Notification

×

Iklan

Iklan

Fase-Fase Penciptaan Manusia: Titik Temu antara Tafsir Al-Qur'an dan Embriologi Kontemporer

Selasa, 13 Mei 2025 | Mei 13, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-13T08:11:20Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto/ILUSTRASI

Dalam era modern saat ini, integrasi antara agama dan sains telah menjadi subjek yang menarik banyak perhatian. Meskipun keduanya memiliki bidang yang berbeda, agama dan sains sejatinya saling melengkapi. Islam secara khusus memberi perhatian besar pada ilmu pengetahuan.

 

Salah satu ilmu pengetahuan yang berkembang pesat saai ini adalah ilmu biologi. Biologi merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan ilmu alam yang mengkaji tentang organisme kehidupan beserta lingkungan sekitar. Al- Qur’an dan Sunnah telah memberikan sistem yang lengkap dan sempurna yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, termasuk ilmu yang ada di dalam biologi. Al- Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi, apalagi Al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara terpampang.

 

 Namun, Al-Qur’an sebagai huda li al- nas yaitu petunjuk bagi manusia, al-Qur’an memberikan informasi stimulan mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh ratus lima puluh ayat. Bahkan, pesan (wahyu) paling awal yang diterima Nabi Muhammad SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigasi

 

Integrasi antara sains dan agama dalam bidang biologi khusunya dalam memahami proses reproduksi menjadi topik yang manerik untuk dibahas. Dari perspektif Al Quran tahapan tumbuh dan berkembangnya janin pada rahim dapat ditinjau dalam QS. Al- Mu’minun ayat 12-14  yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulng belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, pencipta yang paling baik.’’ dalam QS. Al-Mu’minun dan hadist Rasululloh SAW menunjukan bahwa Allah SWT menciptakan manusia melalui fase nutfah, ‘alaqah dan mughah. 

 

Menurut Ibnu Abbas RA, istilah nuthfah amsyaj dalam QS. Al-Mu’minun:12 merujuk pada sperma laki-laki dan sel telur perempuan yang telah bertemu dan mengalami pembuahan, kemudian berkembang melalui berbagai tahap perubahan. Proses penciptaan manusia juga disebutkan dalam ayat-ayat lain (QS. Al-Insan:2, QS At-Thariq:5-7, QS. Al-Qiyamah:37-39) dengan istilah ma’a, nuthfah, atau maniyin dari laki-laki, yang kemudian harus bercampur dengan unsur dari perempuan (ovum) untuk terjadinya reproduksi. Dalam biologi, hal ini sesuai dengan konsep spermatozoa (sel mani) dan ovum (sel telur).  Imam Al-Qurthuby menjelaskan bahwa sperma yang dikeluarkan dengan dorongan syahwat akan tersebar di rahim, lalu Allah mengumpulkannya. Penelitian embriologi menunjukkan bahwa air mani tidak hanya mengandung spermatozoa, tetapi juga campuran lain seperti gula (untuk energi sperma), zat penetral asam di rahim, dan pelicin untuk memudahkan pergerakan sperma.   Dengan demikian, Al-Qur’an dan sains modern sepakat bahwa reproduksi manusia memerlukan kontribusi dari kedua pihak, laki-laki dan perempuan, melalui proses yang kompleks dan terencana.  

 

Fase 'alaqah dimulai dengan pembelahan sel zigot menjadi 2 sel (hari pertama), 4 sel (hari kedua), 6-12 sel (hari ketiga), dan 16-32 sel blastomer yang membentuk morula (hari keempat). Pada hari kelima, morula berkembang menjadi blastokista (blastula berongga), yang kemudian menempel di dinding rahim pada hari keenam dan ketujuh. Al-Qur'an menyebut embrio yang melekat ini sebagai 'alaqah (QS Al-'Alaq:2), yang secara bahasa berarti sesuatu yang menggantung atau menempel, seperti lintah atau gumpalan darah. Istilah ini sesuai dengan sifat embrio awal yang menempel kuat pada rahim, sebagaimana dijelaskan dalam tafsir dan ilmu embriologi modern. embrio yang berbentuk segumpal darah sebagaimana ditegaskan Allah SWT : “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (QS. Al-’Alaq : 2).

 

Setelah fase 'alaqah (gumpalan darah yang melekat), embrio berkembang menjadi mudghah (segumpal daging), sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Mu'minun: 14, "...Kami ubah 'alaqah menjadi mudghah...". Istilah mudghah merujuk pada gumpalan daging kecil yang berbentuk melengkung dengan tekstur bergelombang, menyerupai daging yang bisa dikunyah.   Dalam perkembangan biologis, sekitar hari ke-10, 'alaqah berubah menjadi struktur yang disebut yolk sac (kantung kuning telur). Pada hari ke-10 hingga ke-14, kehamilan mulai stabil, dan di dalam yolk sac mulai terbentuk sel darah, kepingan embrionik, serta chorion (awal plasenta). Proses ini menunjukkan betapa ajaibnya tahap penciptaan manusia, di mana setiap fase berlangsung dengan presisi dan keharmonisan yang sempurna.[]  

 

Penulis :

Windi Widiantari, Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

×
Berita Terbaru Update