Foto/Ilustrasi
Generasi Z dan Dunia Digital: Antara Peluang dan Tantangan
Generasi Z adalah generasi yang tahir pada rentang tahun 2001 sampai 2010, mereka lahir setelah generasi milenial. Dan generasi ini lahir ketika era digital dan teknologi sedang berkembang. Di mana teknologi yang lengkap seperti Personal Computer (PC), ponsel, perangkat gaming dan internet sangat memberikan pengaruh terhadap pola keseharian mereka.
Mereka leih senang menghabiskan waktu luang mereka dengan scroll media sosial, menjelajahi berbagai macam web, dan lebih senang bermain di dalam ruangan dan bermain online daripada bermain di liar ruangan, sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.
Gen Z punya keterkaitan erat dengan teknologi, kebutuhan bergantung kepada internet baik di dunia sosial, pendidikan, dan pengetahuan akan suatu hal. Dengan hadirnya kemajuan teknologi mempermudah mereka akan hal tersebut.
Sehingga Dengan perkembangan teknologi yang pesat dan akses informasi yang mudah, pendidikan Generasi Z menghadapi berbagai tantangan dan peluang baru.
Ketergantungan mereka terhdapmedia digital tentunya akan membawa tantangan yang tidak bisa dihindari, sepeti mereka akan kaku berinterkasi di dunia nyata dikarenakan hampir semua kegiatan mereka didominasi di dunia maya. Hadirnya teknologi mengurangi kualitas interaksi antar sesama. Bahkan ketika ada waktu kumpul bersama misalnya di suatu cafe atau ada reunian angkatan maka mereka akan lebih memilih fokus dengan gawai dan dunia maya mereka masing-masing.
Dengan demikian untuk menghadapi tantangan ini, Gen Z sangat perlu untuk membangun kemampuan literasi digital yang kuat. Mereka haurs belajar untuk menyeimbangkan dan memanfaatkan teknologi secara bijak, dengan menjaga keseimbangan interaksi antara dunia nyata dan dunia maya. Dan tentunya pendidikan baik formal maupun non formal memiliki peran penting dalam membantu generasi ini mengembangkan keterampilan yang relevan di era digital.
Pendidikan Islam: Fondasi Toleransi di Tengah Keberagaman
Pendidikan Islam memainkan peran sentral dala membentuk pola pikir dan nilai-nilai masarakat Muslim baik untuk semua kalangan generasi, terlebih di zaman yang mana teknologi sangat berkembang pesat ini. Sebagai agama yang mengajarkan kedamaian dan kasih sayang, Islam menyediakan pedoman bagi umatnya dalam bersikap bijaksana dan saling menghargai dalam menghadapi perbedaan, baik perbedaan suku, budaya, ras maupun perbedaan agama.
Dalam pendidikan Islam peserta didik diminta untuk mengembangkan pemahaman spiritual yang telah mereka ketahui. Dengan demikian, pendidikan Islam berperan penting dalam mecetak generasi yang tumbuh dengan komitmen, berkontribusi dalam membangun masyarakat yang berdab, adil, serta mencapai tujuan kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.
Apabila proses pembelajaran dikemas secara inklusif, maka anak-anak dapat memahami inti agama mereka tanpa menafikan keberagaman yang ada. Misalnya, kurikulum yang diterapkan di Indonesia memfasilitasi pemahaman lintas agama, adanya dialog keagamaan, serta apresiasi yang diberikan kepada budaya lokal,yang mana dapat membantu mecetak sikap toleransi sejak dini. Dengan demikian Gen Z tidak hanya mahir teknologi, teapi juga berhati lapang dalam menghadapi perbedaan ang nyata di masyarakat.
Media Sosial: Sarana Dakwah atau Ladang Konflik?
