![]() |
Marissya Ardianita Putri (Foto/IST) |
Pendidikan adalah hak, bukan hadiah. Namun, di negeri ini, hak tersebut masih menjadi kemewahan bagi jutaan anak. Padahal, pendidikan merupakan jembatan emas menuju masa depan. Pena yang mereka genggam di bangku sekolah bukan hanya alat tulis, tapi simbol harapan-harapan untuk mengubah hidup, dan meraih masa depan yang lebih baik. Sayangnya, tidak semua anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat pendidikan yang layak. Banyak anak dipaksa meninggalkan sekolah karena alasan ekonomi, fasilitas terbatas, atau daerah terpencil yang sulit dijangkau. Ini adalah kenyataan pahit yang harus kita hadapi dan perbaiki agar pendidikan benar-benar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, ada sekitar 4,1 juta anak usia 7–18 tahun di Indonesia yang tidak bersekolah. Angka ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia masih memiliki masalah besar terkait dengan aksesibilitas. Banyak daerah di Indonesia masih mengalami kesulitan mendapatkan fasilitas pendidikan yang tepat. Di beberapa daerah terpencil, anak -anak perlu menempuh jarak jauh untuk tiba di sekolah, bahkan dibeberapa daerah sangat terbatas untuk ada fasilitas sekolahnya.
Secara khusus, akses ke teknologi yang memperkaya pembelajaran sangat terbatas. Ini merupakan tantangan utama yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah dan pihak yang berkontribusi dalam mengelola pendidikan di Indonesia. Semua anak berhak atas pendidikan berkualitas tinggi yang sama terlepas dari status sosial mereka, latar belakang mereka, atau di mana mereka tinggal.
Namun, masalahnya tidak hanya terbatas pada akses. Kualitas pendidikan yang diterima anak -anak di sekolah sama pentingnya. Sistem pendidikan masih terjebak pada hafalan dan ujian, sementara kemampuan berpikir kritis dan kreatif justru diabaikan, padahal dua hal itulah yang paling dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Bahkan, dunia saat ini telah berubah dengan sangat cepat. Pekerjaan di masa mendatang memerlukan bukan hanya pengetahuan akademik, tetapi juga anak-anak yang mampu beradaptasi dan berpikir secara kreatif serta kritis.
Pendidikan yang didasarkan pada mengingat dan penelitian tidak menciptakan generasi yang bersedia menghadapi tantangan global. Oleh karena itu saatnya mengubah perspektif pendidikan dan fokus pada pengembangan keterampilan hidup yang lebih relevan dengan kebutuhan waktu. Guru sebagai pendidik perlu menerima pelatihan yang memadai sehingga mereka bisa lebih menarik, kreatif dan mengajar sesuai dengan perkembangan dunia saat ini.
Transformasi pendidikan di Indonesia memerlukan banyak pihak yang terlibat, baik itu dari pemerintah, guru, orang tua, maupun masyarakat. Pemerintah perlu memastikan bahwa dana pendidikan digunakan dengan benar untuk menciptakan infrastruktur yang memadai di seluruh wilayah, termasuk lokasi terpencil. Membangun fasilitas dan infrastruktur yang tepat akan memfasilitasi akses bagi anak -anak untuk mempertahankan pendidikan. Selain itu, pemerintah harus menerapkan kurikulum yang lebih modern, yang terkait dengan kebutuhan dunia kerja.
Guru perlu mendapatkan pelatihan berkelanjutan agar pembelajaran lebih inspiratif, kontekstual, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Pada saat yang sama, orang tua perlu memainkan peran aktif dalam mendukung pelatihan anak -anak mereka, misalnya dengan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di rumah dan memberikan motivasi bagi anak -anak mereka untuk terus belajar. Masyarakat juga dapat berperan dengan mendirikan taman membaca, ruang belajar, atau kegiatan melek huruf yang dapat membantu anak -anak tumbuh lebih jauh.
Figur-figur penting Indonesia telah menunjukkan bahwa pendidikan dapat merubah kehidupan seseorang. Salah satu contohnya adalah BJ Habibie, seorang ilmuwan dan presiden Indonesia yang lahir dari keluarga biasa. Dengan pendidikan yang didapatnya, Habibie mampu melewati batas negara dan mencapai puncak karir di tingkat global. Cerita ini memperlihatkan bahwa melalui pendidikan, anak-anak Indonesia mampu meraih pencapaian yang luar biasa.
Namun, untuk mewujudkan itu, kita semua perlu berkomitmen dan berusaha dengan keras. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan sekolah, tetapi juga masyarakat dan keluarga. Masing -masing berperan dalam membangun masa depan yang lebih baik untuk anak -anak Indonesia. Budaya belajar yang berkelanjutan harus diciptakan tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah dan di masyarakat.
Anak-anak harus mulai beradaptasi dengan membaca, mengajukan pertanyaan, serta berpikir secara kritis. Dengan cara ini, mereka tumbuh menjadi orang-orang yang mampu menghadapi tantangan kehidupan dan memberikan sumbangan bagi kemajuan negara mereka. Dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas untuk setiap anak Indonesia, kita menciptakan kesempatan menuju masa depan yang lebih baik.
Pendidikan merupakan investasi yang bersifat jangka panjang dan akan menentukan masa depan negara. Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berkembang, kita perlu memfokuskan pada pendidikan berkualitas bagi semua. Mari bersama menyalakan obor harapan di setiap tangan mungil yang menggenggam pena. Dari sana, masa depan negeri ini akan ditulis dengan tinta semangat, perjuangan, dan pendidikan yang merata.[]
Penulis :
Marissya Ardianita Putri, Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta