TamiangNews.com, BANJARMASIN - Melalui peringatan Hari Bumi (22 April) tahun ini, diharapkan akan menjadi daya dorong untuk menumbuhkan kesadaran para stakeholders dalam menyusun kebijakan yang berpihak pada tata kelola lingkungan, yang berpihak pada upaya menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dilandasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
“Peringatan Hari Bumi 2016 ini, adalah wadah berhimpunnya para intelektual muda Kalimantan yang berasal dari berbagai kalangan, yang aktif mengkampanyekan nilai-nilai egalitarianisme, kesetaraan gender, penyelamatan lingkungan dari bencana, pengembangan kepemimpinan, dan program pemberdayaan masyarakat,” kata Ketua Umum Sekretariat Nasional Jaringan Intelektual Muda Kalimantan (Seknas JIMKa), Dr MS Shiddiq, S.Ag, M. Si, Selasa (12/4), dalam jumpa pers menjelang peringatan Hari Bumi 2016 yang akan dipusatkan di kawasan Tahura Sultan Adam, Mandingin, Kalimantan Selatan.
Dikatakan, dalam peringatan Hari Bumi 2016, Seknas JIMKa akan menyelenggarakan berbagai kegiatan mulai kemah bersama, penanaman 1.000 pohon, sunatan massal, dan temu tokoh adat/masyarakat. Di samping itu, ada deklarasi Gerakan Selamatkan Indonesia (Save Indonesia), pada 22-24 April.
Untuk memeriahkan acara ini, lanjut Shiddiq, pihaknya sudah mengundang berbagai komponen masyarakat mulai dari karang taruna, kwartir gerakan pramuka, pencinta alam, aktivis lingkungan, pelajar dan mahasiswa, remaja masjid, ormas pemuda dan keagamaan, dan masyarakat umum.
“Kami sangat mengharapkan partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam gerakan selamatkan Indonesia ini,” ujar Shiddiq.
Menurut Shiddiq, dalam dua dasawarsa terakhir, pengelolaan lingkungan di Indonesia, khususnya di Kalimantan sudah pada tingkatan yang sangat mengkhawatirkan dan cenderung mengabaikan nilai-nilai budaya daerah dan kearifan lokal. “Kalau dibiarkan kondisi ini akan sangat membahayakan,” tegasnya.
Dia mencontohkan, sejumlah peristiwa bencana alam, mulai tanah longsor, banjir, kabut asap dan sebagainya, adalah dampak dari rendahnya kepedulian pemegang kebijakan lingkungan.
“Berdasarkan data, hutan di Indonesia berkurang secara drastis hingga mencapai 85 persen, baik karena perambahan hutan, pembukaan lahan kelapa sawit maupun untuk pertambangan batu bara. Oleh karena itu, Seknas JIMKa mendorong para pemegang kebijakan di tingkat pusat maupun daerah (provinsi/kabupaten/kota), agar segera merumuskan kebijakan yang benar-benar memperhatikan aspek lingkungan dan nilai-nilai kearifan budaya lokal,” tegasnya.(beritasatu.com)
“Peringatan Hari Bumi 2016 ini, adalah wadah berhimpunnya para intelektual muda Kalimantan yang berasal dari berbagai kalangan, yang aktif mengkampanyekan nilai-nilai egalitarianisme, kesetaraan gender, penyelamatan lingkungan dari bencana, pengembangan kepemimpinan, dan program pemberdayaan masyarakat,” kata Ketua Umum Sekretariat Nasional Jaringan Intelektual Muda Kalimantan (Seknas JIMKa), Dr MS Shiddiq, S.Ag, M. Si, Selasa (12/4), dalam jumpa pers menjelang peringatan Hari Bumi 2016 yang akan dipusatkan di kawasan Tahura Sultan Adam, Mandingin, Kalimantan Selatan.
Dikatakan, dalam peringatan Hari Bumi 2016, Seknas JIMKa akan menyelenggarakan berbagai kegiatan mulai kemah bersama, penanaman 1.000 pohon, sunatan massal, dan temu tokoh adat/masyarakat. Di samping itu, ada deklarasi Gerakan Selamatkan Indonesia (Save Indonesia), pada 22-24 April.
Untuk memeriahkan acara ini, lanjut Shiddiq, pihaknya sudah mengundang berbagai komponen masyarakat mulai dari karang taruna, kwartir gerakan pramuka, pencinta alam, aktivis lingkungan, pelajar dan mahasiswa, remaja masjid, ormas pemuda dan keagamaan, dan masyarakat umum.
“Kami sangat mengharapkan partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam gerakan selamatkan Indonesia ini,” ujar Shiddiq.
Menurut Shiddiq, dalam dua dasawarsa terakhir, pengelolaan lingkungan di Indonesia, khususnya di Kalimantan sudah pada tingkatan yang sangat mengkhawatirkan dan cenderung mengabaikan nilai-nilai budaya daerah dan kearifan lokal. “Kalau dibiarkan kondisi ini akan sangat membahayakan,” tegasnya.
Dia mencontohkan, sejumlah peristiwa bencana alam, mulai tanah longsor, banjir, kabut asap dan sebagainya, adalah dampak dari rendahnya kepedulian pemegang kebijakan lingkungan.
“Berdasarkan data, hutan di Indonesia berkurang secara drastis hingga mencapai 85 persen, baik karena perambahan hutan, pembukaan lahan kelapa sawit maupun untuk pertambangan batu bara. Oleh karena itu, Seknas JIMKa mendorong para pemegang kebijakan di tingkat pusat maupun daerah (provinsi/kabupaten/kota), agar segera merumuskan kebijakan yang benar-benar memperhatikan aspek lingkungan dan nilai-nilai kearifan budaya lokal,” tegasnya.(beritasatu.com)