Oleh : HERIANI*
Sesungguhnya sadar atau tidak, Indonesia sedang berada pada kondisi darurat budaya. Hal tersebut dapat kita lihat dari begitu banyaknya serangan kebudayaan luar melalui berbagai media, terutama media televisi, media yang paling banyak diakses oleh masyarakat negeri ini dari semua jenjang usia. Beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia seolah berlomba menayangkan berbagai tayangan seperti serial-serial drama India, film-film kartun india malaysia maupun dari negara lainnya. Seperti kita ketahui, serial-serial drama maupun film-film kartun tersebut secara tidak langsung selalu membawa identitas dan budaya mereka, baik dari segi bahasa, cara berpakaian, sikap maupun gaya hidup.
Sementara dari dalam negeri kita sangat jarang tayangan yang mengemas kebudayaan nusantara dengan baik dan menarik, yang banyak ditayangkan justru gaya hidup hedonis, glamor dan konsumerisme orang Indonesia. Memang tidak ada yang salah jika kita tertarik untuk mengetahui dan mempelajari budaya lain, namun mencintai budaya lain melebihi budaya bangsa sendiri apalagi meniru bahkan meng-implementasikannya secara utuh ke dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang tentunya menggerus jati diri dan identitas kebudayaan serta karakter bangsa ini. Fenomena kuatnya diplomasi dan penetrasi budaya asing melalui media adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari di era keterbukaan ini, oleh karena itu penguatan pendidikan sebagai benteng pertahanan bagi kebudayaan adalah hal penting yang harus segera kita lakukan.
Berbicara mengenai pendidikan biasanya kita langsung merujuk kepada institusi pendidikan formal yakni sekolah, yang bertujuan mencetak manusia-manusia dengan pengetahuan intelegensi atau kecerdasan umum yang baik dan berprestasi. Namun, sebenarnya pendidikan bukan hanya mengenai pengetahuan intelegensi saja, lebih dari itu setiap pendidikan, baik itu formal atau pun tidak seharusnya juga menyertakan pendidikan karakter atau akhlak, pendidikan sosial, budaya serta pendidikan spiritual yang termasuk di dalamnya nilai-nilai agama dalam proses belajar-mengajar. Ilmu tanpa karakter, iman serta kepekaan sosial dan budaya pemiliknya bagaikan padi yang tumbuh tanpa isi, hampa dan tidak bermanfaat apa-apa. Pendidikan-pendidikan tersebut merupakan tanggung jawab dan membutuhkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan keluarga untuk mewujudkannya.
Pendidikan karakter, spiritual, intelegensi dan sosial bertujuan untuk membentuk manusia cerdas dengan kepribadian dalam hal ini sikap, perilaku serta moral yang baik. Namun, yang luput dari perhatian kita adalah pendidikan budaya. Pendidikan budaya selama ini biasanya dimasukkan ke dalam pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, namun ada juga sekolah yang sama sekali tidak ada pelajaran muatan lokalnya. Pelajaran ini umumnya hanya memberikan pengetahuan mengenai bahasa daerah setempat, jarang yang betul-betul membahas secara mendalam mengenai kearifan lokal daerah tempat tinggal mereka.
Hal ini dapat menjadikan generasi muda kita sangat mudah melupakan budaya daerahnya dan lebih mengetahui bahkan meniru budaya lain yang dianggapnya bagus dan superior dibanding budaya daerahnya yang menurutnya ketinggalan dan kampungan. Fenomena generasi muda yang tidak mengenal lagi budaya daerahnya tentu sangat mengkhawatirkan masa depan bangsa ini. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya akan ragam budayanya, setiap daerah memiliki kekayaan budaya masing-masing membentuk kebhinekaan yang terbungkus dalam kesatuan sebagai satu bangsa dan tanah air. Bila budaya-budaya daerah tersebut telah punah karena dilupakan, maka bangsa ini akan akan kehilangan karakter dan identitasnya sebagai bangsa yang besar dan bersatu dalam kebhinekaan. Bangsa ini akan terombang-ambing dan terseret arus budaya asing yang akan menghempaskannya ke jurang kehancuran. Oleh karena itu, pendidikan budaya merupakan tugas penting dan darurat untuk segera dilaksanakan.
