Notification

×

Iklan

Iklan

Integrasi ilmu dan iman: Solusi Krisis Nilai di Zaman Now

Selasa, 20 Mei 2025 | Mei 20, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-20T13:51:47Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto/ILUSTRASI

Era digital saat ini serba cepat, instan, dan terbuka. Kecanggihan teknologi memungkinkan manusia mengakses dunia dalam genggaman tangan, karena informasi mengalir tanpa batas.  Namun, sejumlah fenomena yang mengkhawatirkan muncul di balik kemajuan tersebut. Termasuk peningkatan kasus kekerasan, perundungan, dan penyimpangan moral, serta peningkatan hoaks, ujaran kebencian, dan krisis identitas.

 

Fenomena ini menunjukkan bahwa kemajuan IPTEK dapat menjadi bumerang jika tidak didukung oleh prinsip moral dan spiritual. Meskipun manusia menjadi lebih pintar secara teknis, mereka kehilangan jalan, tujuan, dan makna hidup mereka. Iman memainkan peran yang sangat penting sebagai penuntun dalam menggunakan ilmu dengan cara yang bijaksana dan bermartabat.

 

Selama ini, orang beranggapan bahwa iman dan ilmu terpisah satu sama lain. Ilmu dianggap rasional dan ilmiah, sedangkan iman dianggap dogmatis dan tidak rasional.  Pandangan ini berasal dari perspektif dualistik yang membedakan dunia akademik dari dunia spiritual.  Namun, iman dan ilmu diajarkan untuk saling mendukung dan menguatkan dalam banyak tradisi agama, seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha. Ilmu memberikan manusia pengetahuan tentang alam semesta, tubuh manusia, teknologi, dan banyak aspek kehidupan.  

 

Nilai, etika, dan tanggung jawab moral diberikan oleh iman untuk penggunaan ilmu pengetahuan. Ilmu menjawab pertanyaan "bagaimana", sedangkan iman menjawab pertanyaan "mengapa" dan "untuk apa". Salah satu contohnya adalah Islam, di mana pencarian ilmu adalah perintah agama.  Sebagai bukti kekuasaan Tuhan, Al-Qur'an bahkan mengajak pembacanya untuk berpikir, merenung, dan menyelidiki fenomena alam.  Nabi Muhammad SAW bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” Ini menunjukkan bahwa ilmu tidak bisa dilepaskan dari spiritualitas.

 

Pendidikan adalah tempat yang ideal untuk mengembangkan hubungan antara ilmu dan iman.  Sayangnya, sistem pendidikan kita masih cenderung membedakan keduanya. Ilmu pengetahuan diajarkan secara sekuler, sementara nilai-nilai agama hanya dipelajari selama beberapa jam pelajaran. Meskipun demikian, pendidikan pada dasarnya adalah proses pembentukan manusia dari berbagai aspek kognitif, afektif, dan spiritual. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan pendekatan pendidikan yang integratif, yang menggabungkan pembelajaran teknologi dan sains dengan prinsip moral dan keagamaan.

 

Misalnya, ketika guru mengajarkan siswa biologi tentang sistem kehidupan, mereka juga dapat membuat mereka berpikir tentang betapa sempurna dan kompleksnya ciptaan Tuhan. Siswa dididik untuk memahami etika menggunakan media sosial saat berbicara tentang teknologi informasi. Pendidikan karakter, yang selama ini hanya dianggap sebagai pelengkap, seharusnya menjadi arus utama dalam kurikulum abad 21. Nilai-nilai seperti integritas, disiplin, tanggung jawab, peduli, dan toleransi harus diajarkan secara teori dan ditanamkan dalam praktik dan budaya sekolah.

 

Integrasi ilmu dan iman memiliki banyak manfaat sosial dan pribadi. Orang yang memiliki ilmu dan iman akan memiliki kemampuan untuk berpikir kritis sambil tetap memiliki hati nurani. Ia tidak hanya cakap dalam memecahkan masalah teknis, tetapi juga bijak dalam mempertimbangkan aspek moral dan sosial. Jika masyarakat mengutamakan ilmu dan iman, mereka akan lebih harmonis, adil, dan manusiawi secara sosial. Teknologi baru tidak akan digunakan untuk merusak, tetapi untuk membangun.

 

Bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk kesejahteraan umum. Sebagai contoh, banyak tokoh terkemuka di dunia berhasil karena menggabungkan ilmu dan iman ke dalam kehidupan mereka. Mereka tidak hanya dikenal sebagai ilmuwan yang luar biasa, tetapi juga dikenal sebagai orang yang baik hati, jujur, dan berdedikasi. Mereka membuktikan bahwa ilmu tanpa iman adalah buta, dan iman tanpa ilmu adalah lumpuh

 

Krisis nilai di zaman now tidak dapat diselesaikan hanya dengan kebijakan politik atau teknologi canggih. Dibutuhkan analisis yang lebih mendalam yang mencapai akar manusia sebagai makhluk yang berakal dan berjiwa. Integrasi ilmu dan iman adalah jawaban atas keresahan zaman. Ini adalah cara untuk membuat manusia yang lebih baik, berakhlak, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat dan dunia.

 

Kita tidak harus memilih antara menjadi ilmuwan atau menjadi insan beragama; kita bisa menjadi keduanya karena ilmu tanpa iman akan mudah disalahgunakan, sementara iman tanpa ilmu akan kehilangan pijakan. Hanya dengan menyatukan keduanya kita dapat membangun peradaban yang tidak hanya canggih, tetapi juga "beradab, berkeadilan, dan bermakna".[]

 

Penulis :

Raya Rahma Aulya, mahasiswa Program Studi Tadris Matematika UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, email : raya.rahma.aulya24070@mhs.uingusdur.ac.id 

×
Berita Terbaru Update