TamiangNews.com, BANDA ACEH - Dukungan resmi dari DPW Partai Keadilan Sejahtera kepada Muzakir Manaf untuk menjadi gubernur periode2017-2022 langkah cerdas memanfaatkan momentum, ketika partai nasional lain belum bersikap PKS menjadi pioner dalam mendukung Mualem. Bahkan dukungan PKS secara kepartaian terhadap Mualem sudah jauh-jauh hari di prediksikan, demikian disampaikan Aryos Nivada, M.A Pengamat Politik dan Keamanan Aceh yang juga Peneliti Jaringan Survei Inisiatif melalui releasenya yang diterima TamianNews.com Jumat (20/5).
Menurutnya, selama ini publik mengetahui bahwa posisi PKS selalu berada di kubunya Mualem atau Partai Aceh, sehingga tidak kaget dengan keputusan mendukung Mualem.
Apabila dilihat dari sisi keuntungan bagi Mualem ketika PKS mendukung tidak terlalu signifikan pengaruhnya, karena basis PKS tidak begitu besar terlihat dari perolehan kursi di DPRA hanya 4 kursi. Tetapi daya militansi dari kader PKS dapat menjadi tambahan energi memenangkan Mualem menjadi gubernur mendatang. Apalagi suara kader PKS sangat solid dalam mengarahkan dukungan, ketika instruksi partai mendukung salah satu kandidat.
Untuk strategi branding dan menggunakan issue dalam strategi politik, PKS sangat berbeda dibandingkan dengan partai lain. Dikarenakan bahasa dan cara mengorganizer media dan issue sangat lihai dan kreatif. Ditunjukan PKS memiliki kelebihan dalam hal penguasaan IT dan memanfaatkan sosial media dalam mengelola issue. Mereka memiliki cyber army dalam dunia media sosial.
Dukungan PKS ke Mualem harus jelas konsensus (kesepakatan), jangan sampai PKS tertipu dengan janji politik Partai Aceh. Ujung-ujungnya PKS tidak mendapatkan apa pun paska terpilihnya Mualem jadi gubernur nantinya. Tidak menutup kemungkinan Mualem mengusung kader PKS menjadi wakil gubernur, seperti Nasir Djamil, Raihan Iskandar, dan lain-lain.
Dalam hal kesamaan ideologi dan visi maupun misi dari PKS dengan Partai Aceh sangat berbeda sekali. Nampak muatan kepentingan politiknya daripada menggunakan basis standar ideologi dan visi misi. Berarti PKS sudah melenceng dalam membangun sinergisasi ideologi dan visi dan misi.
Lebih lanjut Aryos mengatakan, dari track record PKS mendukung dan mengajukan kadernya pada pesta demokrasi di Pilkada selalu berujung kalah, misalkan tahun 2006 mendukung kadernya sendiri bersama PAN kalah, tahun 2012 mendukung Irwandi Yusuf pun kalah. Apakah ketika mendukung Muzakir Manaf akan kalah juga?
Menurut Aryos ada sisi keburukan PKS dalam mendukung kadidat gubernur, dimana terlihat oleh publik PKS selalu memasang dua kaki. Dibuktikan ketika Pilkada 2012, walaupun sudah mendukung Irwandi Yusuf secara kepartaian tetapi publik mengetahui masih ada elit dan kader PKS yang mendukung Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.
Ini harus diwaspadai Partai Aceh dalam membangun relasi dengan PKS. Mungkin saja strategi cadangan dari PKS dalam mengambil posisi aman di pentas politik Aceh. Apakah pada Pilkada 2017 akan mengulangi hal serupa? Ketika posisi Mualem semakin terjepit dan melemah dari segi dukungan rakyat terhadap dirinya, demikian ungkap Aryos Nivada. (redaksi)
Foto : acehterkini.com
Menurutnya, selama ini publik mengetahui bahwa posisi PKS selalu berada di kubunya Mualem atau Partai Aceh, sehingga tidak kaget dengan keputusan mendukung Mualem.
Apabila dilihat dari sisi keuntungan bagi Mualem ketika PKS mendukung tidak terlalu signifikan pengaruhnya, karena basis PKS tidak begitu besar terlihat dari perolehan kursi di DPRA hanya 4 kursi. Tetapi daya militansi dari kader PKS dapat menjadi tambahan energi memenangkan Mualem menjadi gubernur mendatang. Apalagi suara kader PKS sangat solid dalam mengarahkan dukungan, ketika instruksi partai mendukung salah satu kandidat.
Untuk strategi branding dan menggunakan issue dalam strategi politik, PKS sangat berbeda dibandingkan dengan partai lain. Dikarenakan bahasa dan cara mengorganizer media dan issue sangat lihai dan kreatif. Ditunjukan PKS memiliki kelebihan dalam hal penguasaan IT dan memanfaatkan sosial media dalam mengelola issue. Mereka memiliki cyber army dalam dunia media sosial.
Dukungan PKS ke Mualem harus jelas konsensus (kesepakatan), jangan sampai PKS tertipu dengan janji politik Partai Aceh. Ujung-ujungnya PKS tidak mendapatkan apa pun paska terpilihnya Mualem jadi gubernur nantinya. Tidak menutup kemungkinan Mualem mengusung kader PKS menjadi wakil gubernur, seperti Nasir Djamil, Raihan Iskandar, dan lain-lain.
Dalam hal kesamaan ideologi dan visi maupun misi dari PKS dengan Partai Aceh sangat berbeda sekali. Nampak muatan kepentingan politiknya daripada menggunakan basis standar ideologi dan visi misi. Berarti PKS sudah melenceng dalam membangun sinergisasi ideologi dan visi dan misi.
Lebih lanjut Aryos mengatakan, dari track record PKS mendukung dan mengajukan kadernya pada pesta demokrasi di Pilkada selalu berujung kalah, misalkan tahun 2006 mendukung kadernya sendiri bersama PAN kalah, tahun 2012 mendukung Irwandi Yusuf pun kalah. Apakah ketika mendukung Muzakir Manaf akan kalah juga?
Menurut Aryos ada sisi keburukan PKS dalam mendukung kadidat gubernur, dimana terlihat oleh publik PKS selalu memasang dua kaki. Dibuktikan ketika Pilkada 2012, walaupun sudah mendukung Irwandi Yusuf secara kepartaian tetapi publik mengetahui masih ada elit dan kader PKS yang mendukung Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.
Ini harus diwaspadai Partai Aceh dalam membangun relasi dengan PKS. Mungkin saja strategi cadangan dari PKS dalam mengambil posisi aman di pentas politik Aceh. Apakah pada Pilkada 2017 akan mengulangi hal serupa? Ketika posisi Mualem semakin terjepit dan melemah dari segi dukungan rakyat terhadap dirinya, demikian ungkap Aryos Nivada. (redaksi)
Foto : acehterkini.com