Notification

×

Iklan

Iklan

Sekolah Masa Kini, Mendidik dengan Hati dan Teknologi

Senin, 12 Mei 2025 | Mei 12, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-12T11:16:11Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto/Ilustrasi

Pendidikan adalah proses pengajaran, pembelajaran, dan pelatihan yang dilakukan untuk mengembangkan potensi seseorang. Melalui pendidikan, seseorang tidak hanya diajarkan untuk memahami dunia sekitar, tetapi juga untuk menghargai diri sendiri, menghormati orang lain, serta berkontribusi secara positif terhadap masyarakat. Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan seseorang agar terbiasa dengan perubahan zaman, berpikir kritis, dan juga memiliki keterampilan untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab. Pendidikan juga bertujuan untuk membentuk karakter dan budi pekerti seseorang, yang akan mengarahkan seseorang pada terwujudnta masyarakat yang harmonis dan beradab.

 

Dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sekolah zaman dulu biasanya menggunakan media pembelajaran dengan papan tulis, kapur, dan barisan bangku, dan sekolah saat ini berubah menggunakan media berbasis teknologi dan interaksi digital dalaam melangsungkan proses pembelajaran. Perubahan ini bukan hanya fomo belaka, tetapi respons dari perubahan zaman yang semakin cepat.

 

Salah satu jalan menuju masa depan adalah pendidikan. Dengan adanya Pendidikan dapat mencapai masa depan yang cerah. Peran sekolah sangat penting dalam menghantarkan siswa menuju masa depan. Pendidikan sangat penting dalam membentuk karakter dan ketrampilan siswa. Pada era yang serba digital sekarang ini, berbagai inovasi teknologi diterapkan ke dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa saat ini terhubung melalui media pembelajaran daring, kelas online, dan aplikasi penunjang pendidikan yang terus berkembang pesat. Teknologi menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan mudah dijangkau.

 

Siswa dapat belajar dimana saja dan mengakses materi bisa dari mana saja. Namun, di balik semua kecanggihan teknologi, muncul kekhawatiran bahwa proses pendidikan kehilangan kedekatan emosional antara guru dan siswa. Kelas online sering membuat interaksi menjadi kaku dan kurang personal. Banyak siswa yang merasa kurang memahami materi, kurang termotivasi,  atau bahkan kehilangan arah karena minimnya dukungan emosional dari lingkungan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi saja tidak cukup untuk proses pendidikan. Sekolah masa kini harus mengedepankan keseimbangan antara kecanggihan teknologi, kepekaan hati, dan emosional antara guru dan siswa.

 

Mendidik dengan hati bermakna mengedepankan empati, perhatian, dan pengertian terhadap kebutuhan emosional siswa. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi sosok yang membimbing, mendengarkan, dan menginspirasi. Dalam banyak kasus, siswa lebih mengingat guru yang peduli dan memotivasi, daripada guru yang hanya mengajarkan teori saja. Sentuhan emosional menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan proses belajar yang bermakna dan berdampak dalam waktu jangka panjang.

 

Teknologi dalam pendidikan sudah seharusnya menjadi alat bantu pendidikan, bukan tujuan akhir. Salah satu, penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam membantu proses pembelajaran agar dapat bermanfaat. Namun, tanpa sentuhan manusiawi dari guru, pembelajaran bisa terasa kaku. Guru tetap memegang peran penting sebagai pengarah moral, pembentuk karakter, dan pemberi inspirasi. Dalam konteks ini, sebaiknya teknologi memperkuat hubungan antara guru dan siswa, bukan menggantikan peran guru untuk siswa.

 

Contoh nyata dari pendidikan yang menggabungkan hati dan teknologi dapat  dilihat pada sekolah-sekolah yang menerapkan blended learning dengan pendekatan holistik. Di sini, pembelajaran daring digunakan secara efisien, namun tetap diimbangi dengan kegiatan tatap muka yang fokus pada diskusi, kerja sama tim, dan pengembangan karakter. Guru menggunakan teknologi untuk menyajikan materi secara kreatif, tetapi tetap memfasilitasi ruang dialog dan dukungan emosional.

 

Selain itu, pendekatan SEL (Social Emotional Learning) mulai banyak diterapkan untuk memastikan siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga mampu mengelola emosi, menjalin hubungan sosial, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Hal ini sangat relevan di era modern, di mana kecerdasan emosional semakin diakui sebagai kunci keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan.

 

Saat ini sekolah-sekolah juga dituntut untuk inklusif dan merata. Teknologi membuka jalan bagi pendidikan yang lebih adil, namun tantangan kesenjangan digital masih menghantui dunia pendidikan. Di beberapa daerah, keterbatasan akses internet dan perangkat masih menjadi hambatan yang sangat besar. Maka dari itu, mendidik dengan hati juga berarti memahami konteks sosial siswa, memperjuangkan akses yang setara, dan beradaptasi dengan berbagai keterbatasan yang ada di setiap daerah di Indonesia. Empati sosial seperti inilah yang menjadikan sekolah tidak hanya tempat belajar, tetapi juga ruang keberpihakan dan keadilan.

 

Peran orang tua juga tidak kalah penting. Di era digital saat ini, kolaborasi antara sekolah dan keluarga menjadi semakin penting. Pendidikan yang hanya diserahkan pada sekolah tidak cukup untuk menghadapi tantangan zaman. Orang tua harus ikut terlibat dalam proses belajar, memahami perkembangan anaknya, dan bersama-sama dengan guru membangun ekosistem pendidikan yang sehat.

 

Menuju masa depan yang gemilang, sekolah harus terus berinovasi. Namun inovasi yang dimaksud bukan sekadar teknologi baru, melainkan cara baru dalam membangun relasi, memahami kebutuhan siswa, dan menciptakan pengalaman belajar yang bermanfaat. Sekolah yang ideal bukanlah yang paling canggih teknologinya, tetapi sekolah yang paling dalam jiwa kemanusiaannya.

 

Mendidik dengan hati dan teknologi bukan pilihan, melainkan perpaduan yang saling melengkapi untuk menunjang proses pembelajaran. Teknologi mempercepat proses, membuka akses, dan memperbanyak pengalaman. Sementara hati, untuk membentuk karakter, memberi makna, dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Jika keduanya dipadukan dengan baik, sekolah saat ini tidak hanya akan mencetak generasi yang cerdas, tetapi juga generasi yang bijak, peduli, dan siap menghadapi tantangan global dengan hati yang kuat dan bertanggung jawab.[]

 

Penulis :

Aqila Anzili Rohmah, Mahasiswi Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 

×
Berita Terbaru Update