Notification

×

Iklan

Iklan

Menjembatani Nalar dan Iman : Upaya Harmonisasi antara Sains dan Agama

Rabu, 14 Mei 2025 | Mei 14, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-14T06:21:10Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik


Sejak masa pencerahan, sains dan agama sering dipandang sebagai dua hal yang bertentangan. Sains dianggap sebagai hasil pemikiran rasional yang objektif, sementara agama lebih terkait dengan keyakinan yang bersifat subjektif. 

Namun, ketegangan ini sebenarnya lebih disebabkan oleh kesalahpahaman sejarah daripada perbedaan yang mendasar. Dalam tulisan ini, akan dibahas bagaimana rasio dan iman bisa saling melengkapi untuk membangun pemahaman yang menyeluruh tentang kenyataan.

Pada masa kejayaan perbedaan islam antara abad ke-8 hingga ke-13, terdapat contoh nyata integrasi antara sains dan agama. Tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi tidak hanya mengembangkan ilmu kedokteran dan filsafat, tetapi juga mendalami aspek keagamaan. Karya Ibnu Sina, Al-Qanun fi al-tibb bahkan menjadi acuan di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad. 

Mereka memandang mempelajari alam sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan, sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa ciptaan langit dan bumi adalah tanda bagi orang yang berpikir. Di sisi lain, insiden seperti kasus Glileo pada abad ke-17 menunjukkan bahwa konflik antara sains dan agama sering kali dipicu oleh faktor politik dan interpretasi, bukan karena ketidakcocokan intrinsik. 

Waktu itu Stephen jay Gould memeperkenalkan konsep NOMA (Non-Overlapping Magisteria), yang menyatakan bahwa sains dan agama memliki konsep yang berbeda tetapi saling melengkapi. Sains berfokus pada penjelasan tentang proses dan mekanisme alam, sedangkan agama memberikan makna dan tujuan hidup. Misalnya, sains menjelaskan evolusi melalui seleksi alam, sementara agama mengajarkan tanggung jawab moral manusia sebagai penjaga bumi. 

Untuk mewujudkan harmonisasi antara sains dan agama, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, dialog lintas disiplin seperti konferensi Science and Religion in islam yang diadakan di Jakarta, yang mempertemukan ilmuwan dan ulama untuk membahas isu-isu kontemporer seperti bioetika, perubahan iklim, dan kecerdasan buatan. 

Kedua, Pendidikan integratif seperti yang diterapkan di pesantren modern gontor, yang menyatukan pelajaran fisika dan biologi dengan tafsir Al-Qur’an, sehingga belajar ilmu alam menjadi bagian dari refleksi spiritual. Ketiga, pengembangan etika ilmiah yang berlandaskan nilai-nilai agama, khususnya dalam mengatur penggunaan teknologi baru agar tidak disalahgunakan, dengan prinsip-prinsip seperti maslahah dalam islam atau kasih dalam Kristen sebagai pedoman.

Meski demikian tantangan besar masih ada, terutama kelompok fundamental yang menolak teori-teori ilmiah tertentu dari kalangan ilmuwan yang menganggap agama sebagi mitos. Solusinya adalah dengan mengedepankan sikap rendah hati secara intelektual, mengakui bahwa baik sains maunpun agama memiliki keterbatasan dalam metode dan cangkupanya.

Kesimpulanya, harmonisasi antara sains dan agama bukanlah hal yang mustahil. Seperti yang dikatakan Albert Einstein, sains tanpa agama kehilangan arah, dan agama tanpa sains menjadi buta. Dengan menggunakan akal sebagai alat dan iman sebagai panduan menusia dapat menghadapi tantangan masa depan dari masalah lingkungan hingga eksplorasi luar angkasa dengan kebijaksanaan yang lebih mendalam.[] 

References

Kholid, I., & Supriyadi, H. (2021). Harmonisasi Sains dan Agama: Pengembangan Modul Biologi Berbasis Interkoneksi Sains dan Nilai-nilai Agama. Bioedukasi, 12(1), 58–70.

Bagir, Z. a. (2005). Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi. Mizan pustaka.

Kamaru, Y. (2025). Harmonisasi Sains dan Agama: Strategi Pemodelan dan Metodologi dalam Pembelajaran. Pendidikan Agama Pascasarjana, IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Ridwan, I. M. (2019). Harmoni, Disharmoni, dan Integrasi Antara Sains dan Agama. Jurnal Filsafat Indonesia, 1–15.

Penulis :

Fatkhilatunnnisa’, mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
×
Berita Terbaru Update