Ada tiga hal penting yang sebaiknya ada dalam pendidikan budaya di Indonesia, pertama adalah penanaman prinsip pada generasi-generasi muda bahwa kita sebagai bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, keyakinan dan budaya yang berbeda-beda, namun harus selalu bersatu sebagai satu bangsa. Kebhinekaan adalah keistimewaan dan kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Kedua, pendidikan budaya seharusnya juga menyangkut pengetahuan mengenai sejarah lokal serta tokoh-tokoh sejarah dan penting di masing-masing daerah juga harus disertakan. Mengapa sejarah lokal menjadi aspek penting dalam pendidikan budaya?
Jawabannya adalah karena sejarah lokal merupakan bagian penting dari budaya dan identitas daerah tersebut. Selama ini kebanyakan sekolah memberikan pelajaran mengenai sejarah daerah lain bahkan sejarah negara lain, sementara sejarah lokal daerah sendiri tidak pernah dibahas dan diajarkan, akhirnya generasi muda tidak ada lagi yang mengetahui dan mengenal daerahnya sendiri. Ketiga, pelajaran muatan lokal yang menyangkut adat istiadat, kesenian daerah, bahasa daerah, makanan tradisional dan tata cara pengolahannya, tradisi-tradisi lokal serta bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya harus menjadi menu wajib dalam kurikulum pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Dari berbagai hal di atas, maka Pendidikan budaya menjadi poin penting untuk segera dilaksanakan terutama di kalangan generasi muda mengingat mereka adalah calon-calon penerus bangsa ini. Mereka adalah tumpuan harapan masa depan bangsa Indonesia. Mereka yang akan memikul tanggung jawab dalam menjaga karakter dan kebesaran bangsa ini. Karakter dan kebesaran bangsa ini ada dan terbentuk dari kebhinekaan budayanya. Karena itulah budaya merupakan pembentuk identitas, jati diri serta karakter suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya. []
Penulis adalah Seorang Ibu Rumah Tangga dan Mahasiswa Program S3 Pariwisata, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Email : febbyheriani@gmail.com
Sesungguhnya sadar atau tidak, Indonesia sedang berada pada kondisi darurat budaya. Hal tersebut dapat kita lihat dari begitu banyaknya serangan kebudayaan luar melalui berbagai media, terutama media televisi, media yang paling banyak diakses oleh masyarakat negeri ini dari semua jenjang usia. Beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia seolah berlomba menayangkan berbagai tayangan seperti serial-serial drama India, film-film kartun india malaysia maupun dari negara lainnya. Seperti kita ketahui, serial-serial drama maupun film-film kartun tersebut secara tidak langsung selalu membawa identitas dan budaya mereka, baik dari segi bahasa, cara berpakaian, sikap maupun gaya hidup.
Sementara dari dalam negeri kita sangat jarang tayangan yang mengemas kebudayaan nusantara dengan baik dan menarik, yang banyak ditayangkan justru gaya hidup hedonis, glamor dan konsumerisme orang Indonesia. Memang tidak ada yang salah jika kita tertarik untuk mengetahui dan mempelajari budaya lain, namun mencintai budaya lain melebihi budaya bangsa sendiri apalagi meniru bahkan meng-implementasikannya secara utuh ke dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang tentunya menggerus jati diri dan identitas kebudayaan serta karakter bangsa ini. Fenomena kuatnya diplomasi dan penetrasi budaya asing melalui media adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari di era keterbukaan ini, oleh karena itu penguatan pendidikan sebagai benteng pertahanan bagi kebudayaan adalah hal penting yang harus segera kita lakukan.
Berbicara mengenai pendidikan biasanya kita langsung merujuk kepada institusi pendidikan formal yakni sekolah, yang bertujuan mencetak manusia-manusia dengan pengetahuan intelegensi atau kecerdasan umum yang baik dan berprestasi. Namun, sebenarnya pendidikan bukan hanya mengenai pengetahuan intelegensi saja, lebih dari itu setiap pendidikan, baik itu formal atau pun tidak seharusnya juga menyertakan pendidikan karakter atau akhlak, pendidikan sosial, budaya serta pendidikan spiritual yang termasuk di dalamnya nilai-nilai agama dalam proses belajar-mengajar. Ilmu tanpa karakter, iman serta kepekaan sosial dan budaya pemiliknya bagaikan padi yang tumbuh tanpa isi, hampa dan tidak bermanfaat apa-apa. Pendidikan-pendidikan tersebut merupakan tanggung jawab dan membutuhkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan keluarga untuk mewujudkannya.
