Notification

×

Iklan

Iklan

Misteri Dibalik Pantun Asam Kandis Asam Gelugur

Sabtu, 16 April 2016 | April 16, 2016 WIB | 0 Views Last Updated 2017-10-29T09:20:06Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
TamiangNews.com, RAGAM - Asam Kandis Asam Gelugur, Ketiga Asam si Riang-Riang. Menangis Mayat di Pintu Kubur. Teringat Badan Tidak Sembahyang! Inilah sebuah pantun yang sangat terkenal di tanah Melayu.

Pantun ini memang ber­makna ajakan untuk selalu mengingat sholat bagi umat Islam. Namun dibalik itu, rekan-rekan jelajah ternyata pantun ini memuat sebuah misteri. Jika sebelumnya kita mengartikan bahwa pantun itu hanya berarti secara harfiah yang hanya mengungkap sebuah keindahan bahasa, tetapi setelah berkembangnya ilmu dan teknologi pantun itu berarti sebuah fakta.

Sebenarnya, di dalam pantun itu ada tiga jenis tanaman yang selama ini hanya dikenal seba­­­gai tanaman biasa sebagai pe­lengkap bumbu masak. Setelah Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu Tropika) bekerjasama dengan Lembaga dunia Bioversity International mengumpulkan selu­­ruh plasma Nutfah kerabat mang­gis diketahuilah manfaat tiga tanaman itu untuk kesehatan manusia.

Tiga tanaman itu adalah asam kandis, asam gelugur dan asam riang-riang. Buat rekan jelajah inovasi jangan kaget mendengar nama asam yang ketiga itu. Tanaman ini dikenal oleh masya­rakat Sijunjung dengan nama “Asam Riang-riang”. Jenis asam ini memiliki kandungan asam yang tinggi dan anehnya, jika kita membuka buah asam riang-riang, maka dengan seketika akan tercium baru harum sekali, namun setelah berselang beberapa saat bau harum itu akan berubah menjadi bau busuk. Mungkin dengan sifat­nya yang aneh ini, tanaman ini disebut asam riang-riang.

Menurut masyarakat setempat jenis asam ini sangat langka dan sudah sulit ditemukan di hutan. Namun untuk asam kandis dan asam gelugur, masih bisa ditemukan, kendatipun bela­kangan ini sedang marak terjadi penebangan liar yang memburu pohon asam gelugur.

Asam gelugur yang dulu hanya pantun kini telah berkembang menjadi produk olahan teh kesehatan yang telah dipasarkan ke luar negeri. Garci-tea ini sangat bermanfaat menurunkan kolesterol, menurunkan berat badan, anti oksidan dan masih banyak lagi manfaatnya.

Misteri tiga asam dalam pantun itu terkuak setelah Tim Jelajah Inovasi berkunjung ke Balai Penelitian Buah Tropika, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Bagi rekan-rekan Jelajah Ino­vasi yang belum sempat untuk singgah ke Balitbu Tropika, maka ada baiknya dijelaskan bahwa kantor itu berada pada jalur lintas Sumatera. Dari Kota Padang, perjalanan darat bisa ditempuh dalam waktu 1,5 – 2 jam.

Di Balai ini ada banyak sekali jenis tanaman dan inovasi buah tropika yang bisa kita gali. Hebatnya lagi, bukan hanya kita akan mendapatkan ilmu pengetahuan seputar buah tropika, tetapi jika kabupaten ini dijadikan objek wisata alam sangat tepat sekali. Kekayaan panorama alam baik pegunungan, lembah dan danau bisa kita dapatkan semua, misalnya saja jika kita hendak ke Danau Singkarak, maka jaraknya hanya sekitar 3 km dari kantor Balitbu Tropika tersebut.

Kecamatan Sijunjung adalah kecamatan yang memiliki ke­kayaan hayati yang sangat besar, bahkan di kecamatan ini  populasi tiga jenis asam tersebut terbesar di Indonesia. Dari hasil pengumpulan keragaman hayati, Sijunjung memiliki populasi ter­tinggi di Indonesia.

Objek Wisata

Bagi rekan-rekan yang sempat mengunjungi Balitbu Solok, jangan sampai dilewatkan beberapa objek wisata disana. Di Kecamatan Perwakilan Sijunjung tepatnya di desa Sungaijodi terdapat sebuah rumah besar (Rumah Gadang) yang bernama Rumah Gadang 13 Ruang Suku Dalimo. Menurut juru kunci rumah tersebut, Rumah Gadang 13 ruang ini dulu memang memiliki 13 ruang (kamar), bangun­an ini konon djadikan tem­pat pertemuan. Tidak begitu jauh dari rumah tersebut, terdapat istana  dan makam para  Raja Jambu Lipo.

Objek wisata yang lebih unik lagi adalah tradisi masyarakat Sijunjung memanen madu lebah yang menempel di sisi bukit batu. Batu lebah ini terletak tidak jauh dari desa Latang. Panen lebah ini hanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu saja. Anehnya, lebah-lebah itu menempel di sisi terjal batu-batu yang menyusun bukit tersebut dan tidak pernah berpindah tempat. Ratusan sarang lebah yang menempel ini menjadi pemandangan yang unik. Subhanallah!

Nah sebelum mengujungi objek-objek itu, ada baiknya rekan-rekan jelajah berkeliling dulu di kawasan Balitbu Tropika, karena saat ini balai itu tengah berbenah diri menjadi salah satu objek wisata. Sangat cocok untuk lokasi jogging, outbond, atau tempat peristirahatan. Dari salah satu titik tertinggi di Kebun Percobaan Aripan bisa kita saksikan ben­tang­an Danau Singkarak yang menyejukkan mata.  (sinartani)
×
Berita Terbaru Update