“Yang Terhormat Kepala Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh, Bapak Dr. EMK.Alidar. S.Ag. Mhum mohon agar dapat menindak bawahannya dengan bahasa yang dilontarkan“ Orang Hutan Turun Ke Kota “untuk para Dai”
TamiangNews.com, KAANG BARU -- Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh terkesan lecehkan Da’I Wilayah Perbatasan dan Daerah Terpencil dengan bahasa “Orang Utan Turun Ke Kota“. Bahasa itu terungkap pada acara penutupan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan kapasitas Da’i Perbatasan dan Daerah Terpencil Se-Aceh Tahun 2018 yang diselenggarakan di Grand Arya Hotel, Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, Rabu (14/11) sekira pukul 18.00 WIB.
"Kami para da'i bukan orang bodoh dan tidak memahami bahasa Indonesia. Kami ini orang yang berpendidikan. Masa' kami dibilang orang utan. Kami tidak terima dikatakan sebagai binatang dan bodoh," ungkap peserta Bimtek asal Kabupaten Aceh Tamiang Robiatul Adawiyah, MPd I kepada Lentera24, disela-sela kekisruhan terjadi.
Adawiyah menambahkan ungkapan bahasa “ Orang Utan Turun Ke Kota “ tersebut sangat tidak etis disampaikan oleh Malik Ridwan dalam acara penutupan mewakili Kepala Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh. “Bahasa tersebut tidak etis dan tidak beretika serta tidak mengedepankan tata krama. Apalagi diucapkan didepan dan ditujukan kepada puluhan Da’i Perbatasan dari dua Kabupaten, yakni Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara “tegas Adawiyah.
Dampak dari itu, puluhan lembar sertifikat bimtek dikoyak, bahkan ada juga dai yang mengembalikan kunci kendaraan inventaris sepeda motor serta menolak uang saku bimtek selama dua hari sebesar Rp.500.000.
“Yang Terhormat Kepala Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh, Bapak Dr. EMK.Alidar. S.Ag. Mhum mohon agar dapat menindak bawahannya dengan bahasa yang dilontarkan“ Orang Hutan Turun Ke Kota “untuk para Dai,” tegas Adawiyah
Nada yang sama juga disampaikan Muhammad Hamdani serta diamini oleh puluhan dai perbatasan lainnya. Ditengah ramainya Da’i sedang membincangkan persoalan kekecewaannya karena mendengar langsung kalimat yang tidak mendidik dari perwakilan Dinas SI Aceh saat pidato penutupan kegiatan.
"Pak EMK Alidar, Kadis SI Aceh itu orang baik, beliau merupakan salah seorang yang kerap memberikan motifasi kepada kami dalam bekerja. Tetapi berbeda dengan yang disampaikan oleh saudara Malik Ridwan yang malah memperolok-olokkan kami sebagai binatang. Kami ini manusia yang berpendidikan lho, jenjang pendidikan kami S2," paparnya.
Hamdani menambahkan dirinya dan peserta lain sangat mendengar dengan jelas, kalau katanya kami ini orang utan yang turun kekota. Bahkan kata dia (Malik Ridwan-Red) , kalau pihak SI memiliki rasa keraguan untuk mengeluarkan kesejahteraan bagi para Dai yang tidak berkualitas.
Ditengah kerumunan para Da’i yang sedang memberikan keterangannya kepada TamiangNews.com, salah seorang panitia penyelenggara Irham mencoba melerai dan memberikan klarifikasi bahwa para Da’i Perbatasan salah menyimpulkan makna dari yang disampaikan Pak Malik Ridwan. Namun upaya yang dilakukan Irham langsung dibantah puluhan dai.
Kru TamiangNews Group mengkonfirmasi Malik Ridwan, Kasi Peribadatan, pada Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh membantah dan menyangkal kalau dirinya ada menyebutkan para Da”i sebagai orang utan. "Sebenarnya tujuan saya tidak seperti itu, karena selama ini para Da” bertugas didaerah hutan, didaerah terpencil dan terisolir. Jadi dengan adanya kegiatan ini, para dai bisa refressing ke kota," ujar Malik.
