Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara generasi muda mengakses informasi, membentuk opini, dan merespons nilai-nilai agama. Generasi Z (Gen Z), yaitu generasi yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di tengah pesatnya revolusi digital. Mereka sangat familiar dengan internet, media sosial, serta berbagai bentuk komunikasi digital yang bersifat cepat dan visual.
Dalam konteks ini, dakwah Islam sebagai bagian penting dari pendidikan di sekolah Islam perlu bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. Sekolah Islam tidak lagi bisa mengandalkan metode konvensional dalam menyampaikan ajaran Islam, melainkan harus mampu mengelola dakwah secara strategis melalui pendekatan digital. Manajemen dakwah digital menjadi kunci dalam menjangkau Gen Z secara efektif, membentuk karakter Islami, dan menanamkan nilai-nilai agama yang kokoh di tengah gempuran informasi global.
Karakteristik Gen Z dan Tantangan Dakwah
Gen Z dikenal sebagai generasi yang memiliki daya nalar kritis, terbuka terhadap perbedaan, serta sangat selektif dalam menyerap informasi. Mereka menghabiskan banyak waktu di media sosial seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan Twitter. Di sisi lain, mereka juga cenderung kurang tertarik dengan ceramah panjang dan model komunikasi satu arah yang kaku.
Kecenderungan ini menjadi tantangan bagi sekolah Islam dalam menyampaikan materi dakwah. Model dakwah tradisional yang hanya mengandalkan ceramah di mimbar atau khutbah tidak lagi efektif jika tidak diadaptasi ke dalam media dan bahasa yang sesuai dengan karakteristik Gen Z. Oleh karena itu, diperlukan strategi manajemen dakwah yang adaptif dan inovatif, agar pesan-pesan keislaman tidak hanya terdengar, tetapi juga dapat dipahami dan dihidupi oleh peserta didik Gen Z.
Strategi Manajemen Dakwah Digital di Sekolah Islam
Untuk menjawab tantangan tersebut, sekolah Islam dapat menerapkan beberapa strategi manajemen dakwah digital yang terstruktur dan berorientasi pada efektivitas. Di antaranya:
1. Pemanfaatan Media Sosial secara Aktif
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts dapat dimanfaatkan untuk membuat konten dakwah singkat yang inspiratif dan menyentuh. Konten tersebut dapat berupa video motivasi Islami, kultum digital, kutipan Al-Qur'an dengan desain grafis menarik, hingga vlog santri dengan nilai edukatif. (Harahap, 2022).
2. Pelatihan Guru dan Da’i dalam Produksi Konten Digital
Guru dan pembina sekolah perlu dibekali pelatihan teknis seperti editing video, copywriting dakwah, serta strategi digital marketing dakwah agar dapat bersaing dalam dunia konten Gen Z yang dinamis. (Sumardianto, 2024).
3. Kolaborasi dengan Influencer Muslim
Menggandeng figur publik Muslim yang memiliki pengaruh besar di dunia maya dapat menjadi jembatan dalam menyampaikan dakwah dengan cara yang relevan. Mereka bisa hadir dalam seminar digital, menjadi duta dakwah sekolah, atau mengisi konten bersama siswa.
4. Integrasi Kurikulum Dakwah Digital
Sekolah Islam bisa mulai menyisipkan pelajaran atau program khusus seperti “Content Creator Islami” atau “Kelas Dakwah Digital” yang tidak hanya membekali siswa dengan kemampuan teknologi, tetapi juga nilai-nilai keislaman dalam berkonten. (Kholis, 2021)
5. Monitoring dan Evaluasi Berkala
Efektivitas dakwah digital perlu diukur secara berkala dengan analisis engagement media sosial, survei persepsi siswa, dan refleksi konten. Data ini menjadi dasar untuk menyempurnakan strategi manajemen dakwah ke depannya.
Penutup
Manajemen dakwah digital bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan strategis di era modern, terutama dalam lingkungan sekolah Islam. Dengan mengenali karakter Gen Z dan memanfaatkan teknologi yang mereka gunakan, sekolah Islam dapat menjadi garda terdepan dalam pembentukan generasi muslim yang religius, cerdas, dan relevan dengan zaman.
Dengan sinergi antara teknologi dan nilai-nilai Islam, dakwah tidak lagi dibatasi ruang dan waktu, tetapi dapat menjangkau setiap hati generasi muda di mana pun mereka berada. Maka dari itu, pengelolaan dakwah digital secara profesional, kreatif, dan terukur menjadi kunci sukses membentuk generasi Z yang berkarakter Islami dan berdaya saing global.[]
Penulis :
Keysha Priliastika, Program Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta


