.jpg)
Foto/Kemenag
Permasalahan lingkungan global seperti perubahan iklim, pencemaran, dan degradasi alam bukan hanya persoalan ekologis, tetapi juga mencerminkan krisis moral dan spiritual umat manusia.Dalam Islam, menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah. Sayangnya, belum banyak lembaga pendidikan Islam yang secara sistematis menerapkan prinsip-prinsip ini dalam manajemennya.
Konsep Green School menawarkan pendekatan holistik dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang tidak hanya fokus pada kurikulum, tetapi juga pada budaya, kebijakan, dan lingkungan fisik sekolah. Ketika dipadukan dengan nilai-nilai Islam, konsep ini dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis yang kuat.
Landasan Teoretis: Nilai-Nilai Islam dan Lingkungan
Dalam Al- Qur’an dan Hadits, terdapat banyak ajaran yang melakukan penting nya menjaga lingkungan , diantaranya;
· Khalifah fil ardh: Mnusia ditugaskan untuk memakmurkan bumi, bukan merusaknya (QS. Al- Baqarah : 30).
· Larangan berbuat kerusakan di Bumi: ” Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya...” (QS. Al-A’raf: 56).
· Konsep tawazun (keseimbangan) dan mizān (ukuran/harmoni), menekankan bahwa alam memiliki keseimbangan yang tidak boleh dirusak (QS. Ar-Rahman: 7-9).
· Menanam pohon sebagai amal jariah: "Tidaklah seorang Muslim menanam sebuah pohon atau menabur benih, kemudian ada burung, manusia, atau hewan yang memakannya, kecuali dianggap sebagai sedekah baginya."(HR. Bukhari, no. 2320; Muslim, no. 1553)
Strategi Manajemen Pendidikan dalam Mewujudkan Green School Berbasis Islam
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan strategis berbasis nilai-nilai Islam menjadi tahap awal. Penyusunan visi dan misi sekolah harus mencakup komitmen terhadap pelestarian lingkungan yang berpijak pada prinsip-prinsip Islam. Pendidikan lingkungan hendaknya tidak hanya diajarkan secara sektoral dalam mata pelajaran IPA, tetapi juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab, serta melalui kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung kesadaran ekologis. Contoh Kegiatan: Penanaman pohon rutin di setiap hari besar Islam, Program “Eco-Masjid” sekolah, dan Pengembangan modul fiqh lingkungan (fiqh al-bi’ah).
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pembentukan struktur organisasi lingkungan yang kuat dan partisipatif sangat penting. Sekolah dapat membentuk tim Green School yang terdiri dari siswa, guru, wali murid, dan tokoh masyarakat.
Struktur kelembagaan: Koordinator program sekolah hijau, Duta lingkungan, serta Komite Lingkungan Sekolah.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Nilai-nilai Islam dijadikan fondasi dalam setiap program lingkungan. Pelaksanaan program dilakukan secara berkesinambungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal serta berlandaskan ajaran Islam sebagai pedoman utama.
Kegiatan Unggulan: Program Zero Waste School, Kompos Islami: mengelola sampah organik untuk keperluan pertanian sekolah, danKhataman Qur’an bertema “Bersyukur atas Nikmat Alam”.
4. Evaluasi (Controlling)
Penilaian terhadap efektivitas program dan partisipasi seluruh warga sekolah dilakukan secara rutin untuk memastikan pencapaian tujuan yang diharapkan. Penilaian bisa meliputi indikator kuantitatif (jumlah sampah berkurang, jumlah pohon ditanam) dan kualitatif (perubahan sikap siswa terhadap lingkungan).
Metode Evaluasi: Survei sikap siswa terhadap isu lingkungan, Laporan kegiatan rutin tim hijau, dan Audit lingkungan oleh mitra eksternal (misalnya LSM lingkungan lokal).
Studi Kasus: Implementasi Green School Berbasis Islam
Penelitian oleh Qudsi Mutawakil Husaini et al. (2024) dalam Ilmuna: Jurnal Studi Pendidikan Agama Islam menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan berbasis nilai-nilai Islam memiliki dampak signifikan dalam membentuk karakter siswa yang peduli terhadap kelestarian alam. Penelitian ini dilakukan di sebuah madrasah yang secara berkesinambungan menggabungkan nilai-nilai Islam dalam berbagai program peduli lingkungan, seperti kegiatan penanaman pohon yang dilaksanakan setiap enam bulan dan pelatihan pengelolaan sampah daur ulang yang berlandaskan ajaran Qur’ani, serta lomba khutbah bertema lingkungan. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa tidak sekadar memahami konsep pelestarian lingkungan secara teoritis, tetapi juga berhasil mewujudkannya dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Green School berbasis Islam bukan hanya sekadar pembaruan dalam kurikulum atau manajemen pendidikan, tetapi merupakan tuntutan moral dan spiritual yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam. Sekolah Islam memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam pendidikan lingkungan jika dikelola dengan manajemen yang terstruktur, kolaboratif, dan berlandaskan nilai-nilai ilahiyah. Dengan menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dalam setiap aspek visi, kebijakan, dan budaya sekolah, institusi pendidikan Islam mampu membentuk peserta didik yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai khalifah di bumi.[]
Penulis :
Kurnia Sari, mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab STITMA Yogyakarta

