Notification

×

Iklan

Iklan

Banyak Keinginan, Sedikit Tindakan: Tantangan Gen Z di Era Instan

Rabu, 11 Juni 2025 | Juni 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-11T02:56:52Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Fathullah Mudzaki (Foto/dok. pribadi)


Saat ini, kita hidup di era yang sangat cepat dan serba praktis. Segalanya bisa dilakukan dengan mudah, dari memesan makanan melalui aplikasi, mencari informasi hanya dengan beberapa ketikan di Google, hingga membuat konten unik dalam harapan bisa viral di media sosial. Namun, sayangnya, semua kemudahan ini seringkali membuat generasi muda, terutama Gen Z, terjebak dalam keinginan akan segalanya yang instan — bahkan dalam hal mimpi dan cita-cita.

 

Sebagai salah satu bagian dari Gen Z, saya sering merasakan betapa banyak dari kita memiliki impian yang besar. Ada yang bercita-cita menjadi pengusaha sukses, kreator konten, bekerja di luar negeri, atau mendapatkan penghasilan dari rumah. Sayangnya, tak semua dari kita benar-benar berkomitmen untuk mewujudkannya. Banyak yang lebih memilih menghabiskan waktu berjam-jam men-scroll TikTok, berbaring sambil overthinking, atau menunggu motivasi datang tanpa usaha.

 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sekitar 9,9 juta anak muda Indonesia berusia 15–24 tahun termasuk dalam kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training). Ini berarti mereka tidak kuliah, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan. Angka ini cukup mengkhawatirkan, karena di balik cita-cita yang tinggi, banyak yang belum siap untuk mengambil langkah nyata.

 

Kita tak bisa memungkiri bahwa budaya instan memengaruhi cara berpikir kita. Istilah seperti YOLO (You Only Live Once) dan FOMO (Fear of Missing Out) sering dijadikan pembenaran untuk bertindak impulsif. Selain itu, media sosial memperlihatkan kehidupan yang seolah-olah sempurna dan mudah. Melihat orang lain mengunggah foto liburan, memamerkan barang mewah, atau pencapaian yang mengesankan membuat kita merasa tertinggal. Namun, kita sering lupa bahwa di balik semua itu terdapat proses panjang yang tidak terlihat.

 

Banyak di antara kita yang mendekati tugas dengan mindset "nanti juga bisa dikerjakan", dan baru panik ketika deadline mendekat. Kebiasaan ini perlu kita ubah secara bertahap. Apalagi ketika memasuki dunia kerja, banyak hal yang tidak semudah yang dibayangkan. Banyak perusahaan kini mencari kandidat dengan keahlian, bukan sekadar ijazah. Ironisnya, banyak lulusan yang masih kurang siap karena keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja.

 

Berdasarkan informasi dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Gen Z juga berkontribusi terhadap angka kredit macet yang cukup tinggi, mencapai sekitar 37,27% untuk pinjaman yang terlambat lebih dari 90 hari. Ini menunjukkan bahwa banyak anak muda yang belum memiliki literasi keuangan yang baik. Gaya hidup konsumtif sering kali menjadi jebakan; kita ingin tampil keren dan mengikuti tren, tetapi tidak memikirkan dampak jangka panjangnya.

 

 

Namun, bukan berarti semuanya gelap. Justru, ini adalah kesempatan bagi kita untuk belajar dan berkembang. Kita masih muda dan memiliki banyak waktu untuk berubah. Yang terpenting adalah memulai dari sekarang: membangun kebiasaan baik, belajar hal-hal baru, mengelola waktu dan uang dengan bijak, dan yang paling penting, tidak hanya memiliki banyak keinginan — tetapi juga melakukan tindakan.

 

Mungkin kita tidak bisa langsung meraih kesuksesan hari ini, tetapi dengan konsistensi, hasilnya pasti akan terasa. Era instan bukanlah alasan untuk menjadi generasi yang malas. Sebaliknya, dengan semua kemudahan yang ada, kita seharusnya bisa menjadi lebih produktif. Mari kita ubah pola pikir dan mulai melangkah, meskipun pelan; yang penting adalah tetap bergerak maju.[]

 

Penulis :

Fathullah Mudzaki, mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah, Universitas Pamulang

×
Berita Terbaru Update