Notification

×

Iklan

Iklan

Mitos Genius yang Sinis dari Psikologi Kognitif

Selasa, 07 Desember 2021 | Desember 07, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-12-09T00:36:25Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Divanisti Wahyuriani Semester 3 Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

TamiangNews.com --- Makna berdasarkan KBBI, sinis yaitu bersifat mengejek atau memandang rendah. Sedangkan genius merupakan kemampuan luar biasa dalam berpikir. Sebuah penelitian membuktikan sinisme bukan tanda kecerdasan. Apakah orang cerdas cenderung mengambil sikap negatif terhadap sifat manusia?


Dalam hal ini serangkaian penelitian dilakukan oleh Stavrova dan Ehlebracht (2019) dengan tujuan menyelidiki kemampuan individu sinis dan tidak sinis. Mereka menemukan bahwa orang-orang yang sinis percaya bahwa tugas-tugas kognitif (seperti pemecahan masalah dan matematika) itu baik, tetapi tugas-tugas sosial (terutama yang melibatkan orang lain) lebih rendah. Dengan kata lain, mereka menemukan bahwa kebanyakan orang percaya pada gagasan genius yang sinis. 


Lebih banyak bukti langsung yang menghubungkan kecerdasan dengan generalisasi keyakinan ditemukan dalam banyak penelitian oleh Toshio Yamagishi dan rekannya. Dalam survei pertama dengan Kosugi Yamagishi (1998) menemukan bahwa kepercayaan diri yang tinggi lebih sensitif daripada kepercayaan diri yang rendah ketika diukur pada skala kepercayaan umum 6 poin. Percaya diri pada petunjuk kontekstual negatif saat membuat keputusan percaya pada karakter fiksi dalam sketsa bergaya.


Para peneliti mendefinisikan ironi karakteristik sebagai kepercayaan umum pada kemanusiaan lainnya tidak dapat diandalkan (Bernardi & LaCross, 2004; Chiaburu et al., 2013; Costa et al., 1986). Psikologi kognitif adalah ilmu mengenai cara kita berpikir. 


Ilmu yang sangat erat dengan proses mental setiap individu seperti atensi, persepsi, ingatan, perencanaan aksi, dan bahasa. Hal itu semua berkontribusi dalam membentuk identitas dan perilaku kita. Demikian pula, sinisme dapat dilihat sebagai aspek moral yang menimbulkan kecurigaan yang lebih tinggi. Permusuhan terhadap motivasi dan tindakan orang lain (Adorno, Frenkel Clanswick, Levinson & Sanford, 1950; Turner & Valentin, 2001).***

×
Berita Terbaru Update