![]() |
Foto/Ilustrasi |
Indonesia kini telah bertransformasi besar dalam hal komunikasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah memberikan kemudahan bagi kita untuk berinteraksi tanpa batas ruang dan waktu. Namun, sayangnya tidak semua wilayah khususnya daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) di Indonesia bisa memanfaatkan teknologi ini dengan efektif sehingga adanya kesenjangan digital yang nyata dan berimbas pada pola komunikasi masyarakat.
Kesenjangan digital adalah situasi dimana masyarakat urban (perkotaan) memiliki teknologi yang mewah. Didukung oleh infrastruktur modern dan penetrasi digital yang tinggi sehingga memudahkan mereka dalam memanfaatkan teknologi lebih mudah. Sedangkan, masyarakat rural (pedesaan) masih kurang terlayani membuat mereka miskin akan teknologi.
Akibatnya, warga rural belum bisa merasakan manfaat penuh dari teknologi digital yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat urban. Mereka terisolasi dari segi akses informasi dan peluang ekonomi digital.
Seperti contoh sederhana yang kita temukan dalam kehidupan saat ini, berkomunikasi memanfaatkan media sosial (WhatsApp, Instagram, Tiktok, dll) sudah menjadi kebiasaan bahkan kesukaan bagi masyarakat urban. Tetapi, bagi masyarakat rural yang awam, mereka masih menggunakan komunikasi tradisional dan alat komunikasi sederhana seperti ponsel basic. Karenanya, mereka seringkali tertinggal dalam mendapatkan informasi terbaru yang penting.
Lantas, apa alasan utama kesenjangan digital antara perkotaan dan pedesaan ini terjadi?? Berikut beberapa faktor penyebab kesenjangan digital:
1. Ketidakmerataan Infrastruktur
Di wilayah perkotaan, infrastruktur komunikasi telah berkembang dan tersebar luas. Kemajuan teknologi broadband (internet cepat) serta perkembangan jaringan generasi terbaru (4G & 5G) sudah ada dan dapat dirasakan oleh masyarakat urban. Mendukung aktivitas digital mereka, mulai dari pendidikan, pekerjaan, komunikasi, hingga hiburan.
Sebaliknya, pedesaan masih menghadapi keterbatasan infrastruktur yang signifikan. Banyak desa yang belum terlayani jaringan internet yang memadai sehingga sulit bagi mereka untuk mengakses layanan publik digital, pendidikan jarak jauh, dan peluang ekonomi berbasis teknologi.
Menurut data dari Kementerian Kominfo, lebih dari 12.000 desa di Indonesia masih belum memiliki akses internet yang memadai. Penetrasi internet di pedesaan baru sekitar 60-65%, jauh tertinggal dibandingkan perkotaan yang mencapai lebih dari 90%. Hal ini membuktikan bahwa ketidakmerataan infrastruktur adalah penyebab utama kesenjangan digital yang berimbas pada komunikasi antara masyarakat urban dan rural.
2. Literasi Digital
Selain infrastruktur, literasi digital menjadi hal penting yang mengakibatkan kesenjangan digital antara perkotaan dan pedesaan. Data Kementerian Kominfo 2023 menunjukkan sekitar 40% masyarakat pedesaan memiliki literasi yang minim, sehingga sulit mengoptimalkan kemajuan teknologi yang ada.
Meskipun mereka mempunyai ponsel tapi sayangnya, karena literasi digital yang minim, masyarakat rural belum mampu mengoptimalkan teknologi dan internet secara keseluruhan. Seperti menggunakan teknologi pendidikan jarak jauh, e-commerce, atau layanan publik online (Gojek, Halodoc, dll). Selain itu, rendahnya literasi digital ini juga dapat membuat mereka renta akan berita hoaks dan penyalahgunaan data pribadi.
Sementara masyarakat urban, mereka umumnya lebih melek teknologi dan aktif menggunakan berbagai platform digital, seperti medsos, aplikasi pesan instan, dan layanan digital lainnya. Oleh karena itu, mereka dapat lebih waspada dan memilah berita yang ingin dikonsumsi dengan benar.