Malik menyebutkan, dirinya melihat emosi para dai naik secara spontanitas, disaat itu, dirinya juga ada meminta para peserta bimtek yang sebagian besar sudah meninggalkan ruangan untuk kembali masuk, dan dirinya juga sudah menyampaikan kata maaf jika para dai memiliki penilaian negatif atas kalimat yang baru disampaikannya itu. [] ERWAN
TamiangNews.com, KAANG BARU -- Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh terkesan lecehkan Da’I Wilayah Perbatasan dan Daerah Terpencil dengan bahasa “Orang Utan Turun Ke Kota“. Bahasa itu terungkap pada acara penutupan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan kapasitas Da’i Perbatasan dan Daerah Terpencil Se-Aceh Tahun 2018 yang diselenggarakan di Grand Arya Hotel, Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, Rabu (14/11) sekira pukul 18.00 WIB.
"Kami para da'i bukan orang bodoh dan tidak memahami bahasa Indonesia. Kami ini orang yang berpendidikan. Masa' kami dibilang orang utan. Kami tidak terima dikatakan sebagai binatang dan bodoh," ungkap peserta Bimtek asal Kabupaten Aceh Tamiang Robiatul Adawiyah, MPd I kepada Lentera24, disela-sela kekisruhan terjadi.
Adawiyah menambahkan ungkapan bahasa “ Orang Utan Turun Ke Kota “ tersebut sangat tidak etis disampaikan oleh Malik Ridwan dalam acara penutupan mewakili Kepala Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh. “Bahasa tersebut tidak etis dan tidak beretika serta tidak mengedepankan tata krama. Apalagi diucapkan didepan dan ditujukan kepada puluhan Da’i Perbatasan dari dua Kabupaten, yakni Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara “tegas Adawiyah.
Dampak dari itu, puluhan lembar sertifikat bimtek dikoyak, bahkan ada juga dai yang mengembalikan kunci kendaraan inventaris sepeda motor serta menolak uang saku bimtek selama dua hari sebesar Rp.500.000.
“Yang Terhormat Kepala Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh, Bapak Dr. EMK.Alidar. S.Ag. Mhum mohon agar dapat menindak bawahannya dengan bahasa yang dilontarkan“ Orang Hutan Turun Ke Kota “untuk para Dai,” tegas Adawiyah
Nada yang sama juga disampaikan Muhammad Hamdani serta diamini oleh puluhan dai perbatasan lainnya. Ditengah ramainya Da’i sedang membincangkan persoalan kekecewaannya karena mendengar langsung kalimat yang tidak mendidik dari perwakilan Dinas SI Aceh saat pidato penutupan kegiatan.
"Pak EMK Alidar, Kadis SI Aceh itu orang baik, beliau merupakan salah seorang yang kerap memberikan motifasi kepada kami dalam bekerja. Tetapi berbeda dengan yang disampaikan oleh saudara Malik Ridwan yang malah memperolok-olokkan kami sebagai binatang. Kami ini manusia yang berpendidikan lho, jenjang pendidikan kami S2," paparnya.
Hamdani menambahkan dirinya dan peserta lain sangat mendengar dengan jelas, kalau katanya kami ini orang utan yang turun kekota. Bahkan kata dia (Malik Ridwan-Red) , kalau pihak SI memiliki rasa keraguan untuk mengeluarkan kesejahteraan bagi para Dai yang tidak berkualitas.
Ditengah kerumunan para Da’i yang sedang memberikan keterangannya kepada TamiangNews.com, salah seorang panitia penyelenggara Irham mencoba melerai dan memberikan klarifikasi bahwa para Da’i Perbatasan salah menyimpulkan makna dari yang disampaikan Pak Malik Ridwan. Namun upaya yang dilakukan Irham langsung dibantah puluhan dai.
Kru TamiangNews Group mengkonfirmasi Malik Ridwan, Kasi Peribadatan, pada Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh membantah dan menyangkal kalau dirinya ada menyebutkan para Da”i sebagai orang utan. "Sebenarnya tujuan saya tidak seperti itu, karena selama ini para Da” bertugas didaerah hutan, didaerah terpencil dan terisolir. Jadi dengan adanya kegiatan ini, para dai bisa refressing ke kota," ujar Malik.
Malik menyebutkan, dirinya melihat emosi para dai naik secara spontanitas, disaat itu, dirinya juga ada meminta para peserta bimtek yang sebagian besar sudah meninggalkan ruangan untuk kembali masuk, dan dirinya juga sudah menyampaikan kata maaf jika para dai memiliki penilaian negatif atas kalimat yang baru disampaikannya itu. [] ERWAN