![]() |
Foto/Ilustrasi |
Di tengah derasnya arus globalisasi dan revolusi digital, dunia pendidikan menghadapi tantangan besar: degradasi karakter. Banyak peserta didik yang unggul secara akademik, tetapi lemah dalam integritas, empati, dan tanggung jawab sosial. Fenomena ini menjadi sinyal penting bahwa pendidikan tidak cukup hanya membentuk kecerdasan intelektual, melainkan juga harus membina karakter yang kuat dan beretika.
Islam sebagai agama yang sempurna (syamil) menawarkan sistem etika yang komprehensif dan transformatif. Etika Islam tidak hanya mengatur hubungan individu dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama manusia dan lingkungan. Dengan menjadikan etika Islam sebagai fondasi pendidikan karakter, kita tidak hanya melahirkan generasi cerdas, tetapi juga beradab dan bertanggung jawab terhadap kemanusiaan.
Etika Islam: Fondasi Moral yang Abadi
Etika Islam (akhlaq al-karimah) adalah nilai-nilai moral yang bersumber dari Al-Qur’an dan teladan Nabi Muhammad ﷺ. Nilai-nilai seperti kejujuran (sidq), tanggung jawab (amanah), adil (‘adl), dan kasih sayang (rahmah) telah terbukti menjadi pilar penting dalam membangun peradaban Islam.
Dalam pendidikan, etika ini menjadi kerangka dasar untuk membentuk kepribadian siswa. Sebagaimana Nabi ﷺ bersabda:
“Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud)
Artinya, ukuran keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan hanya seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi seberapa bermakna ia bagi kehidupan dan sesama.
Pendidikan Karakter di Era Modern: Mengapa Gagal?
Salah satu problem utama pendidikan saat ini adalah dominasi orientasi akademik dan capaian nilai semata. Sekolah menjadi tempat memburu angka, bukan tempat membentuk manusia. Nilai kejujuran dikalahkan oleh budaya menyontek, nilai empati terpinggirkan oleh kompetisi berlebihan. Sistem pendidikan pun kerap gagal menjadi ruang pembelajaran nilai.
Etika Islam menawarkan pendekatan yang lebih holistik. Ia tidak mengedepankan hukuman, tetapi mengajak manusia menyadari makna moral secara mendalam. Dalam konteks ini, pendidikan harus berubah dari sekadar transfer ilmu menjadi internalisasi nilai-nilai kebaikan.
Nilai Inti Etika Islam dalam Pendidikan
1. Hikmah (Kebijaksanaan)
Etika Islam mengajarkan bahwa menyampaikan kebenaran harus dilakukan dengan cara yang bijaksana. Dalam proses pendidikan, pendekatan hikmah membuat guru menjadi pendidik yang mampu menyesuaikan metode dan bahasa dengan karakter peserta didik.
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik…” (QS. An-Nahl: 125)
Pendidikan bukan sekadar menyuruh atau melarang, tetapi memberi makna atas apa yang benar dan salah, dengan penuh pengertian.
2. Toleransi
Islam mengajarkan penghormatan terhadap perbedaan, baik dalam pandangan, keyakinan, maupun budaya. Dalam ruang kelas yang multikultural, nilai ini sangat relevan untuk membangun suasana belajar yang damai dan terbuka. Rasulullah ﷺ sendiri memberi contoh hidup berdampingan dengan non-Muslim di Madinah. Nilai toleransi ini dapat membentuk peserta didik yang tidak fanatik, tetapi tetap memiliki prinsip yang kuat.
3. Rahmah (Kasih Sayang)
Etika Islam menempatkan kasih sayang sebagai prinsip utama dalam interaksi. Guru yang mendidik dengan hati, bukan dengan marah-marah, akan lebih didengar oleh peserta didik. Karakter tumbuh dalam suasana penuh cinta, bukan ketakutan.
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Ar-Rahman. Sayangilah yang di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangimu.” (HR. Tirmidzi)
Sebagai mahasiswa, khususnya dari bidang pendidikan Islam, kita tidak boleh hanya menjadi pengamat pasif. Kita harus mengambil peran sebagai agen perubahan nilai. Melalui program KKN, pengajaran, mentoring, bahkan media sosial, kita dapat menyuarakan kembali pentingnya nilai-nilai etika Islam dalam kehidupan anak-anak dan remaja masa kini.
Pendidikan karakter tidak bisa ditunda. Kita perlu mendidik bukan hanya dengan lisan, tapi dengan keteladanan. Seperti yang dikatakan oleh Buya Hamka: “Guru yang baik bukan yang pandai berbicara, tapi yang mampu menjadi teladan.”
Penutup
Etika Islam bukan warisan yang usang, tetapi cahaya yang terus relevan dalam setiap zaman. Menjadikannya sebagai landasan pendidikan karakter di era modern adalah bentuk ikhtiar kita menyelamatkan generasi dari kehampaan moral. Dengan hikmah, toleransi, dan kasih sayang sebagai pendekatannya, etika Islam mampu menembus sekat-sekat zaman dan membentuk manusia seutuhnya: cerdas akalnya, mulia akhlaknya. Sudah saatnya dunia pendidikan kembali menempatkan karakter sebagai prioritas, dan Islam telah lama menunjukkan jalannya.[]
Penulis :
Laely Tri Lestari, mahasiswi Program Studi PAI STIT Madani Yogyakarta