkan konlik dengan suku lain


Menurut saya, konsep multikulturalisme bukanlah hal baru yang ada di Indonesia. Adanya multikulturalisme juga ada kaitannya dengan NKRI yang mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Multikulturalisme didefinisikan secara umum oleh banyak kalangan sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnik atau budaya (ethnic and cultural groups) dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain. Multikulturalisme tentu saja memiliki dampak positif dan negatif.


Dampak Positif dan Negatif Adanya Perbedaan Multikulturalisme


Dampak positifnya bisa mengukuhkan persatuan, sementara dampak negatifnya bisa menyebabkan perpecahan. Saat ini, Indonesia sedang diuji dengan adanya ancaman akan keberadaan multikulturalisme. Dalam masyarakat banyak muncul sifat atau sikap egosentrisme, baik atas nama agama, suku, atau politik. Sifat atau sikap tersebut dapat berubah menjadi eksklusivisme dan pada akhirnya memicu perpecahan, apalagi jika ditambah dengan himpitan masalah ekonomi, sosial, serta budaya.


Bisa kita ambil dari konflik sampit yaitu, suatu tragedi kerusuhan yang melibatkan dua suku besar di Indonesia yaitu suku Dayak dan suku Madura pada tahun 2001 silam, konflik yang terjadi antara suku Dayak sebagai warga lokal dan suku Madura sebagai warga migran akhirnya pecah saat itu juga. Sebenarnya ada beberapa versi mengenai kronologi terjadinya konflik ini, salah satunya konflik ini terjadi setelah seorang warga Madura bernama Matayo diserang oleh sejumlah warga Dayak. Yang dimana penyerangan ini merupakan ajang balas dendam yang dilakukan suku Dayak terhadap tindakan yang dilakukan oleh warga Madura sebelumnya. 


Serangan yang diduga sebagai aksi balas dendam itupun mendapat perlawanan balik dari warga Madura. Pagi harinya pada tanggal 19 Februari, sejumlah warga Madura mendatangi rumah seorang dari suku Dayak bernama Timil, yang diduga menyembunyikan salah satu pelaku dari penyerangan sebelumnya. Pada saat itu Timil, sudah berhasil diamankan oleh pihak kepolisian. Namun warga Madura yang merasa tidak puas, langsung membakar rumahnya.


Pasca konflik, pihak Madura berhasil menguasai Kota Sampit sepenuhnya. Namun keadaan berubah pada tanggal 20 Februari 2001, ketika sejumlah besar orang Dayak dari luar kota juga datang ke kota Sampit untuk membantu melakukan penyerangan. Karena kejadian ini tidak dapat dihindari alhasil terjadilah saling serang, sehingga nyawa dan harta benda orang-orang yang tidak tahu apa-apa juga menjadi korban. Orang Dayak memenggal sedikitnya 100 orang Madura selama konflik itu terjadi. Jika kita melihat mengapa orang Dayak begitu kejam sehingga harus memenggal orang Madura, jika dikaitkan dengan budaya Dayak dimana mereka memiliki ritual Ngayau yang bisa diartikan berburu kepala manusia dan yang biasanya diburu adalah kepala musuh yang dapat mengancam keamanan masyarakat Dayak.


Dari tragedi yang menimpa masyarakat sampit atau kasus sampit bisa disimpulkan bahwa suatu masyarakat yang banyak suku bangsa rentan terhadap suatu permasalahan karena memiliki latar belakang yang berbeda karena keanekaragaman yang dapat dilihat dari berbagai aspek. Dimana konflik itu akan terus bertampah parah dan akan berdampak pada segala aktivitas di kehidupan sehari-hari terlebih lagi yang paling utama dapat menghambat jalannya Pembangunan.


Bagaimana solusi untuk menghindari adanya konflik seperti itu lagi?


Seperti pembahasan kita diawal yaitu penting untuk adanya pendidikan multikulturalisme, yang bisa diterapkan pada proses pendidikan atau pembelajaran, yang berguna untuk menanamkan rasa cinta kita kepada tanah air kita serta isinya yang memiliki banyak suku dan budaya dan perdedaan agama dari sabang sampai merauke. Dan bisa kita ambil kesimpulan dari konflik sampit tersebut bahwa perbedaan multikulturalisme juga mempunyai dampak negatis yang sangat besar.


Kesimpulan


Adanya perbedaan multikulturalisme mempunyai dampak positif dan negatif masing- masing, akan tetapi tujuan utama dari perbedaan multikulturalisme ini adalah untuk menjadikan bangsa Indonesia yang mempunyai rasa toleransi yang sangat besar akan banyaknya suku budaya yang berasal dari sabang sampai merauke. Untuk mempererat rasa kekeluargaan dan menambahkan rasa nasionalisme kita sebagai masyarakat Indonesia, dan rasa ini dapat menjadi pemersatu bangsa yaitu bangsa Indonesia.[]


Pengirim :

Icha Putri Utami, Universitas Muhammadiyah Jakarta, email : ichaputriutami713@gmail.com 

×
Berita Terbaru Update