![]() |
Foto/dok.pribadi |
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya bergantung pada cara guru mengajar atau fasilitas yang tersedia. Salah satu hal penting yang tak boleh dilupakan adalah evaluasi - proses mengukur sejauh mana siswa memahami pelajaran yang telah diberikan.
Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al-Imam An-Nawawi Al-Islami Tegal, evaluasi menjadi bagian penting dalam sistem pembelajaran mereka. Bukan hanya sekadar menilai, tapi juga untuk membantu para santri berkembang dari sisi akademik, hafalan, bahkan karakter.
Apa Itu Evaluasi Kognitif?
Di tengah tantangan dunia pendidikan modern, muncul pertanyaan penting: bagaimana cara memastikan bahwa siswa tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga matang secara karakter dan agama? Di sinilah peran evaluasi dalam dunia pesantren menjadi kunci penting bukan hanya mengukur pengetahuan, tapi membentuk kepribadian dan tanggung jawab.
Evaluasi kognitif adalah bentuk penilaian yang menitikberatkan pada kemampuan berpikir dan pengetahuan siswa. Di pesantren ini, bentuk evaluasi kognitif yang diterapkan meliputi tes tulis dan tes lisan. Kedua metode ini membantu guru memahami sejauh mana santri menyerap pelajaran dan bagaimana mereka bisa memperbaikinya ke depan.
Tes Tulis: Ukur Kemampuan, Dorong Semangat. Tiap semester, para santri menjalani: 1) Ujian Tengah Semester (UTS): Mengukur pemahaman setelah setengah semester berjalan; 2) Ujian Akhir Semester (UAS): Menilai penguasaan materi selama satu semester penuh; 3) Ulangan Harian: Dilakukan setiap selesai satu bab pelajaran. Tujuannya? Agar guru tahu apakah santri sudah paham atau belum sebelum lanjut ke bab berikutnya.
Melalui ujian-ujian ini, santri terbiasa menghadapi penilaian secara rutin dan terstruktur, yang sekaligus melatih mereka untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab.
Tes Lisan: Lebih dari Sekadar Bicara. Bukan hanya tertulis, evaluasi juga dilakukan secara lisan: 1) Ujian Dirosah Islamiyah dan Bahasa (Arab & Inggris): Diuji secara langsung oleh guru, dan nilainya jadi bagian dari rapor; 2) Tes Hafalan Al-Qur’an: Santri diminta menyetorkan satu juz per hari. Hafalannya diuji secara acak dan hasilnya masuk ke dalam rapor tahfidz; 3) Tes Doa Harian: Apakah santri mengamalkan doa-doa yang diajarkan? Tes ini membantu mengetahui sejauh mana santri mengamalkannya dan hasilnya juga masuk ke rapor deskriptif.
Menariknya, tes-tes ini bukan cuma jadi penilaian sekolah. Tapi juga menjadi informasi penting bagi para wali santri untuk memahami perkembangan anak mereka selama di pesantren.
Kenapa Ini Penting?
Dengan berbagai bentuk evaluasi tersebut, pesantren tidak hanya fokus pada nilai akademik. Mereka juga memperhatikan aspek ruhani dan pembentukan karakter santri. Evaluasi menjadi sarana untuk melihat siswa secara menyeluruh - baik kemampuan berpikirnya, hafalannya, maupun akhlaknya.
Di era sekarang, ketika pendidikan tak lagi hanya soal angka dan ijazah, pendekatan seperti ini layak dicontoh. Karena sejatinya, tujuan pendidikan bukan hanya mencetak siswa yang pintar, tetapi juga membentuk pribadi yang berakhlak, percaya diri, dan siap menghadapi kehidupan nyata.[]
Penulis :
Nabilla, Nuro, Nurul, Sabrina (mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Madani Yogyakarta)