![]() |
Foto/Ilustrasi |
Sains dan agama dikenal sebagai dua aspek yang bertolak belakang. Kejadian yang diceritakan pada ayat suci umat Islam yaitu Al-Qur’an mempunyai kebenaran yang umumnya tidak bisa diujikan. Hal tersebut mencakup makhluk dan peristiwa supranatural seperti jin, malaikat, serta peristiwa yang tidak masuk akal. Sedangkan sains merupakan sebuah rumpun ilmu yang didasarkan pada fakta dan telah diuji kebenarannya melalui eksperimen-ekperimen yang dapat menjadi titik terang dan seterusnya akan dikembangkan. Pada kedua hal tersebut sudah terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan yang kontras tentang sains dan agama.
Akan tetapi pada perkembangan zaman mulai terkuak berbagai peristiwa sains yang sudah tercantum dalam ayat suci Al-Qur’an. Hal tersebut membuat agama mulai diyakini dengan kebenaran-kebenaran yang telah muncul serta menjadi topik perbincangan pada berbagai kalangan mengenai eksistensinya. Sebagai beberapa contoh yang sudah terbukti pada ilmu sains :
Yang pertama, mengenai penciptaan manusia. Pada penciptaan manusia dijelaskan dalam Q.S Al-Anbiya’ ayat 3 puluh yang mempunyai arti “Dan kami ciptakan segala sesuatu yang hidup dari air”. Pada realitas di kehidupan nyata, dapat kita ketahui bahwa air merupakan sumber dari segala kehidupan. Hal tersebut juga dipertegas dengan penjelasan sains dalam rumpun ilmu biologi tentang lebih dari 70% di tubuh manusia terdiri dari air.
Yang kedua, pada penciptaan janin manusia. Penciptaan janin manusia mempunyai tahapan dalam perkembangan hingga menjadi manusia. Berawal dari munculnya embrioyang tercipta dari kandungan sel sperma dan sel telur, kemudian berubah menjadi zigot dan jaringan, pembentukan tulang serta pembungkusan tulang atau otot. Hal tersebut termaktub dalam Q.S Al-Mu’minun ayat 3 belas sampai empat belas yang berbunyi: “Kemudian kami jadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim), lalu air mani tersebut kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpan daging, lalu segumpal daging itu kami jadikan tulang, lalu tulang itu kami bungkus dengan daging”. Dari penjelasan ayat tersebut dapat dilihat bahwa terdapat keselarasan mengenai tahapan pembentukan janin manusia.
Yang ketiga, fakta yang paling membuat gempar adalah laut yang tidak tercampur. Pada fenomena ini dapat kita pahami bahwa adanya keserasian antara tanda-tanda Allah dan yang terjadi pada alam semesta. Yang dimaksud dua air laut yang tidak bercampur adalah lautan yang memiliki rasa asin dan lautan yang memiliki rasa taar. Air asin disini berasal dari samudra dan laut. Sedangkan air taar berasal dari sungai. Pada ayat firman Allah yaitu pada Q.S. Ar-Rahman ayat 19-20 dan Q.S Al-Furqon ayat 5 3. Pada Q.S Ar-rahman ayat 19-20 memiliki arti: Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu. Di antara keduanya. Ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.
Adapun Q.S Al-Furqon ayat 5 3 juga menjelaskan isi mengenai dua air laut yang mengalir secara berdampingan tanpa tercampur baik, dari zat suhu maupun lainnya. Pada penjelasan sains dijelaskan bahwa terdapat perbedaan massa baik dari suhu, kadar garam atau kepadatan berbeda sehingga terdapat garis atau pembatas alami yang memisahkan kedua lautan tersebut.
Dari ke3 fenomena tersebut, dapat dilihat bahwa mulai terdapat iringan antara firman Allah dengan sains yang mempunyai sistem ilmu yang berbeda. Yang awalnya terdapat keraguan didalam firman Allah yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, sekarang mulai terdapat keselarasan antara ilmu sains yang mengutamakan fakta. Jadi, Dari keajaiban-kejaiban yang terdapat didalam Al-Qur’an tersebut yang sudah diakui kebenarannya akankah manusia mulai mempercaya eksistensi konteks Al-Qur’an?, atau itu hanya terjadi secara kebetulan?.[]
Penulis :
Suci Indah Sari, mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan