TamiangNews.com, SERUWAY -- Meningkatnya produktifitas dan perkembangan binatang reptil buaya air asin di beberapa kampung dalam Kecamatan Seruway semakin meresahkan masyarakat. Hal tersebut di sampaikan oleh Datok Penghulu (kepala desa_red) Kampung Lubuk Damar Nurdin di kediamannya Jumat (24/03).
Menurutnya saat ini perkembangan buaya di daerahnya terus meningkat, tidak hanya di dalam sungai saja, buaya tersebut kini bahkan sudah memasuki alur-alur kecil yang ada di dalam kampungnya. Ini sangat berbahaya sekali terhadap masyarakat, saat ini buaya tersebut diperkirakan sudah berjumlah ribuan ekor yang berada di Kamping Lubuk Damar, Sungai Kuruk 3 dan di Kampung Pusung Kapal.
Lebih lanjut Datok Nurdin menambahkan bahwa sbelumnya ada beberapa korban yang telah terjadi akibat keganasan buaya tersebut, seperti warga Seruway juga pernah mengalami perkelahian dengan seekor buaya yang sempat menerkam kakinya. Namun nasibnya masih beruntung dan bisa terlepas dari gigitan buaya tersebut.
Kemudian salah satu warga Kampung Batang Lawang yang merupakan Imam Kampung yang berprofesi petani nipah, hingga saat ini jasadnya tidak di ketemukan, diduga kuat hilang akibat buasnya binatang tersebut.
Datok Nurdin juga menjelaskan bahwa keberadaan buaya di daerahnya diperkirakan sejak pada zaman belanda dan hingga sampai saat sekarang, dan buaya tersebut dikomandoi oleh 2 ekor buaya yang berukuran besar mencapai panjang 24 kaki yang sudah bagaikan monster.
Pada rapat pembahasan di DPRK Kabupaten aceh tamiang Nurdin pernah menyampaikan tentang keluhan maayarakat akan keberadaan buaya agar diberikan solusinya, namun sampai saat ini belum juga ada tanggapannya. Harapannya semoga pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui dinas terkait yang membidanginya dapat memberikan solusi agar keamanan masyarakat di daerahnya bisa terjamin dari keganasan buaya si pemangsa, ujarnya. [] TN-Pakar, Foto : Ilustrasi
Menurutnya saat ini perkembangan buaya di daerahnya terus meningkat, tidak hanya di dalam sungai saja, buaya tersebut kini bahkan sudah memasuki alur-alur kecil yang ada di dalam kampungnya. Ini sangat berbahaya sekali terhadap masyarakat, saat ini buaya tersebut diperkirakan sudah berjumlah ribuan ekor yang berada di Kamping Lubuk Damar, Sungai Kuruk 3 dan di Kampung Pusung Kapal.
Lebih lanjut Datok Nurdin menambahkan bahwa sbelumnya ada beberapa korban yang telah terjadi akibat keganasan buaya tersebut, seperti warga Seruway juga pernah mengalami perkelahian dengan seekor buaya yang sempat menerkam kakinya. Namun nasibnya masih beruntung dan bisa terlepas dari gigitan buaya tersebut.
Kemudian salah satu warga Kampung Batang Lawang yang merupakan Imam Kampung yang berprofesi petani nipah, hingga saat ini jasadnya tidak di ketemukan, diduga kuat hilang akibat buasnya binatang tersebut.
Datok Nurdin juga menjelaskan bahwa keberadaan buaya di daerahnya diperkirakan sejak pada zaman belanda dan hingga sampai saat sekarang, dan buaya tersebut dikomandoi oleh 2 ekor buaya yang berukuran besar mencapai panjang 24 kaki yang sudah bagaikan monster.
Pada rapat pembahasan di DPRK Kabupaten aceh tamiang Nurdin pernah menyampaikan tentang keluhan maayarakat akan keberadaan buaya agar diberikan solusinya, namun sampai saat ini belum juga ada tanggapannya. Harapannya semoga pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui dinas terkait yang membidanginya dapat memberikan solusi agar keamanan masyarakat di daerahnya bisa terjamin dari keganasan buaya si pemangsa, ujarnya. [] TN-Pakar, Foto : Ilustrasi