Notification

×

Iklan

Iklan

Mencari Tuhan di Balik Mikroskop: Sains Bertanya, Agama Menjawab

Selasa, 20 Mei 2025 | Mei 20, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-20T12:49:58Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Foto/ILUSTRASI

Di zaman modern yang penuh informasi ini, kita sering dihadapkan pada banyak pilihan yaitu diantaranya harus memilih antara percaya pada ilmu pengetahuan atau memegang teguh iman. Sains dan agama kerap digambarkan sebagai dua jalan yang saling berlawanan, seolah-olah keduanya saling bertentangan. Sains berbicara melalui angka, eksperimen dan logikan. Sedangkan, agama datang membawa wahyu, keyakinan dan makna hidup. Pertanyaanya, Benarkah keduanya tidak bisa berjalan bersama?


Sains adalah cara manusia memahami dunia secara sistematis. Dari mikroskop kita melihat keajaiban struktur sel yang tak kasat mata, dari teleskop kita bisa menjelajahi galaksi yang jauh diluar jangkauan mata. Semakin dalam manusia menggali hukum-hukum alam, semakin besar pula rasa kagum itu tumbuh. Namun seringkali dibalik kekaguman itu muncul pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa dijawab hanya dengan data, seperti siapa yang menciptakan semua ini? Mengapa hidup terasa penuh keteraturan? Apakah keteraturan ini hanya kebetulan? Atau bahkan muncul pertanyaan Apakah ada maksud dibalik semua ini?


Inilah peran agama. Agama bukan untuk menyaingi sains, tapi untuk melengkapi pencarian makna tersebut. Agama tidak membawa rumus, tetapi membawa nilai dan arah. Kalau sains menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi, maka agama mengajak kita bertanya: untuk apa semua itu terjadi? Jika sains mengajarkan bagaimana lampu dinyalakan, maka agama mengajarkan untuk apa cahaya itu digunakan. Jadi Keduanya memiliki peran yang sangat penting.


Seperti dijelaskan dalam sebuah jurnal Budi Pekerti Agama Islam. "Sains menafsirkan fenomena real, realitas alam semesta, sedangkan agama menafsirkan ayat-ayat Tuhan, nas agama. Dari hal demikian antara sains dan agama bisa saling melengkapi dan ada titik temunya" ( Hasbunallah, 2023 ). Dengan kata lain, keduanya bukan dua kubu yang harus berperang. Justru ketika disatukan sains dan agama bisa membantu manusia memahami alam semesta secara utuh, baik secara fisik maupun maknawi.


Contoh harmoni ini bisa kita lihat dari banyak tokoh besar sepanjang sejarah yang mampu merangkul keduanya. Ibn Sina dan Al-Farabi, misalnya, dikenal sebagai ilmuwan dan filsuf, sekaligus pemikir spiritual. Di Barat, Isaac Newton menemukan hukum gravitasi, namun ia juga menulis tafsir Alkitab. Mereka tidak melihat kontradiksi antara akal dan iman, tetapi jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam.


Sayangnya, di zaman sekarang, masih ada orang yang memandang sains sebagai ancaman bagi iman. Sebaliknya, ada juga yang menganggap agama menghambat kemajuan. Hubungan antara sains dan agama tidak selalu bersifat antagonistik, melainkan bisa saling melengkapi. Seperti dua sayap burung, sains dan agama bisa membawa kita terbang lebih jauh: bukan hanya untuk tahu, tapi juga untuk memahami. (Syarif Hidayatullah, 2017)


Saat ini generasi muda hidup di tengah banjir informasi. Mereka membaca data, menonton video sains, namun juga mencari makna dan pegangan hidup. Karena itu, penting untuk tidak memisahkan sains dan agama dalam pendidikan. Kita tidak hanya butuh kecerdasan logika, tapi juga kedalaman hati. Kita perlu tahu bagaimana bumi berputar, sekaligus tahu ke mana arah hidup ini dituju.


Melalui sains, kita diajak berpikir kritis dan mengagumi keteraturan ciptaan. Melalui agama, kita diajak merenung dan merasakan kehadiran Sang Pencipta di balik segala yang teratur itu. Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Justru ketika keduanya disatukan, kita bisa melihat dunia dengan lebih utuh—bukan hanya sebagai kumpulan fakta, tetapi juga sebagai rangkaian makna.


Di zaman yang serba canggih ini, mungkin kita memang perlu lebih sering melihat ke dalam mikroskop dan menatap langit dengan teleskop. Namun, sambil melakukan itu, jangan lupa untuk juga menunduk dalam doa. Sebab, pengetahuan akan membawa kita pada pemahaman, tapi hanya dengan hati kita bisa merasakan kehadiran Tuhan. Sains mungkin bisa menunjukkan bagaimana alam semesta bekerja, tetapi agama membantu kita memahami kenapa semua itu penting bagi jiwa.


Maka, alih-alih memilih salah satu, mengapa tidak berjalan bersama keduanya? Sebab, dalam perjalanan mencari kebenaran, kita bukan hanya butuh jawaban tetapi juga arah tujuan.[]


Penulis :

Erlika Nurul 'Aini, mahasiswa Program Studi Tadris Matematika UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, email : erlikaaini382@gmail.com 

×
Berita Terbaru Update