Foto/Ilustrasi
Mengingat situasi global saat ini, mengembangkan generasi muda yang kompetitif merupakan sebuah tantangan penting. Kualitas tenaga kerja yang rendah disebabkan karena tingkat pendidikan penduduk yang rendah atau belum memadai dengan jenis pekerjaan yang tersedia (Desi Devrika Devra, 2022).
Kaum muda adalah aset berharga bagi pembangunan suatu negara, dan membekali mereka dengan keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang mereka perlukan untuk bersaing di pasar tenaga kerja yang kompetitif merupakan investasi penting di masa depan mereka.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 60% penduduk Indonesia berada pada usia produktif (15–64 tahun), dan sekitar 29% merupakan usia muda (16–30 tahun). Ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada dalam masa bonus demografi.
Krisis Kepercayaan terhadap lembaga negara berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia tahun 2023, hanya sekitar 33% anak muda yang percaya terhadap partai politik, dan kurang dari 50% yang puas terhadap kinerja DPR dan institusi pemerintah lainnya.
Hal ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan antara negara sebagai institusi dan generasi muda sebagai warga negara. Dan partisipasi politik masih rendah karena dalam Pemilu 2019, meskipun suara pemilih muda (17–35 tahun) mendominasi, partisipasi aktif mereka dalam politik seperti menjadi anggota partai atau ikut diskusi kebangsaan masih tergolong rendah.
Menurut LIPI, hanya sekitar 7% anak muda yang aktif dalam organisasi politik. Meningkatnya aksi sosial dan kewirausahaan sosial, di sisi lain generasi muda justru sangat aktif di sektor non-formal. Banyak anak muda yang terlibat dalam kegiatan sosial, komunitas lingkungan, edukasi, hingga start-up sosial.
Namun, ketika negara dianggap gagal dalam hal-hal tersebut, maka muncul rasa kecewa, sinis, bahkan apatis. Banyak anak muda yang merasa tidak didengar, atau tidak diberi ruang untuk terlibat dalam pembangunan.
Inilah saatnya generasi muda mengambil posisi sebagai subjek, bukan objek dalam perjalanan negara. Jangan menunggu negara sempurna untuk mulai peduli. Kepedulian tidak harus dimulai dari panggung besar. Bisa dimulai dari memilih pemimpin yang baik, melawan hoaks, peduli lingkungan, hingga membantu sesama di sekitar. Jangan apatis.
Negara ini milik kita. Kalau kita terus diam, maka suara kita akan digantikan oleh mereka yang tidak peduli. Kalau kita terus berpangku tangan, masa depan bangsa akan ditentukan oleh segelintir orang yang mungkin tak punya visi kebangsaan.
Maka, mari ambil bagian! Jadilah pemilih cerdas saat pemilu, ikut organisasi kemahasiswaan atau komunitas sosial, suarakan aspirasi lewat cara damai dan cerdas dan gunakan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai positif dan nasionalisme.
Demi mewujudkan generasi muda yang berdaya saing untuk masa depan bangsa Indonesia pada aspek tingkat pendidikan termasuk dalam kategori sudah mengalami peningkatan dengan adanya program pemerintah semua anak bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Namun, masih terdapat tantangan yang harus diperhatikan, seperti infrastruktur pendidikan yang kurang memadai. Dalam aspek keterampilan dan kompetensi terus mengalami perkembangan yang ditandai dengan generasi muda saling berkolaborasi menggunakan platform digital dengan menciptakan ide yang kreatif dan inovatif.
Kemudian dari aspek inovasi dan kreativitas generasi muda Indonesia saat ini telah menunjukkan potensi yang sangat besar dalam meningkatkan kemajuan bangsa dengan memiliki ide-ide yang kreatif, tidak sedikit pemuda yang sudah memiliki usaha di berbagai bidang, dari usaha kecil-kecilan hingga usaha yang memiliki banyak peminat serta pemasukan yang banyak.[]
Penulis :
Siti Zamjiatullatifah, mahasiswa Progam Studi Ekonomi Syariah Universitas Pamulang