Foto/Ilustrasi
Mata kuliah Studi Islam merupakan bagian penting dalam Pendidikan Perguruan Tinggi, khususnya di kampus berbasis keislaman. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang Al-Qur’an dan Hadis secara tekstual, tapi juga diajak untuk memahami Islam dalam kehidupan nyata, seperti dalam hal sosial, budaya, dan tantangan zaman modern.
Namun, walaupun mata kuliah ini sudah berjalan dengan cukup baik, masih ada beberapa hal yang bisa diperbaiki. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat apa saja kelebihan yang sudah ada, serta kekurangan yang perlu diperhatikan dan perlu diperbaiki agar proses belajar mengajar menjadi lebih menarik, interaktif, dan bermanfaat.
Kelebihan yang Ditemukan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, banyak mahasiswa merasa bahwa mata kuliah Studi Islam sangat penting dan bermanfaat. Mereka menganggap pelajaran ini membantu mereka memahami agama secara lebih dalam dan luas. Materi seperti sejarah Islam, metode belajar Rasulullah, hingga teori kepribadian dalam Islam sangat menarik bagi mahasiswa.
Beberapa metode yang digunakan dosen, seperti diskusi kelompok, studi kasus, dan presentasi, juga dianggap cukup efektif. Mahasiswa merasa lebih aktif saat berdiskusi, lebih percaya diri ketika presentasi, dan lebih paham saat mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan yang menghubungkan nilai-nilai Islam dengan persoalan modern seperti HAM atau teknologi dinilai sangat membantu.
Sejalan dengan Nata (2012), yang menyatakan bahwa “metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang tampak dalam kenyataan historis, empiris, dan sosiologis, sedangkan metode teologis‑normatif digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam kitab suci”, pendekatan kombinasi ini memperkaya pemahaman mahasiswa terhadap agama baik secara tekstual maupun kontekstual. (
Kekurangan yang Perlu Diperbaiki
Meski banyak hal positif, masih ada beberapa kekurangan yang dirasakan mahasiswa. Salah satunya adalah metode ceramah yang masih terlalu sering digunakan. Banyak mahasiswa merasa bosan karena metode ini membuat mereka hanya mendengarkan tanpa banyak terlibat.
Selain itu, kurangnya bimbingan dari dosen saat mengerjakan tugas-tugas analisis atau studi kasus juga menjadi masalah. Beberapa mahasiswa merasa bingung atau kesulitan ketika diminta berpikir kritis tanpa arahan yang jelas.
Pendekatan kontekstual, seperti membahas isu-isu modern dari sudut pandang Islam, juga belum merata diterapkan oleh semua dosen. Beberapa mahasiswa bahkan lupa apakah topik seperti lingkungan atau teknologi pernah dibahas, yang menunjukkan perlunya penguatan pendekatan ini.
Saran dan Harapan Mahasiswa
Dari hasil wawancara, mahasiswa berharap proses pembelajaran bisa dibuat lebih santai, tapi tetap bermakna. Mereka menyarankan agar dosen lebih dekat dan memperhatikan mahasiswa satu per satu. Pendekatan diskusi dan belajar aktif perlu lebih sering digunakan, dan jika memungkinkan, pembelajaran dikaitkan dengan contoh nyata yang dekat dengan kehidupan mahasiswa.
Selain itu, fasilitas pendukung belajar, seperti buku referensi, alat presentasi, atau proyektor, perlu ditingkatkan. Mahasiswa juga menginginkan lebih banyak ruang untuk menyampaikan pendapat dan berpikir secara kritis, tidak hanya menerima materi begitu saja.
Kesimpulan
Secara umum, mata kuliah Studi Islam di perguruan tinggi sudah berjalan dengan baik dan mendapat respon positif dari mahasiswa. Pembelajaran yang menggabungkan teks agama dengan konteks kehidupan sangat membantu pemahaman mereka. Namun, untuk membuat pelajaran ini lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan zaman, perlu ada peningkatan dalam hal metode pengajaran, pendekatan yang digunakan, serta fasilitas pembelajaran.
Dengan pendekatan yang lebih interaktif, dosen yang lebih membimbing, serta mahasiswa yang lebih semangat, mata kuliah Studi Islam bisa menjadi lebih hidup dan bermakna, tidak hanya untuk nilai akademik, tetapi juga untuk bekal kehidupan di masa depan.[]
Penulis :
Maulida Miftahul Jannah, Naflatul Jahidah dan Fakhitah (mahasiswa STITMA Yogyakarta)