TamiangNews.com - Perkembangan zaman telah begitu banyak melahirkan peristiwa yang meliputi segala aspek kehidupan, diilhami oleh manusia dialami oleh manusia itu sendiri. Bicara perkembangan zaman mesti kita mengalami hal-hal perubahan, saking banyaknya perubahan - perubahan kehidupan dunia kadang manusia sendiri juga kerepotan dalam menghadapi perubahan - perubahan ini. Perubahan yang sangat berpengaruh adalah proses perubahan di masyarakat, perubahan dari hal-hal yang bersifat tradisional kearah modern-postmodern. Kita tahu dan menyadari, fenomena seperti Revolusi Industri yang telah membawa perubahan secara besar-besaran terhadap kehidupan dunia.
Revolusi Industri membawa pengaruh dan perubahan besar baik dalam bidang pertanian, pertambangan, manufaktur, transportasi, dan teknologi. Memiliki dampak sangat mendalam terhadap ekonomi, bahkan kondisi sosial dan budaya di dunia saat ini. Pola dan gaya hidup masyarakat ditandai oleh pengaruh perubahan zaman, kita lihat negara kita sendiri, arus globalisasi melahirkan konsumerisme hingga hedonisme pada masyarakat.
Adanya media - media baru yang memudahkan seseorang melakukan sesuatu baik dalam hal pekerjaan maupun hal - hal lain termasuk aspek kegiatan sosial lainnya dalam kehidupan sehari - hari, kadang seseorang mudah terlepas dari kesadarannya sebagai diri individu dari suatu kelompok masyarakat dalam kehidupan. Indonesia mengalami perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat di kehidupan sehari-hari termasuk pada nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku individu maupun kelompok. Dimana perkembangan teknologi telah memanjakan manusia dengan kecanggihan - kecanggihannya.
Perkembangan teknologi ini paling berdampak terhadap kehidupan masyarakat, bisa di lihat bagaimana individu atau kelompok masyarakat bersikap dan berpola prilaku dalam kehidupan maya maupun kehidupan nyata sehari-hari, selain dikacaukan atas hiperrealitas salah satu fenomena yang tak terkendali bisa kita lihat dari sikap konsumtif masyarakat saat ini.
Fenomena Kosumerisme
Kebutuhan yang tidak begitu penting, menjadi acuan dan menjadi primadona tersendiri. Hal ini terdapat pada ciri khas masyarakat modern-postmodern berkebutuhan yang membeli suatu barang bukan karena faktor kebutuhan primer, sekunder dan tersier yang sesuai esensinya, tetapi dikuatkan dengan kebutuhan gengsi yang menganggap barang-barang mewah sebagai kepuasan diri, identitas sosial (prestise) semata. Pemahaman gaya hidup seperti ini biasanya kita kenal dengan istilah Konsumerisme, kemunculannya dilatar-belakangi munculnya kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx.
Kosumerisme adalah pemahaman atau suatu ideology yang memungkinkan seseorang atau kelompok untuk secara sadar dan berkelanjutan untuk mengkomsumsi hal yang diproduksi dan mengeksekusinya secara berlebihan. Ini adalah salah satu pokok persoalan yang sangat perlu diperhatikan, perilaku konsumtif ini yang mulai merambah ke berbagai sektor kebutuhan hidup.
Berangkat dari pengalaman hidup, saya melihat sendiri dan mengamati teman-teman dan orang-orang disekitar, ketika mengkonsumsi sesuatu atau barang lebih untuk memenuhi keinginan bukan kebutuhan, saya pahami kadang tidak tepat apa yang dikonsumsi tidak benar-benar sesuai dengan fungsi barang semata, namun memenuhi kebutuhan sensualnya yang hanya di dasari keinginan yang berhubungan dengan rasa gengsi.
Dalam budaya konsumerisme kegiatan konsumtif tidak ditandai dengan kelas-kelas sosial, kelas menengah keatas maupun kelas menengah kebawah telah merata hanyut dalam sikap konsumtif. Untuk kelas menengah keatas mengkonsumsi barang-barang mewah menjadi symbol yang menandai status sosial mereka, mirisnya bagi masyarakat menengah kebawah yang ikut serta dalam mengkonsumsi barang-barang mewah yang mungkin tidak terlalu mereka butuhkan, tetapi hanya memenuhi keinginan-keinginannya bersifat kepuasan sensual saja, mereka memaksakan diri diluar kemampuannya untuk memenuhi keinginan-keinginan bersifat sensual itu demi kepuasan diri, lahir dari rasa gengsi yang bisa membuat seseorang tidak menjadi dirinya sendiri. Ini adalah sisi dampak buruk perkembangan zaman dewasa ini, suatu kejahatan yang sering tidak kita sadari.
Berdamain Dengan Konsumerisme
Kita tahu sendiri konsumerisme adalah suatu hal yang berlebihan terhadap sesuatu kemudian berdampak buruk bagi kehidupan seseorang. Sangat perlu kita memperhatikan hal ini demi kualitas diri yang lebih baik, menjadi diri sendiri dan hidup apa adanya. Saya juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dalam menjalani hidup, termasuk dalam budaya konsumerisme ini yang menjadi pokok persoalan kita bersama dalam menjalani hidup sehari-hari. Seringkali saya juga kesulitan dalam mengontrol diri, namun ada beberapa hal yang menjadi pegangan saya untuk mengontrol diri terus berusaha dalam menjalani hidup sederhana apa adanya untuk tidak hanyut dalam budaya konsumerisme.
Tips ini mungkin juga bisa menjadi salah satu rujukan buat teman-teman dalam mengatasi perilaku konsumtif yang tidak terkendali dalam hidup. Pertama sebenarnya yang perlu kita perhatikan dalam diri kita sendiri hal mendasar yaitu rasa gengsi. Gengsi bisa kita atasi dengan hal kebiasaan-kebiasaan seperti menabung misalnya, dengan kebiasaan menabung kita mesti memikirkan hal-hal yang bermakna, kita akan berpikir dua kali ketika ingin membeli sesuatu atau barang yang kita butuhkan bukan apa yang diinginkan lagi, karna menabung kita akan lebih bijak dalam mengatur keuangan dan lebih memikirkan hal-hal jangka panjang. Dari kebiasaan menabung kita akan lebih menghargai uang, disiplin secara finansial dan telah belajar caranya membedakan antara keinginan dengan kebutuhan.
Kemudian saya terinspirasi dari “Seni Hidup Minimalis” dalam buku ini yang ditulis oleh Francine Jay terdapat beberapa dasar pemikiran dalam mengatasi fenomena budaya konsumerisme. Salah satu dasar pemikiran untuk mengatasi konsumerisme dalam diri, “Seni Hidup Minimalis” ini dirasa cocok dengan karakter seseorang seperti saya mungkin juga cocok dengan teman-teman yang mudah tertarik dengan produk atau barang-barang baru yang sebenarnya sama fungsinya dengan barang-barang yang sudah kita miliki. Dasar pemikiran tersebut adalah mengenali benar-benar kegunaan suatu barang, dasar pemikiran seperti ini menurut saya juga kita telah belajar bagaimana membedakan antara keinginan dan kebutuhan, dan kita akan menentukan dengan bijak barang seperti apa yang akan kita konsumsi yang sesuai dengan kapasitas kemampuan kita. ***