Achmad Fauzan Fachri (Foto/dok. pribadi)
Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat orang mudah mengakses informasi termasuk tren tertentu. Keberadaan media sosial menimbulkan dilema bagi penggunanya, dimana banyak anak muda sekarang merasa takut atau cemas ketika mereka ketinggalan akan suatu informasi atau tren yang sedang ramai diperbincangkan.
Fenomena ini dikenal sebagai Fear Of Missing Out (FOMO). FOMO bukan hanya sekedar rasa penasaran biasa, melainkan rasa takut tertinggal yang dapat mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang. Individu yang mengalami FOMO adalah mereka yang menggunakan media sosial secara berlebihan, terutama di kalangan Generasi Z yang sangat aktif di media sosial.
Fenomena FOMO kini semakin banyak kita temui dan muncul ketika seseorang melihat unggahan teman-temannya di media sosial yang menunjukkan aktivitas yang menarik perhatian mereka, seperti dari tren fashion, velocity tiktok, film atau drakor, atau tempat cafe yang unik.
Hal yang unik dan aneh saat ini malah menjadi tren yang lebih digemari dan dianggap keren. Sehingga hal tersebut mudah ditemui khalayak media sosial yang memancing rasa penasaran mereka dan kemudian mencoba atau mengikutinya. Kemunculan FOMO disebabkan perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat fenomena ini semakin menjadi-jadi.
FOMO mungkin dianggap sepele, tetapi dapat menimbulkan efek negatif seperti, insecure yang dimana rasa tidak percaya diri dengan kondisi saat ini, penyebab insecure bukan hanya berasal dari fisik melainkan dapat berasal dari finansial, gaya hidup, hubungan, dan lain sebagainya.
Pada awalnya, ketika kamu melihat kehidupan orang lain yang sempurna di Instagram yang menimbulkan rasa iri, seiring waktu membuat kamu jadi insecure dan menganggap hidup kamu belum mempunyai apa-apa dibanding mereka. Padahal kenyataannya, apa yang orang-orang posting di Instagram seringkali hanya memperlihatkan kesempurnaan dari kehidupan mereka. Banyak hal yang mereka sembunyikan di balik layar, seperti kegagalan, atau kesedihan yang sebenarnya juga mereka alami. Sosial media seringkali hanya menjadi etalase, bukan cerminan utuh dari kenyataan.
Akan tetapi, FOMO juga mempunyai dampak positif yaitu FOMO bisa memicu rasa ingin tahu dan mendorong seseorang untuk mencoba hal-hal baru, yang dapat mengarah pada peningkatan kreativitas dan inovasi.
Dalam era digital, FOMO dapat mendorong individu untuk lebih aktif dalam mengikuti perkembangan teknologi dan tren terbaru yang bermanfaat, misalkan sekarang ramai orang orang berolahraga lari karena FOMO, mereka tergerak untuk melakukan kegiatan tersebut yang tadinya mereka jarang berolahraga tetapi karena adanya FOMO, mereka jadi tergerak untuk mencoba olahraga tersebut.
FOMO juga dapat menjadi penggerak bagi seseorang untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan yang lebih besar, ini bisa kita lihat dengan trend JJ (jedag jedug) yang menampilkan nilai IPK semester yang nilainya hampir sempurna. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa motivasi bagi para mahasiswa untuk belajar lebih giat sehingga ketika mereka berhasil mendapatkan IPK yang tinggi mereka bisa mengikuti tren tersebut.
Fear of Missing Out (FOMO) berbahaya jika membuat kamu terus menerus mencari validitas lewat unggahan di media sosial, apalagi sampai kehilangan jati diri sendiri.
Untuk mencegah FOMO, penting untuk membangun self-awareness (kesadaran diri) dengan mengenali minat, kebutuhan, dan batasan diri terhadap pengaruh tren yang muncul di media sosial. Pahamilah bahwa kebutuhan itu terbatas, sedangkan keinginan tidak akan ada habisnya. Menerima kemampuan diri dibandingkan memenuhi setiap keinginan yang kamu miliki, jauh lebih bijaksana dibandingkan menuruti semua dorongan hati untuk kepuasan sesaat.
Putuskan apa yang menjadi prioritas dan fokuslah pada itu. Menyadari bahwa setiap perjalanan kehidupan orang-orang itu berbeda, ini dapat membantu kita agar lebih fokus terhadap tujuan dan kebahagiaan kita sendiri. Dan yang paling penting adalah untuk membatasi waktu penggunaan media sosial secara sadar dan terukur, ketika sudah terlalu lama menghabiskan waktu di media sosial penting untuk segera menghentikan aktivitas tersebut dengan mengalihkan kegiatan di dunia nyata yang lebih bermanfaat, seperti olahraga,baca buku dan melakukan kegiatan yang kamu sukai.
Fenomena FOMO mencerminkan bagaimana media sosial dapat membentuk cara pandang dan perilaku Generasi Z dalam kehidupan di era digital saat ini. Hal tersebut disebabkan adanya ketakutan akan tertinggal informasi dan tren bisa menimbulkan tekanan negatif dalam psikologis.
Namun, dengan kita membangun self-awareness bisa mengatur prioritas dan membatasi penggunaan media sosial. Pada akhirnya hidup kita bukan untuk membandingkan diri dengan dunia maya, melainkan bagaimana kita hidup dengan rasa syukur dan versi terbaik dari diri kita.[]
Penulis :
Achmad Fauzan Fachri, Mahasiswa aktif Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang