TamiangNews.com, SURAT PEMBACA -- Zulkarnain adalah seorang pemuda miskin, tumbuh dan besar di desa terpencil di pinggiran Kabupaten Aceh Tamiang yang bernama Kampung Sunting Kecamatan Bandar Pusaka. Sejak usia 4 tahun kedua kakinya sudah mengalami kelumpuhan, karena kondisi keluarga yang miskin ayahnya pergi meninggalkannya dan tak pernah kembali hingga hari ini.
Sejak ayahnya pergi, Zulkarnain bersama ketiga saudaranya diasuh oleh ibunya. Kelumpuhan kedua kakinya berawal ketika ia mengalami sakit panas, kemudian keesokan harinya kakinya semakin mengecil dan akhirnya kedua tangannya dijadikan sebagai pengganti kakinya sampai dengan detik ini. Meski dalam kondisi lumpuh, Zulkarnain tidak pernah mengeluhkan kondisi yang dialaminya. Kini, ia sudah berusia 32 tahun dan tetap tinggal bersama ibunya. Saudaranya yang lain sudah menikah dan salah seorang adiknya sudah lebih dulu pergi mendahuluinya.
Karena kesulitan ekonomi keluarga, sejak kecil Zulkarnain tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Meski memiliki ketidaksempurnaan fisik, namun ia tetap percaya diri melakukan segala aktivitasnya. Kedua tangannya yang juga digunakannya untuk berjalan, atas anugerah Allah SWT kedua tangan tersebut memiliki kemampuan membuat jala dan menjahit sandal. Meski dalam kondisi miskin, ia tidak pernah meminta-minta kepada orang lain.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibunya mencari upahan sebagai buruh penyadap karet dan menjadi guru mengaji. Kondisi kehidupan keluarga Zulkarnain sungguh sangat memprihatinkan, mereka tidak memiliki ladang yang bisa untuk digarap dan bantuan dari pemerintah juga tidak pernah mereka dapatkan. Pada tahun 2015 lalu tepatnya di bulan ramadhan, Bupati Aceh Tamiang bersama rombongannya pernah berkunjung ke kampung Sunting, tempat pertemuan mereka dengan masyarakat diadakan di mesjid, namun ironisnya pihak pengurus mesjid enggan mengikutsertakan Zulkarnain dalam pertemuan tersebut.
Di tengah kekurangan dan keterbatasan hidupnya, Zulkarnain tetap bersyukur dan tidak pernah merasa putus asa, ia masih bisa tersenyum dan tertawa. Pada perayaan hari kemerdekaan ke 70 tahun 2015 yan lalu, ia sengaja meminta temannya agar merekam videonya saat memperingati hari kemerdekaan dan juga memasang bendera di sepanjang jalan menuju sungai. Meski memiliki kekurangan, namun ia tetap mampu menunjukkan kecintaannya terhadap bangsa ini dan menghargai perjuangan para pahlawan. Saat memperingati hari kemerdekaan tersebut, ia membalutkan bendera merah putih di kepalanya sambil berjalan menuju sungai. Zulkarnain sangat berharap dapat bertemu dengan presiden agar pemerintah mengetahui bahwa di negeri ini banyak kaum lemah yang memiliki kekurangan fisik seperti dirinya yang belum mendapatkan perhatian pemerintah.
Setelah beberapa kali pergantian kepala daerah di Aceh Tamiang, kehidupan keluarga Zulkarnain tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Di tengah kekurangan dan keterbatasan keluarganya dan juga fisik Zulkarnain yang tidak sempurna, namun mereka tetap berusaha hidup dengan mandiri tidak pernah membebani orang lain. Dalam rangka pelaksanaan Pilkada Aceh Tamiang yang akan dilangsungkan pada tanggal 15 Februari 2017 mendatang, Zulkarnain berharap agar kiranya kandidat yang terpilih adalah sosok yang jujur, bersih, dan peduli terhadap kaum lemah seperti dirinya.
Terima kasih kepada pembaca yang sudah meluangkan waktu membaca cerita singkat tentang kehidupan Zulkarnain, semoga perjalanan hidup dari Zulkarnain dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua dan khususnya masyarakat Aceh Tamiang. Semoga apa yang menjadi harapan Zulkarnain dapat terwujud dan pemerintah terpanggil untuk memperhatikannya.