Pendidikan karakter, spiritual, intelegensi dan sosial bertujuan untuk membentuk manusia cerdas dengan kepribadian dalam hal ini sikap, perilaku serta moral yang baik. Namun, yang luput dari perhatian kita adalah pendidikan budaya. Pendidikan budaya selama ini biasanya dimasukkan ke dalam pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, namun ada juga sekolah yang sama sekali tidak ada pelajaran muatan lokalnya. Pelajaran ini umumnya hanya memberikan pengetahuan mengenai bahasa daerah setempat, jarang yang betul-betul membahas secara mendalam mengenai kearifan lokal daerah tempat tinggal mereka.
Hal ini dapat menjadikan generasi muda kita sangat mudah melupakan budaya daerahnya dan lebih mengetahui bahkan meniru budaya lain yang dianggapnya bagus dan superior dibanding budaya daerahnya yang menurutnya ketinggalan dan kampungan. Fenomena generasi muda yang tidak mengenal lagi budaya daerahnya tentu sangat mengkhawatirkan masa depan bangsa ini. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya akan ragam budayanya, setiap daerah memiliki kekayaan budaya masing-masing membentuk kebhinekaan yang terbungkus dalam kesatuan sebagai satu bangsa dan tanah air. Bila budaya-budaya daerah tersebut telah punah karena dilupakan, maka bangsa ini akan akan kehilangan karakter dan identitasnya sebagai bangsa yang besar dan bersatu dalam kebhinekaan. Bangsa ini akan terombang-ambing dan terseret arus budaya asing yang akan menghempaskannya ke jurang kehancuran. Oleh karena itu, pendidikan budaya merupakan tugas penting dan darurat untuk segera dilaksanakan.
Ada tiga hal penting yang sebaiknya ada dalam pendidikan budaya di Indonesia, pertama adalah penanaman prinsip pada generasi-generasi muda bahwa kita sebagai bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, keyakinan dan budaya yang berbeda-beda, namun harus selalu bersatu sebagai satu bangsa. Kebhinekaan adalah keistimewaan dan kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Kedua, pendidikan budaya seharusnya juga menyangkut pengetahuan mengenai sejarah lokal serta tokoh-tokoh sejarah dan penting di masing-masing daerah juga harus disertakan. Mengapa sejarah lokal menjadi aspek penting dalam pendidikan budaya?
Jawabannya adalah karena sejarah lokal merupakan bagian penting dari budaya dan identitas daerah tersebut. Selama ini kebanyakan sekolah memberikan pelajaran mengenai sejarah daerah lain bahkan sejarah negara lain, sementara sejarah lokal daerah sendiri tidak pernah dibahas dan diajarkan, akhirnya generasi muda tidak ada lagi yang mengetahui dan mengenal daerahnya sendiri. Ketiga, pelajaran muatan lokal yang menyangkut adat istiadat, kesenian daerah, bahasa daerah, makanan tradisional dan tata cara pengolahannya, tradisi-tradisi lokal serta bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya harus menjadi menu wajib dalam kurikulum pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Dari berbagai hal di atas, maka Pendidikan budaya menjadi poin penting untuk segera dilaksanakan terutama di kalangan generasi muda mengingat mereka adalah calon-calon penerus bangsa ini. Mereka adalah tumpuan harapan masa depan bangsa Indonesia. Mereka yang akan memikul tanggung jawab dalam menjaga karakter dan kebesaran bangsa ini. Karakter dan kebesaran bangsa ini ada dan terbentuk dari kebhinekaan budayanya. Karena itulah budaya merupakan pembentuk identitas, jati diri serta karakter suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya. []
Penulis adalah Seorang Ibu Rumah Tangga dan Mahasiswa Program S3 Pariwisata, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Email : febbyheriani@gmail.com