TamiangNews.com, KARANG BARU - Kinerja Forum Corporate Social Responsibility (CSR) Kabupaten Aceh Tamiang terkesan melempem sejak terbentuk satu tahun lalu. Dari puluhan perusahaan besar yang ada, dinilai kurang acuh terhadap pelaksanaan program yang dikordinir Forum CSR.
"Saat ini forum CSR sedang berbenah internal, setelah itu baru penyamaan persepsi dengan pemerintah agar program CSR yang dilakukan perusahaan, tidak tumpang tindih dengan program pemerintah," ungkap Ketua Forum CSR Aceh Tamiang Jufri kepada MedanBisnis, Senin (20/6).
Dikatakannya, masih ada perusahaan yang menganggap seperti bantuan 10 zak semen, bola kaki, bagian dari CSR.
Menurut Jufri, dengan adanya perbedaan pemahaman terhadap CSR, pihaknya merasa perlu melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan yang ada yang bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang program CSR.
Direktur LSM Lembaga Advokasi Hutan Lestari (Lembahtari) yang juga wakil Ketua Forum CSR, Sayed Zainal M mengatakan keberadaan, Forum CSR Tamiang masih pada tahap menyusun perencanan, invetarisir dan pengumpulan data serta pembuatan AD/ART yang diperkirakan usai Lebaran tuntas dikerjakan.
Keberadaan Forum CSR kurang mendapat respon dari perusahaan yang ada. Bahkan perusahaan yang ada juga dinilai masih kurang terbuka dalam menyisihkan dana CSR.
Sementara keberadaan Forum CSR sendiri juga lemah, hanya bentuk kordinasi tidak dapat menekan apabila perusahaan enggan terlibat dan tidak melaksanakan kewajibannya dalam forum CSR.
"Forum juga tidak didukung dana dalam bekerja, menjadi kendala loyonya kinerja forum ini," ujarnya.
Kabag Organisasi Pemkab Tamiang Asma mengatakan, Forum CSR tetap terus jalan.
Berkenaan dengan permintaan biaya operasional Forum CSR di antaranya honor, sewa kantor, belum dapat dianggarkan dikarena menunggu kordinasi dengan BPK terlebih dahulu.
"Dalam rapat pengurus Forum CSR beberapa waktu lalu ada diusulkan," ujarnya.
Terkait dana CSR dari perusahaan, kata Asma, pihaknya akan berupaya meminta perusahaan menyampaikan bentuk CSR. "Program-program kecil yang dibutuhkan masyarakat, perusahaan yang mendanainya," sebut Asma.
Sumber : Medanbisnis
"Saat ini forum CSR sedang berbenah internal, setelah itu baru penyamaan persepsi dengan pemerintah agar program CSR yang dilakukan perusahaan, tidak tumpang tindih dengan program pemerintah," ungkap Ketua Forum CSR Aceh Tamiang Jufri kepada MedanBisnis, Senin (20/6).
Dikatakannya, masih ada perusahaan yang menganggap seperti bantuan 10 zak semen, bola kaki, bagian dari CSR.
Menurut Jufri, dengan adanya perbedaan pemahaman terhadap CSR, pihaknya merasa perlu melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan yang ada yang bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang program CSR.
Direktur LSM Lembaga Advokasi Hutan Lestari (Lembahtari) yang juga wakil Ketua Forum CSR, Sayed Zainal M mengatakan keberadaan, Forum CSR Tamiang masih pada tahap menyusun perencanan, invetarisir dan pengumpulan data serta pembuatan AD/ART yang diperkirakan usai Lebaran tuntas dikerjakan.
Keberadaan Forum CSR kurang mendapat respon dari perusahaan yang ada. Bahkan perusahaan yang ada juga dinilai masih kurang terbuka dalam menyisihkan dana CSR.
Sementara keberadaan Forum CSR sendiri juga lemah, hanya bentuk kordinasi tidak dapat menekan apabila perusahaan enggan terlibat dan tidak melaksanakan kewajibannya dalam forum CSR.
"Forum juga tidak didukung dana dalam bekerja, menjadi kendala loyonya kinerja forum ini," ujarnya.
Kabag Organisasi Pemkab Tamiang Asma mengatakan, Forum CSR tetap terus jalan.
Berkenaan dengan permintaan biaya operasional Forum CSR di antaranya honor, sewa kantor, belum dapat dianggarkan dikarena menunggu kordinasi dengan BPK terlebih dahulu.
"Dalam rapat pengurus Forum CSR beberapa waktu lalu ada diusulkan," ujarnya.
Terkait dana CSR dari perusahaan, kata Asma, pihaknya akan berupaya meminta perusahaan menyampaikan bentuk CSR. "Program-program kecil yang dibutuhkan masyarakat, perusahaan yang mendanainya," sebut Asma.
Sumber : Medanbisnis