TamiangNews.com, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan ada dua kata kunci bila bangsa Indonesia ingin sukses menjaga kebhinnekaan, yaitu toleransi dan tenggang rasa.
SBY menjelaskan, selain menghargai perbedaan, toleransi berarti saling mengerti dan tidak cepat tersinggung bila mendengar atau mengetahui sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan. Sementara tenggang rasa, kata dia, adalah kemampuan mengendalikan diri.
"Kita mesti mencegah tutur kata dan perbuatan yang bisa melukai, menyinggung, memperolok, dan merendahkan keyakinan saudara kita yang berbeda identitas," kata dia dalam pidato politiknya di acara Dies Natalis ke-15 Partai Demokrat di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017.
Karena itu, SBY meminta agar toleransi harus senantiasa dipasangkan dengan sikap tenggang rasa. Terlebih, kata dia, toleransi ada batasnya. "Kalau mengharapkan orang lain toleran kepada dirinya, dia juga harus bertenggang rasa kepada yang lain," ujarnya.
Menurut SBY, semua agama mengajarkan kasih sayang, bukan kebencian. Karena itu, ia meminta semua masyarakat Indonesia saling menghormati antarpemeluk agama. "Singkirkan jauh-jauh dari bumi Indonesia yang disebut Islamofobia, Kristenofobia, atau fobia-fobia terhadap agama mana pun," ucapnya.
SBY menjelaskan, respons pemerintah menyikapi beberapa aksi damai yang dihelat kaum muslim haruslah terukur, tepat, bijak, dan tidak melebihi kepatutan. "Jangan sampai dibaca negara menjadikan rakyat dan umat Islam sebagai musuhnya," tuturnya.
Menurut Presiden Indonesia keenam ini, yang menyuburkan kerukunan dan toleransi adalah rasa cinta dan kasih sayang. Selain itu dipengaruhi rasa kebangsaan dan persaudaraan. "Sedangkan yang merusak kedamaian, kerukunan, dan persaudaraan adalah kebencian dan rasa permusuhan," tuturnya.
Kasih sayang dan saling menghormati, kata SBY, juga harus diberikan pada semua etnis dan suku bangsa di negeri ini. Tidak perlu ada kebencian terhadap kaum diaspora mana pun. "Mereka semua adalah bangsa kita, bangsa Indonesia. Bukan bangsa Tiongkok, bukan bangsa Arab, bukan bangsa India, dan lain-lain," ujar dia.
SBY juga meminta agar ada rasa persaudaraan, kemitraan, dan kerja sama lintas partai politik. Meski terkadang terpecah saat ajang pemilu atau pilkada, bukan berarti di antara partai politik harus memelihara permusuhan yang permanen.
"Ada saatnya kita berkompetisi, ada saatnya pula kita berkolaborasi. Itulah indahnya jiwa Pancasila dalam demokrasi kita," kata SBY. [] Tempo.co
SBY menjelaskan, selain menghargai perbedaan, toleransi berarti saling mengerti dan tidak cepat tersinggung bila mendengar atau mengetahui sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan. Sementara tenggang rasa, kata dia, adalah kemampuan mengendalikan diri.
"Kita mesti mencegah tutur kata dan perbuatan yang bisa melukai, menyinggung, memperolok, dan merendahkan keyakinan saudara kita yang berbeda identitas," kata dia dalam pidato politiknya di acara Dies Natalis ke-15 Partai Demokrat di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017.
Karena itu, SBY meminta agar toleransi harus senantiasa dipasangkan dengan sikap tenggang rasa. Terlebih, kata dia, toleransi ada batasnya. "Kalau mengharapkan orang lain toleran kepada dirinya, dia juga harus bertenggang rasa kepada yang lain," ujarnya.
Menurut SBY, semua agama mengajarkan kasih sayang, bukan kebencian. Karena itu, ia meminta semua masyarakat Indonesia saling menghormati antarpemeluk agama. "Singkirkan jauh-jauh dari bumi Indonesia yang disebut Islamofobia, Kristenofobia, atau fobia-fobia terhadap agama mana pun," ucapnya.
SBY menjelaskan, respons pemerintah menyikapi beberapa aksi damai yang dihelat kaum muslim haruslah terukur, tepat, bijak, dan tidak melebihi kepatutan. "Jangan sampai dibaca negara menjadikan rakyat dan umat Islam sebagai musuhnya," tuturnya.
Menurut Presiden Indonesia keenam ini, yang menyuburkan kerukunan dan toleransi adalah rasa cinta dan kasih sayang. Selain itu dipengaruhi rasa kebangsaan dan persaudaraan. "Sedangkan yang merusak kedamaian, kerukunan, dan persaudaraan adalah kebencian dan rasa permusuhan," tuturnya.
Kasih sayang dan saling menghormati, kata SBY, juga harus diberikan pada semua etnis dan suku bangsa di negeri ini. Tidak perlu ada kebencian terhadap kaum diaspora mana pun. "Mereka semua adalah bangsa kita, bangsa Indonesia. Bukan bangsa Tiongkok, bukan bangsa Arab, bukan bangsa India, dan lain-lain," ujar dia.
SBY juga meminta agar ada rasa persaudaraan, kemitraan, dan kerja sama lintas partai politik. Meski terkadang terpecah saat ajang pemilu atau pilkada, bukan berarti di antara partai politik harus memelihara permusuhan yang permanen.
"Ada saatnya kita berkompetisi, ada saatnya pula kita berkolaborasi. Itulah indahnya jiwa Pancasila dalam demokrasi kita," kata SBY. [] Tempo.co