Notification

×

Iklan

Iklan

Perkembangan Mutasi Virus Corona COVID-19

Selasa, 18 Januari 2022 | Januari 18, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-01-18T07:00:26Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Mizan Nur Azhar Mahasiswa Semester 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Magelang 

TamiangNews.com - Perhatian dunia kini tertuju pada laporan mutasi virus SARS-CoV-2 yang terjadi di Inggris dan kemudian laporan juga datang dari beberapa negara lainnya. Hal ini bermula dari informasi pemerintah Inggris ke World Health Organization (WHO) pada 14 Desember 2020 tentang varian baru virus Corona yang mengalami beberapa perubahan, termasuk mutasi N501Y. Laporan ini dibuat dalam kerangka International Health Regulation (IHR), suatu aturan internasional tentang masalah kesehatan antar negara yang ditandatangani seluruh negara WHO, termasuk Indonesia, pada 2005- 2007 lalu. WHO telah menganjurkan agar negara-negara sedapat mungkin meningkatkan kegiatan sekuensing virus SARS-CoV-2 dan menyampaikan ke dunia internasional kalau-kalau menemukan jenis mutasi pula.

Perlu diketahui bahwa sejak Juni 2020 telah dibentuk “WHO SARS-CoV-2 Virus Evolution Working Group”, yang bertemu secara berkala dan selalu memonitor kemungkinan perubahan virus Corona ini. WHO beserta pihak terkait dan pakar internasional juga melakukan koordinasi upaya riset dan menilai risiko terjadinya mutasi tertentu pada penyebaran penyakit, alat dan cara diagnosis serta kemungkinan dampaknya pada vaksin.

Babak baru dengan vaksin Covid-19 yang membangun optimisme perlu dibarengi dengan kuatnya kejujuran (dan keadilan) dalam kebijakan pemerintah.  Pandemi COVID-19 di Indonesia nyatanya belum juga usai. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya kasus varian baru yakni SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau dikenal dengan Omicron. Sebelumnya, varian Omicron pertama kali dilaporkan kepada WHO dari Afrika Selatan pada tanggal 24 November 2021. Beberapa minggu terakhir ini, Kementerian Kesehatan mengumumkan sebanyak tiga kasus varian Omicron terkonfirmasi masuk ke Tanah Air. Terdeteksinya kasus pertama, kedua, dan ketiga penularan varian Omicron di Indonesia kembali menjadi alarm kesiapsiagaan bagi seluruh komponen masyarakat. 

dr. Agus Widiyatmoko, Sp.PD., M.Kes., Direktur Utama Rumah Sakit Asri Medical Centre (RS AMC) mengatakan bahwa virus Omicron merupakan virus RNA atau Ribonucleic Acid. Dimana virus tersebut mempunyai ciri khas rantai tunggal dengan jumlah mutasi yang tinggi untuk tetap bertahan hidup di dalam tubuh manusia. “Dia selalu berusaha membuat perubahan agar dapat bertahan hidup salah satunya dengan melakukan mutasi. Kemampuan mutasinya luar biasa".

Perihal mutasi yang paling sering terjadi dalam virus ini tidak lain melalui modifikasi pada kulit luar alias mahkota. Karena mahkota tersebut dapat menempel ke reseptor dalam tubuh dan menginfeksi. Disinilah tentara tubuh bekerja apakah dapat mengelabui virus ataupun sebaliknya.

Menurut beberapa dokter tentara tubuh dibagi menjadi dua yakni tentara tubuh secara alami atau naif dan tentara tubuh yang sudah terlatih. Tentara tubuh yang terlatih terdapat pada orang-orang yang sudah divaksin. Sehingga, tentara tubuh dapat menangkap virus yang akan menempel dan tidak terjadi infeksi yang berat. Sebaliknya dengan tentara tubuh yang belum terlatih, risikonya menjadi meningkat bagi orang yang tidak divaksin yaitu mendapatkan gejala lebih berat.

Dalam hal ini, vaksinasi menjadi kunci utama. Sebagaimana yang diberlakukan di Eropa dan Amerika saat ini dalam menghadapi gelombang ke-5 Omicron dengan menambah vaksinasi. Selain vaksin, masker menjadi kunci kedua yang terpenting. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa masker menjadi salah satu faktor yang menurunkan angka kematian. Meskipun sampai saat ini hasil dari data kasus Omicron masih sangat kecil, Omicron dipastikan akan menyebar mengingat pergerakan manusia yang tidak mungkin dihentikan. 

Sebenarnya ada juga pendapat di badan internasional bahwa mungkin baik dipertimbangkan kalau digunakan istilah “perubahan” daripada “mutasi”. Kita tahu bahwa semua virus, termasuk  SARS-CoV-2, memang akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sementara istilah mutasi dapat membuat interpretasi yang berkembang tidak terkendali. Kita tentu perlu memberi perhatian penuh pada hal yang terjadi di Inggris dan beberapa negara ini, tetapi juga tidak perlu mendramatisirnya secara berlebihan pula. 

Perlu diketahui bahwa sejak Juni 2020 telah dibentuk “WHO SARS-CoV-2 Virus Evolution Working Group”, yang bertemu secara berkala dan selalu memonitor kemungkinan perubahan virus Corona ini. WHO beserta pihak terkait dan pakar internasional juga melakukan koordinasi upaya riset dan menilai risiko terjadinya mutasi tertentu pada penyebaran penyakit, alat dan cara diagnosis serta kemungkinan dampaknya pada vaksin. ***

×
Berita Terbaru Update