Notification

×

Iklan

Iklan

Pahami Dirimu Lewat 5 Teori Kepribadian Ini

Jumat, 27 Juni 2025 | Juni 27, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-27T02:05:46Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto/Ilustrasi

Pernah nggak sih kamu merasa bingung, kenapa orang-orang di sekitar kamu punya sifat yang beda-beda banget? Ada yang kalem dan pendiam, ada yang rame dan nggak bisa diam. Ada yang perfeksionis banget, tapi ada juga yang santai kayak di pantai. Nah, semua itu bukan kebetulan. Dalam psikologi, ada ilmu yang khusus mempelajari soal sifat dan karakter seseorang. Namanya: teori kepribadian.

 

Lewat teori kepribadian, para ahli mencoba memahami kenapa sifat orang bisa sangat berbeda, dan apa saja faktor yang membentuk kepribadian itu. Nah, kali ini kita akan bahas 5 teori paling terkenal yang bisa membantu kamu lebih kenal dengan diri sendiri dan orang lain. Yuk, kita mulai.

 

1. Teori Psikoanalitik – Sigmund Freud

 

Teori ini datang dari seorang tokoh besar dalam dunia psikologi, yaitu Sigmund Freud. Ia percaya bahwa sebagian besar kepribadian kita terbentuk dari hal-hal yang tersembunyi di alam bawah sadar. Maksudnya, banyak keputusan dan perilaku kita dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil, trauma, atau keinginan terdalam yang kadang kita sendiri nggak sadar.

 

Freud membagi kepribadian jadi tiga bagian: 1) Id: bagian yang isinya semua keinginan, seperti lapar, marah, dan nafsu. Pokoknya, maunya semua serba instan dan enak; 2) Ego: bagian yang berpikir logis. Tugasnya menyeimbangkan antara keinginan dan kenyataan; dan 3) Superego: ini bagian moral kita. Tempat nilai-nilai baik yang diajarkan oleh orang tua dan masyarakat.

 

Ketika ketiga bagian ini tidak seimbang, bisa muncul konflik dalam diri. Misalnya, seseorang jadi terlalu menekan emosinya, gampang stres, atau punya masalah dalam hubungan social.

 

2. Teori Humanistik – Carl Rogers & Abraham Maslow

 

Berbeda dari Freud yang fokus pada konflik dalam diri, teori humanistik lebih melihat manusia dari sisi positif. Tokoh utamanya adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers. Mereka percaya bahwa setiap orang pada dasarnya punya potensi untuk tumbuh dan jadi lebih baik.

 

Maslow terkenal dengan piramida kebutuhan, yang menyusun lima tingkatan kebutuhan manusia: mulai dari kebutuhan dasar (makan, minum, tidur), sampai yang tertinggi yaitu aktualisasi diri — menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

 

Sementara itu, Rogers memperkenalkan konsep self-concept, yaitu cara kita melihat dan menilai diri sendiri. Ia juga percaya bahwa untuk bisa berkembang, seseorang butuh lingkungan yang menerima dirinya tanpa syarat. Kalau kamu merasa dicintai dan dihargai, kamu akan lebih mudah berkembang secara emosional.

 

3. Teori Trait – Big Five Personality

 

Teori ini melihat kepribadian sebagai kombinasi dari sifat-sifat dasar (traits) yang dimiliki setiap orang dan cenderung stabil dari waktu ke waktu. Model yang paling terkenal adalah Big Five Personality, atau sering disingkat OCEAN: 1) Openness: terbuka pada hal baru, kreatif, imajinatif; 2) Conscientiousness: teliti, disiplin, suka perencanaan; 3) Extraversion: suka bersosialisasi, aktif, ceria; 4) Agreeableness: ramah, mudah bergaul, suka membantu; dan 5) Neuroticism: mudah cemas, emosional, moody.

 

Kombinasi dari lima aspek ini membentuk karakter dasar seseorang. Misalnya, kamu bisa jadi orang yang kreatif dan terbuka (tinggi openness), tapi juga pemalu (rendah extraversion). Banyak tes psikologi modern yang menggunakan model ini untuk mengenali kepribadian seseorang secara cepat dan objektif.

 

4. Teori Behavioristik – Skinner & Watson

 

Teori ini punya pendekatan yang sangat berbeda. Menurut B.F. Skinner dan John Watson, kepribadian itu dibentuk oleh lingkungan dan kebiasaan, bukan karena faktor batiniah. Jadi, perilaku kita adalah hasil dari belajar — entah lewat pengalaman pribadi, hadiah, hukuman, atau pengulangan.

 

Misalnya, kalau sejak kecil kamu sering dipuji karena sopan, kamu akan terbiasa bersikap sopan. Tapi kalau kamu sering dimarahi saat mengutarakan pendapat, bisa jadi kamu tumbuh jadi orang yang pendiam dan takut bicara.

 

Teori ini sangat berguna di dunia pendidikan dan pelatihan karena menunjukkan bahwa sifat dan kebiasaan bisa dibentuk, bahkan diubah, lewat lingkungan yang tepat.

 

5. Teori Sosial Kognitif – Albert Bandura

 

Teori terakhir datang dari Albert Bandura, yang mencoba menggabungkan teori belajar dan berpikir. Ia percaya bahwa manusia belajar bukan hanya dari pengalaman sendiri, tapi juga dari mengamati orang lain. Contohnya, kamu bisa belajar percaya diri setelah melihat kakakmu berbicara di depan umum dengan lancar.

 

Bandura juga memperkenalkan istilah self-efficacy, yaitu seberapa besar seseorang yakin bahwa dia bisa melakukan sesuatu. Orang dengan self-efficacy tinggi cenderung lebih berani mencoba hal baru dan nggak gampang menyerah. Selain itu, Bandura mengenalkan konsep reciprocal determinism, yaitu kepribadian terbentuk dari interaksi antara pikiran, lingkungan, dan perilaku yang saling memengaruhi.

 

Kesimpulan

 

Setiap teori di atas punya pendekatan dan cara pandang yang berbeda, tapi semuanya ingin menjawab satu pertanyaan: "Kenapa orang punya kepribadian yang berbeda-beda?"

Teori psikoanalitik fokus ke alam bawah sadar, teori humanistik menekankan potensi diri, teori trait mengukur sifat-sifat dasar, teori behavioristik melihat pengaruh lingkungan, dan teori sosial kognitif menambahkan faktor pengamatan dan keyakinan diri.

 

Dengan mengenal teori-teori ini, kita jadi lebih bisa memahami bahwa sifat seseorang itu nggak muncul begitu saja. Ada banyak hal yang membentuknya. Dan kabar baiknya, beberapa bagian dari kepribadian bisa dilatih dan dikembangkan.[]

 

Penulis :

Dima Ibrahim, Mahasiswi STITMA Yogyakarta 

×
Berita Terbaru Update