![]() |
Muhammad Sholahudin/IST |
Accelerated Learning adalah model pembelajaran yang didasarkan pada penelitian tentang belajar dan otak. Sifatnya fleksibel dan dapat digunakan dengan berbagai cara dan media. Pembelajar dilibatkan sepenuhnya. Accelerated Learning mendukung semua jenis belajar dan meningkatkan proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan sangat mementingkan hasil.
(Rachmita dkk, 2013) Model Accelerated Learning adalah strategi belajar yang cepat diingat/cepat bisa adalah cara belajar menggunakan kreatif . Tujuan dari pembelajaran dipercepat adalah untuk melibatkan kemampuan belajar peserta didik sepenuhnya, untuk menjadikan pembelajaran ceria dan bermanfaat bagi mereka, dan untuk berkontribusi sepenuhnya terhadap kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan kesuksesan.
Dalam pembelajaran akselerasi adalah capaian hasilnya, bukan metode yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Meier (2002) bahwa “Metode apa pun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran termasuk dalam pembelajaran model Accelerated Learning.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran akselerasi merupakan upaya untuk memperbaiki keadaan mutu pendidikan khususnya pada kemampuan belajar sehingga dapat belajar lebih cepat, lebih banyak mengingat, menghafal cepat, membaca cepat, mencatat efektif, dan berpikir kreatif. Melalui penerapan pembelajaran dipercepat di kelas, siswa yang mempunyai kemampuan lemah dalam memahami pelajaran akan terlihat lebih baik dari sebelumnya, yang diibaratkan seperti benih yang akan segera tumbuh.
Hal tersebut menunjukkan bahwa belajar pembelajaran accelerated dapat membantu siswa lebih memahami materi yang akan diajarkan, dan tentunya ilmu yang didapat akan terasa lebih nikmat dan bermakna accelerated berarti dipercepat dan learning berarti pembelajaran. Pembelajaran yang dipercepat merujuk pada pembelajaran yang berjalan dengan cepat, menyenangkan, dan memuaskan.
Accelerated Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memperhatikan secara lebih mendalam keadaan psikologi siswa dalam proses belajar. Model ini memiliki nilai unique jika dibandingkan dengan pembelajaran yang sifatnya konvensional. Salah dari satu keunikan pembelajaran ini adalah pendekatan yang cenderung fleksibel, penuh kegembiraan, kolaboratif, melibatkan multi indra, menekankan pada aktivitas, serta melibatkan aspek mental, emosional, dan fisik.
Accelerated Learning merupakan daya serap serta pemahaman terkait konsepan terbaru dengan gesit dan dikuasainya informasi. Accelerated Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan aktif siswa, dengan implemantasi model yang bervariasi dan terciptanya lingkungan yang kondusif. Model ini berusaha untuk memaksimalkan kecepatan dan efisiensi pembelajaran dengan memanfaatkan potensi kognitif dan emosional siswa.
Dalam konteks ini, siswa diharapkan menjadi lebih terlibat secara pribadi dan menciptakan koneksi bermakna dengan materi pelajaran. Secara umum, Accelerated Learning mengusung ide bahwa pembelajaran dapat dipercepat melalui penggunaan metode yang merangsang berbagai indera dan melibatkan siswa secara menyeluruh. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya kreativitas, kolaborasi, dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran.
Accelerated Learning adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan efektivitas pembelajaran. Ahli- ahli dalam bidang ini telah menyumbangkan berbagai pandangan. Menurut Dave Meier, salah satu tokoh dalam Accelerated Learning, pendekatan ini menekankan pada keterlibatan emosional, keaktifan siswa, dan penggunaan beragam metode pembelajaran.
Dr. Georgi Lozanov, seorang ahli psikologi asal Bulgaria, mengembangkan metode "Suggestopedia"yang merupakan salah satu pendekatan Accelerated Learning. Ia menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang positif dan rileks untuk meningkatkan retensi informasi.Secara umum, Accelerated Learning mencakup penggunaan berbagai strategi seperti musik, gerakan fisik, dan visualisasi untuk meningkatkan pemahaman dan retensi informasi.[]
Pengirim :
Muhammad Sholahudin, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmi Tarbiyah Madani Yogyakarta