Notification

×

Iklan

Iklan

Dua Jalan Satu Tujuan: Manajemen Konvensional dan Syariah dalam Menata Organisasi

Minggu, 04 Mei 2025 | Mei 04, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-04T02:40:54Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Devian Syah (Foto/IST)

Manajemen adalah fondasi utama dalam keberhasilan suatu organisasi. Ia menjadi seni sekaligus ilmu dalam mengatur sumber daya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya, terdapat berbagai pendekatan manajerial yang berkembang sesuai dengan nilai, budaya, dan tujuan organisasi itu sendiri. Dua pendekatan yang sering menjadi sorotan adalah manajemen konvensional dan manajemen syariah. Meskipun berasal dari landasan filosofi yang berbeda, keduanya memiliki tujuan utama yang serupa: menciptakan organisasi yang efektif, efisien, dan berkelanjutan.


Manajemen Konvensional: Berbasis Rasionalitas dan Efisiensi


Manajemen konvensional berakar pada teori-teori Barat yang berkembang sejak era Revolusi Industri. Pendekatan ini menekankan rasionalitas, efisiensi, profitabilitas, dan struktur yang terorganisasi dengan baik. Tokoh-tokoh seperti Frederick Taylor, Henry Fayol, dan Max Weber menjadi peletak dasar teori manajemen konvensional, dengan fokus pada efisiensi kerja, pembagian tugas, serta pengambilan keputusan yang berdasarkan data dan logika.


Prinsip-prinsip manajemen konvensional mencakup fungsi-fungsi utama seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling). Semua fungsi ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi secara optimal, dengan indikator keberhasilan berupa produktivitas, pertumbuhan keuntungan, dan kepuasan pelanggan.


Dalam pendekatan ini, manusia dipandang sebagai sumber daya yang harus dioptimalkan kemampuannya. Sistem penghargaan dan hukuman juga diterapkan untuk menjaga motivasi dan kinerja. Walaupun pendekatan ini telah banyak membantu perkembangan dunia bisnis, namun tidak sedikit pula kritik yang menyebutkan bahwa manajemen konvensional terlalu menekankan aspek material dan mengabaikan nilai-nilai spiritual serta etika.


Manajemen Syariah: Berbasis Nilai Ilahiyah dan Kemaslahatan


Berbeda dari pendekatan konvensional, manajemen syariah berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis, serta ijtihad para ulama. Tujuan utama manajemen syariah bukan semata-mata mengejar keuntungan materi, tetapi mengedepankan nilai-nilai spiritual, etika, dan kemaslahatan umat.


Dalam manajemen syariah, manusia dipandang sebagai khalifah di muka bumi yang memiliki tanggung jawab moral terhadap setiap tindakannya. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan dalam organisasi harus mempertimbangkan aspek halal-haram, keadilan, kejujuran, dan amanah. Konsep seperti maslahah (kebaikan umum), ta’awun (tolong-menolong), dan ihsan (berbuat terbaik) menjadi bagian integral dari manajemen syariah.


Fungsi manajemen dalam perspektif syariah tetap meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, namun dilandasi dengan niat untuk beribadah dan mencari ridha Allah. Orientasi spiritual ini menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, adil, dan bertanggung jawab secara sosial.


Selain itu, manajemen syariah tidak hanya berorientasi pada pemegang saham (shareholder), tetapi juga memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan (stakeholders), termasuk karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Profit tetap penting, namun bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan. Keberkahan dan dampak sosial menjadi indikator yang tidak kalah penting.


Titik Temu dan Perbedaan


Meski lahir dari paradigma yang berbeda, baik manajemen konvensional maupun syariah sama-sama bertujuan menciptakan organisasi yang terstruktur, produktif, dan mampu mencapai target. Keduanya menghargai pentingnya perencanaan yang matang, koordinasi yang baik, dan pengawasan yang ketat.


Namun demikian, perbedaan paling mencolok terletak pada orientasi filosofis dan nilai dasar yang mendasari setiap keputusan. Manajemen konvensional cenderung pragmatis dan netral terhadap nilai agama, sedangkan manajemen syariah sangat bergantung pada ajaran dan etika Islam.


Tantangan muncul ketika organisasi berusaha menggabungkan kedua pendekatan ini. Tidak sedikit organisasi modern, khususnya di negara mayoritas Muslim, yang mencoba mengintegrasikan prinsip efisiensi dari manajemen konvensional dengan nilai spiritual dari manajemen syariah. Hasilnya adalah sistem manajemen hibrid yang tidak hanya efektif secara bisnis, tetapi juga etis dan berkelanjutan secara sosial.


Relevansi di Era Modern


Di tengah krisis moral dan tantangan global seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan kapitalisme ekstrem, manajemen syariah muncul sebagai alternatif yang menjanjikan. Dengan pendekatan yang lebih holistik dan berorientasi pada keberlanjutan, nilai-nilai syariah dapat memperkaya praktik manajerial modern.


Namun, bukan berarti manajemen konvensional kehilangan relevansi. Justru, dengan terus beradaptasi dan mengadopsi nilai-nilai keberlanjutan serta tanggung jawab sosial, manajemen konvensional kini berkembang ke arah yang lebih humanistik dan inklusif.


Sinergi antara keduanya bukan hal yang mustahil. Sebuah organisasi dapat menggunakan sistem manajerial yang efisien dan berbasis data, namun tetap menjunjung tinggi etika, keadilan, dan tanggung jawab sosial. Dengan kata lain, dua jalan yang berbeda tetap dapat menuju satu tujuan: menciptakan organisasi yang sukses, bermakna, dan bertanggung jawab.[]


Penulis :

Devian Syah, mahasiswa Ekonomi Syariah Iniversitas Pamulang

×
Berita Terbaru Update