Dua faktor tersebut terbukti jelas sebagai alasan utama kesenjangan digital terjadi antara perkotaan dan pedesaan dalam studi kasus di Desa Katingan, Kalimantan Tengah oleh Syifa, dkk. Masyarakat Desa Katingan, khususnya pelajar kesusahan mengakses internet karena terbatasnya infrastruktur. Apalagi saat pandemi, mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran daring akibat sulit sinyal. Selain itu, rendahnya literasi digital di desa tersebut membuat warga sulit mengakses informasi penting. (Syifa, dkk. 2024).
Kesenjangan digital ini tidak hanya sekedar permasalahan yang kecil, namun juga isu global yang perlu diperhatikan. Kepala Ekonomi dan digital Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Samuel Hayes, menilai kesenjangan akses internet sebagai “kesalahan besar yang harus segera diatasi” karena berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Inggris berkomitmen membantu Indonesia melalui program pelatihan literasi digital dan pengembangan infrastruktur di daerah terpencil.
Dampak Kesenjangan Digital Terhadap Pola Komunikasi Masyarakat Urban vs Rural
Kesenjangan digital dalam pola komunikasi antara masyarakat urban dan rural yaitu ketika modernitas bertemu tradisi. Bagi masyarakat urban, komunikasi digital sudah menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan, dengan penggunaan media sosial, aplikasi instan, dan video call membuat mereka bisa menjalin relasi lebih mudah. Bisa berkomunikasi dengan siapapun bahkan secara global yang menunjukkan bahwa masyarakat urban kini tidak terlepas dari komunikasi digital.
Sementara itu, masyarakat rural masih bertahan pada pola komunikasi tradisional akibat dampak dari kesenjangan digital ini. Masih banyak dari mereka yang melakukan interaksi secara tatap muka dan langsung. Hal inilah yang menjadi penghambat bagi mereka dalam menerima informasi dengan cepat. Sehingga, mereka selalu terlambat dari masyarakat urban.
Solusi untuk Menjembatani Kesenjangan Digital yang berimbas pada Pola Komunikasi :
1. Pembangunan Infrastruktur yang Merata: Pemerintah harus mempercepat penyediaan jaringan internet berkualitas dan infrastruktur yang tersebar luas di desa dengan dukungan regulasi yang memudahkan investasi dan penyedia layanan.
2. Peningkatan Literasi Digital: Program edukasi mengenai literasi digital harus ditingkatkan dan diperluas hingga pada masyarakat pedesaan. Tidak hanya mengajarkan pemanfaatan teknologi, tapi juga keamanan serta etika digital. Sehingga masyarakat rural dapat mengoptimalkan teknologi secara tepat dan benar.
3. Pemberdayaan Komunitas Lokal: Melibatkan masyarakat rural dalam pemberdayaan, perencanaan, dan pelaksanaan program digital. Program seperti e-Desa dan desa digital menjadi bukti nyata bagaimana teknologi bisa diselaraskan dengan kebutuhan lokal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan.
Kesimpulan
Kesenjangan komunikasi digital antara perkotaan dan pedesaan adalah tantangan besar yang menghambat kemajuan sosial dan ekonomi Indonesia. Kesenjangan ini telah mengubah pola komunikasi masyarakat urban yang kini tak terlepas dari komunikasi digital. Namun sebaliknya, masyarakat rural masih terjebak dengan komunikasi tradisional yang membuat mereka terus ketinggalan informasi penting. Oleh karena itu, ini menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dengan kerja sama antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat diharapkan Indonesia dapat terbebas dari kesenjangan ini kedepannya.
Referensi
Kementerian Kominfo Republik Indonesia, 2023, “Laporan Literasi Digital dan Kesenjangan Akses Internet”. APJII, 2024, “Data Penetrasi Internet Pedesaan dan Perkotaan Indonesia”. Antara News, 2025, “Inggris berbagi pengalaman atasi kesenjangan digital dengan Indonesia.” Badan Pengembangan SDM Kominfo, 2025. “Transformasi Digital dan Kesenjangan Digital di Pedesaan”. Syifa, A., N., dkk. (2024). Kesenjangan Digital dan Akses Internet di Kabupaten Katingan: Studi Kasus pada Masyarakat Pedesaan. Jurnal Kaganga: Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora, 8(1), 65–73.
Penulis :
Azalia Rizkita, mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh, Angkatan 2023, Informasi kontak IG: @r.azaliaa