Pengirim : HAMDANI Kampung Sunting Kec. Bandar Pusaka
Kabupaten Aceh Tamiang, Hp. 085270846xxx
email : hamdanidani281@yahoo.co.id
Sejak ayahnya pergi, Zulkarnain bersama ketiga saudaranya diasuh oleh ibunya. Kelumpuhan kedua kakinya berawal ketika ia mengalami sakit panas, kemudian keesokan harinya kakinya semakin mengecil dan akhirnya kedua tangannya dijadikan sebagai pengganti kakinya sampai dengan detik ini. Meski dalam kondisi lumpuh, Zulkarnain tidak pernah mengeluhkan kondisi yang dialaminya. Kini, ia sudah berusia 32 tahun dan tetap tinggal bersama ibunya. Saudaranya yang lain sudah menikah dan salah seorang adiknya sudah lebih dulu pergi mendahuluinya.
Karena kesulitan ekonomi keluarga, sejak kecil Zulkarnain tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Meski memiliki ketidaksempurnaan fisik, namun ia tetap percaya diri melakukan segala aktivitasnya. Kedua tangannya yang juga digunakannya untuk berjalan, atas anugerah Allah SWT kedua tangan tersebut memiliki kemampuan membuat jala dan menjahit sandal. Meski dalam kondisi miskin, ia tidak pernah meminta-minta kepada orang lain.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibunya mencari upahan sebagai buruh penyadap karet dan menjadi guru mengaji. Kondisi kehidupan keluarga Zulkarnain sungguh sangat memprihatinkan, mereka tidak memiliki ladang yang bisa untuk digarap dan bantuan dari pemerintah juga tidak pernah mereka dapatkan. Pada tahun 2015 lalu tepatnya di bulan ramadhan, Bupati Aceh Tamiang bersama rombongannya pernah berkunjung ke kampung Sunting, tempat pertemuan mereka dengan masyarakat diadakan di mesjid, namun ironisnya pihak pengurus mesjid enggan mengikutsertakan Zulkarnain dalam pertemuan tersebut.
Di tengah kekurangan dan keterbatasan hidupnya, Zulkarnain tetap bersyukur dan tidak pernah merasa putus asa, ia masih bisa tersenyum dan tertawa. Pada perayaan hari kemerdekaan ke 70 tahun 2015 yan lalu, ia sengaja meminta temannya agar merekam videonya saat memperingati hari kemerdekaan dan juga memasang bendera di sepanjang jalan menuju sungai. Meski memiliki kekurangan, namun ia tetap mampu menunjukkan kecintaannya terhadap bangsa ini dan menghargai perjuangan para pahlawan. Saat memperingati hari kemerdekaan tersebut, ia membalutkan bendera merah putih di kepalanya sambil berjalan menuju sungai. Zulkarnain sangat berharap dapat bertemu dengan presiden agar pemerintah mengetahui bahwa di negeri ini banyak kaum lemah yang memiliki kekurangan fisik seperti dirinya yang belum mendapatkan perhatian pemerintah.
Setelah beberapa kali pergantian kepala daerah di Aceh Tamiang, kehidupan keluarga Zulkarnain tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Di tengah kekurangan dan keterbatasan keluarganya dan juga fisik Zulkarnain yang tidak sempurna, namun mereka tetap berusaha hidup dengan mandiri tidak pernah membebani orang lain. Dalam rangka pelaksanaan Pilkada Aceh Tamiang yang akan dilangsungkan pada tanggal 15 Februari 2017 mendatang, Zulkarnain berharap agar kiranya kandidat yang terpilih adalah sosok yang jujur, bersih, dan peduli terhadap kaum lemah seperti dirinya.
Terima kasih kepada pembaca yang sudah meluangkan waktu membaca cerita singkat tentang kehidupan Zulkarnain, semoga perjalanan hidup dari Zulkarnain dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua dan khususnya masyarakat Aceh Tamiang. Semoga apa yang menjadi harapan Zulkarnain dapat terwujud dan pemerintah terpanggil untuk memperhatikannya.
Pengirim : HAMDANI Kampung Sunting Kec. Bandar Pusaka
Kabupaten Aceh Tamiang, Hp. 085270846xxx
email : hamdanidani281@yahoo.co.id