Setelah diberikan fondasi nilai mderasi, tantangan berikutnya adalah bagaimana anak muda memanfaatkan platform digital. Penggunaan media sosial seperti YouTube, Instagram, dan TikTok bisa saja digunakan sebagai sarana dakwah. Yaitu dengan mereka membagikan vidio nasihat-nasihat singkat yang menyejukkan hati, tausiah ataupun konten edukatif bermanfaat lainnya.
Namun sayangnya, penggunaan medi sosial tersebut juga isa tak terkendali. Seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, atau provokasi atas nama agama mudah saja terjadi tanpa filter kritis, seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu. Maka dari itu, anak muda sanagat perlu untuk dibelaki etika atau adab penggunaan digital.
Sebelum mereka menybar konten, ataupun membat suatu postingan maka mereka harus memikirkan apakah hal tersebut patut untuk disebarkan, bisa memverikan manfaat bagi orang lain, tidak menjatuhkan oknum manapun dan tidak membahyakan. Pada intinya,iterasi digital dan nilai agama harus tetap berjalan beriringan, agar media sosial bisa menjadi ladang keberkahan, bukan ladang konflik.
Kolaborasi Lintas Generasi: Membangun Ekosistem Pendidikan Islam yang Relevan
Pendidikan Islam di era digital dapat berdampaknata apabila adanya kolaborasi antara generasi. Kerjasama antara guru, orang tua, dan tokoh agama akan membawa wawasan kultural dan pengalaman yang banyak. Sedangkan generasi muda dapat memberikan energi baru melalui kreaivitas digital. Dengan adanya kolaborasi ini tidak hanya memberikan kemudahan unuk akses materi, namun juga dapat meningkatkan pemahaman terhadapnilaiIslam melalui pendekatan yang interaktif dan relevan dengan era digital sekarang.
Berdasarkan hasil penelitian mengaakan bahwa penggunaan media digital yang dikontekstualisasikan dengan nilai agama sangat membantu siswa untuk mendalami ajaran islam secara lebih mendalam. Dengan demikian dapat memberikan gambaran bahwa kolaborasi antara generasi, yaitu para pendidik, yang memahami nilai tradisional dan siswa yang sudah sangat akrab dengan teknologi ini dapat meciptakan ekosistem pembelajaran yang lebih adaptif, kiritis namun tetap berbasis karakter.
Kolaborasi lintas generasi ini sangat efektif untuk dilakukan karena dapat memperbaharui kurikulum dan metode pengajaran sehingga dapat sesuai dengan dinamika sosial dan digital serta mampu menahan pengaruh ideologi ekstrim. Dengan demikian, anak muda dapat menghadapi konten-konten radikal yang ada di ruang digital dan juga teknologi pendidikan sebaiknya tidak diciptakan sendirian, dia perlu dibangun bersama, dalam bingkai nilai moderasi dan inklusivitas, agar dampaknya terasa kuat dan bermanfaat bagi semua kalangan.
Kesimpulan: Menuju Generasi Muslim yang Toleran dan Melek Digital
Kenangan hidupdi era digital ini tentunya memberikan sisi positif dan negatifnya. Akses internet mudah, tapi arus informasi juga memuncak. Gen Z bisa memilih jalan mana yang akan mereka lalui ketika hidupdi era digital ini. Maka dengan dibekali fondasi agama yang kuat, literasi digitalyang kritis, dan kesempatan untuk berkreasi bersama lintas generasi maka akan sangat dapat membatu mereka dalam bertahan dan melalui kehidupan agar tetap dalam lingkar kebaikan di era ini.
Dengan menjadikan keberagaman sebagai kekayaan, serta media sosial sebagai sarana dakwah, kita telah menyiapkan generasi Muslim yang bukan hanya melek gadget, tapi juga cerdas moral. Inilah generasi yang layak disebut agen perubahan, tidak tergelincir dalam ekstrem, tetapi memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan pesan kebaikan dan toleransi di masyarakat modern.[]
Penulis :
Nadia, mahasiswa STITMA Yogyakarta