![]() |
Foto/Ilustrasi |
Etika merupakan salah satu pilar penting dalam ajaran Islam yang tidak hanya mengatur hubungan dengan Allah Ta’ala, tetapi juga membimbing bagaimana seseorang bersikap dan berinteraksi dengan sesama. Nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, adil, dan saling menghargai tidak hanya diajarkan dalam teks keagamaan, tetapi juga seharusnya tercermin dalam praktik hidup nyata.
Karena menurut Prof. Dr. Sukron Kamil dalam bukunya yang berjudul Etika Islam (2021) mengatakan “Islam bukan saja sebagai rahmat sosial bagi masyarakat Muslim, melainkan juga bagi non-Muslim”. Namun, dalam kehidupan sehari hari yang kita hadapi, penerapan etika Islam sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan.
Terlebih di lingkungan terdekat seperti pergaulan teman sebaya dan kehidupan di pesantren, tempat di mana interaksi antarsesama berlangsung setiap hari, baik dalam hal kerja sama, komunikasi, hingga penyelesaian konflik kecil. Situasi seperti inilah yang secara tidak langsung menjadi “medan latihan” bagi setiap individu untuk menguji sejauh mana nilai-nilai etika Islam benar-benar dipahami dan diamalkan.
Maka, kami melakukan observasi langsung mengenai bagaimana etika Islam diterapkan dalam interaksi sosial di lingkungan terdekatn dan dapat melihat lebih dekat praktik-praktik etika yang terjadi di lapangan, serta merenungkan bagaimana Islam, sebagai agama yang sarat nilai moral, bisa menjadi pedoman dalam membentuk pribadi dan masyarakat yang lebih baik.
Dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah yang akan dijadikan tujuan dalam penelitian ini ”Bagaimana penerapan etika di kehidupan sosial?”, dan tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui penerapan etika di kehidupan sosial.
Melalui pendekatan ini, berbagai sikap seperti menjaga lisan, menghormati sesama, hingga tanggung jawab dalam kerja kelompok diamati secara langsung. Berikut adalah beberapa contoh penerapan etika Islam yang terekam dalam interaksi sehari-hari.
1. Menjaga Lisan dalam Grup Chat Teman Kuliah
Seorang mahasiswi selalu menjaga lisan ketika berdiskusi di grup WhatsApp kelas. Ia tidak menyebar ujaran kebencian, tidak membalas perdebatan dengan kata-kata kasar, menghindari ghibah dan fitnah, selalu berusaha menjadi penengah dalam konflik, serta menggunakan bahasa yang sopan. Etika menjaga lisan ini sangat penting dalam dunia digital saat ini, di mana kata-kata dapat menyebar luas dan cepat menyakiti orang lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain... dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, serta janganlah menggunjing satu sama lain..." (QS. Al-Hujurat: 11-12)
2. Menghormati Orang yang Lebih Tua di Lingkungan Sosial.
Seorang mahasiswi secara konsisten menunjukkan sikap sopan terhadap orang yang lebih tua. Ia menyapa dengan ramah, mendengarkan nasihat mereka dengan penuh hormat, serta menawarkan bantuan tanpa harus diminta terlebih dahulu. Tindakan ini mencerminkan beberapa nilai adab penting, seperti menghormati orang yang lebih tua, bersikap santun dalam pergaulan sosial, serta menanamkan sikap tawadhu’ atau rendah hati. Selain itu, sikap tersebut juga menunjukkan upaya dalam menjalin dan mempererat silaturahmi antar anggota masyarakat.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang tua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR. Abu Dawud)
Dan firman Allah Ta’ala:
"...dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An-Nisa: 1)
3. Menyelesaikan Tugas Kelompok dengan Baik
Salah satu mahasiswi yang menjadi subjek observasi digambarkan menyelesaikan tugas kelompok dengan penuh tanggung jawab. Ia mengerjakannya tepat waktu dan tidak membebani rekan satu kelompoknya. Tindakan ini mencerminkan sikap bertanggung jawab terhadap peran yang telah dipercayakan kepadanya, menunjukkan kedisiplinan dan integritas dalam menjalankan kewajiban. Melalui perilaku ini, kita dapat melihat betapa pentingnya amanah dan tanggung jawab dalam kerja sama sosial.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Sabar dalam Belajar
Dalam simulasi lain, seorang mahasiswi tetap bersemangat belajar meskipun menghadapi kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Ia tidak mudah putus asa, melainkan terus berusaha dengan cara bertanya kepada guru dan teman, serta mencari tambahan informasi dari berbagai sumber. Sikap ini mencerminkan nilai-nilai penting dalam etika belajar, yaitu kesabaran dalam menuntut ilmu, serta keinginan yang kuat untuk terus berkembang dan memperbaiki diri.
Allah Ta’ala berfirman:
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." (QS. Ali 'Imran: 146)
5. Mengembalikan Barang Pinjaman Tepat Waktu
Dalam simulasi terakhir, seorang mahasiswa yang meminjam buku dari temannya dan mengembalikannya tepat waktu serta dalam kondisi yang baik. Tindakan ini mencerminkan kejujuran dalam menepati janji, sikap amanah dan tanggung jawab terhadap barang milik orang lain. Dan ini menunjukkan sikap seorang Muslim yang menghargai kepercayaan dan komitmen.
Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra’: 34)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan melalui pendekatan simulasi kasus dan roleplay, dapat disimpulkan bahwa penerapan etika Islam dalam kehidupan sosial sangat penting dan relevan dengan realitas sehari-hari. Nilai-nilai adab seperti menjaga lisan, menghormati orang yang lebih tua, bertanggung jawab, sabar dalam belajar, dan menepati janji merupakan bagian dari ajaran Islam yang tidak hanya diajarkan secara teori, tetapi juga harus diamalkan dalam kehidupan nyata.
Nilai-nilai ini diperkuat dengan dalil dari Al-Qur’an dan hadis, yang menegaskan pentingnya akhlak mulia dalam membentuk karakter seorang Muslim. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, diharapkan setiap individu mampu menjadi bagian dari masyarakat yang beradab, saling menghormati, dan membawa kebaikan bagi lingkungan sekitarnya.
Sebagai penutup, semoga laporan ini dapat menjadi refleksi dan motivasi bagi kita semua untuk terus memperbaiki diri dan mengamalkan etika Islam dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam aspek ibadah, tetapi juga dalam hubungan sosial, akademik, dan bermasyarakat.[]
Penulis :
Amalati Firdausa, mahasiswa STIT Madani Yogyakarta