Notification

×

Iklan

Iklan

Gaya Hidup dalam Bayang-Bayang Media Sosial

Selasa, 10 Juni 2025 | Juni 10, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-10T06:18:16Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Siti Zamjiatullatifah (Foto/dok. pribadi)

Di era digital ini, kamera telah berkembang menjadi alat yang lebih dari sekadar perangkat untuk mengabadikan momen. Karena telah mengubah cara kita menjalani kehidupan sehari-hari, di mana aktivitas seringkali dipertimbangkan berdasarkan bagaimana supaya terlihat di layar.

 

Kamera, yang kini tertanam di hampir setiap ponsel pintar, telah menjadi perangkat utama dalam menciptakan dan membagikan citra diri di dunia maya. Hal ini menyebabkan pergeseran cara berpikir masyarakat, di mana penampilan ingin dilihat sehingga dianggap lebih penting dibandingkan makna atau proses di balik aktivitas tersebut.

 

Salah satunya media sosial, yaitu media yang memungkinkan penggunanya untuk saling melakukan aktivitas sosial secara nyata melalui jaringan internet. Media internet tidak lagi hanya sekedar menjadi media komunikasi semata, tetapi juga sebagai bagian yang tak terpisahkan dari dunia bisnis, industri, pendidikan, dan pergaulan sosial.

 

Dilihat dari data yang ada, pengguna media sosial di Indonesia didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z diantaranya mahasiswa. Karena mahasiswa sebagai agen perubahan turut memberi warna baru dalam aktivitas masyarakat, yaitu dengan komunikasi digital lewat media sosial.

 

Gambaran gaya hidup mahasiwa yang diharapkan merupakan sekelompok pemuda yang mengisi waktunya dengan belajar untuk menambah pengetahuan, keterampilan, keahlian, serta mengisi kegiatan mereka dengan berbagai macam kegiatan yang positif, sehingga akan memiliki pandangan ke masa depan sebagai manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa.

 

Khususnya pada media sosial yang pertumbuhannya sangat meningkat. Media sosial yang marak belakangan ini, dapat menjadi landasan media sosial seperti, Instagram, TikTok, dan YouTube, telah menjadi wadah utama untuk berbagi citra kehidupan kita. Di sini, pencapaian atau kebahagiaan seseorang seringkali diukur dari seberapa banyak “likes”, “followers”, dan “views yang didapat.

 

Media sosial termasuk alat, bukan tujuan gaya hidup yang baik bukan ditentukan oleh likes dan views saja, tetapi untuk kenyamanan, kesehatan, dan kebahagiaan pribadi. Disadari bahwa apa yang ditanam pada kenyataan pikiran di media sosial sering kali hanyalah potongan terbaik dari kehidupan seseorang bukan sepenuhnya.

 

Media sosial tidak hanya menjadi sarana berbagi informasi, tetapi juga menjadi ruang untuk membangun citra diri. Karena, media sosial sebelumnya digunakan untuk mencatat kenangan pribadi, kini berfungsi untuk membentuk dan memamerkan gaya hidup yang dipertontonkan kepada dunia.

 

Dikatakan dari sebuah studi oleh Pew Research Center bahwa sekitar 72% orang dewasa di Amerika Serikat menganggap media sosial sangat berpengaruh dalam membentuk pemahaman mereka tentang kebahagiaan dan kesuksesan orang lain. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh penglihatan mereka dari media sosial dalam membentuk nilai dan standar kehidupan.

 

Banyak yang terjadi dalam hal ini, sehingga menyebabkan kecemasan, stres, dan rasa tidak puas terhadap kehidupan pribadi, karena kita lebih sering membandingkan diri dengan citra yang dipoles dari kehidupan orang lain. Hidup itu bukan untuk difoto, tapi untuk dijalani.

 

Sebagai generasi yang hidup dalam dunia, kita harus bijak dalam menggunakan teknologi yang ada. Mari kita lebih sadar akan pentingnya keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya. Kita harus mengingat bahwa keaslian diri lebih berharga daripada pencitraan yang bisa kita tunjukkan di layar. Jangan hidup berdasarkan ekspektasi sosial media yang seringkali tidak sesuai dengan kenyataan.[]

 

Penulis :

Siti Zamjiatullatifah, Mahasiswa Progam Studi Ekonomi Syariah Universitas Pamulang

×
Berita Terbaru Update