Belli Samudra #Anak Nelayan (Foto/dok. pribadi)
Di Bangka Barat mayoritas masyarakatnya berprofesinya sebagai Nelayan sebagai mata pencaharian utama mereka yang menjadi sumber pengahasilan selain sebagai petani saat ini laut sedang tidak baik baik saja karena ada aktivitas Kapal penghancur masa depan (KIP) Kapal Isap Produsi di laut Bembang. Laut itu Nafas dan Kehidupan Nelayan jika laut rusak hilang sumber mata pencarian utama Nelayan. Perairan Bembang bukan hanya sekadar laut, melainkan nyawa dan identitas bagi ratusan keluarga nelayan di Bangka Barat. Mayoritas berburu ikan kecil seperti bilis, dan udang sumber utama penghasilan dan makanan harian. Selain itu, sebagian masyarakat menanam padi atau buah buahan dan sayur sayuran, tetapi sumber utama tetap datang dari laut.
Namun, kondisi saat ini kini terancam oleh aktivitas KIP, termasuk 4 unit yang beroperasi sejak awal Juni 2025 di perairan Bembang dan Teluk Nipah Ironisnya, alat tambang ini legal beroperasi namun diskriminatif dalam hal dampak. Saat lumpur hasil isapan tersebar, bukan pasangan tambang yang terkena, melainkan ekosistem laut lokal nelayan yang terkubur.
Dalam Hasil Tangkapan Dampak nyata dari aktivitas KIP adalah sedimentasi dan kekeruhan air lumpur berubah menjadi musuh utama. sejak mereka mulai beroperasi, lumpur dari hasil isapan masuk ke wilayah laut Desa Air Nyatoh, dan karena aktivitas tersebut hasil tangkapan pun langsung menurun Bahkan dalam waktu seminggu pendapatan merosot drastis, akibat musnahnya populasi ikan kecil dan biota dasar, termasuk habitat wak wak (cacing laut) yang terdalam lumpur KIP. Bisa dibayangkan, luas zona perkiraan 92 hektar laut tersapu saat titik isap berjalan. Zonasi yang sudah diizinkan tapi Amdalnya juga di pertanyakan? aktivitas tersebut malah menyebabkan zona penangkapan nelayan semakin menyempit tanpa solusi pengamanan yang jelas.
Jika KIP terus beroperasi maka Kehidupan Mereka Terancam, membunuh kehidupan nelayan secara perlahan. Kehidupan 80 % warga Air Nyatoh hidup dari laut Bila aktivitas nelayan lumpuh, terjadi krisis pangan lokal, pendapatan terputus, hingga anak-anak tak bisa bersekolah, karena uang dari laut yang menipis. Bukan hanya kehilangan pekerjaan, tetapi juga fragmentasi psikologis dan kultural mereka sebagai nelayan – mereka bukan pebisnis skala besar, hanya rakyat yang ingin hidup tenang dari laut.Jika lumpur terus masuk tak terhenti, akan muncul efek domino kemiskinan struktural, migrasi ke kota, dan potensi konflik agraria di perdesaan.
Lindungi Laut Aset Nelayan Hentikan segera sampai kajian dampak lingkungan selesai dan disosialisasikan kepada nelayan. Untuk melindungi hak dasar nelayan dan menjaga kestabilan sosial-ekonomi, Laut Bembang bukan komoditas tambang ia adalah akar kehidupan masyarakat Air Nyatoh. Aktivitas KIP mungkin menguntungkan secara industri, tetapi biaya ekologi dan sosialnya justru menimpa nelayan tradisional. Bila suara dan keluhan 600 warga yang hidupnya bergantung pada laut ini diabaikan, bukan hanya ekosistem yang hancur, tetapi juga warisan budaya dan keadilan sosial.
Karena itu, kami meminta satu hal sederhana usir aktivitas KIP yang merusak zona tangkap nelayan. Bukan anti-tambang, tapi pro-kehidupan. Laut harus kembali menjadi aset yang terjaga, bukan tambang lumpur. Demi nelayan Bembang, jika laut di rusak para nelayan kalau bukan laut apa lagi yang menjadi mata pencarian mereka jika mohon jangan mementingkan diri sendiri. Save laut dari kapal penghancur (KIP) demi Bangka Barat, demi Indonesia yang memprioritaskan rakyat pesisirnya.[]
Penulis :
Belli Samudra #Anak Nelayan, mahasiswa Jurusan Hukum Universitas Bangka Belitung email, bellisamudra034@gmail