Notification

×

Iklan

Iklan

Generasi Alpha dan Media Sosial: Tumbuh Bersama Dunia Virtual

Selasa, 01 Juli 2025 | Juli 01, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-01T01:05:00Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik

Muhammad Alpin Hidayat (Foto/dok. pribadi)

Generasi alpha merujuk pada kelompok anak anak tahun 2010 hingga pertengahan 2030-an. Mereka merupakan generasi pertama yang sepenuhnya tumbuh di era digital, di mana teknologi seperti smartphone, tablet, dan internet sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sejak mereka lahir.

 

Media sosial, yang sebelumnya menjadi tren baru bagi generasi milenial dan generasi Z, kini menjadi lingkungan alami bagi generasi alpha. Mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pengguna aktif yang cepat belajar, beradaptasi, dan bahkan menciptakan konten.

 

Kehadiran media sosial dalam kehidupan mereka bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat pembelajaran, dan tempat mengekspresikan diri mereka. Media sosial bagi Generasi Alpha sudah menjadi seperti "dunia kedua" tempat mereka tumbuh, belajar, dan berkembang.

 

Pentingnya media sosial bagi Generasi Alpha terletak pada peran media ini sebagai wadah utama dalam membentuk persepsi, kebiasaan, serta cara mereka berinteraksi dengan dunia. Media sosial memberi akses tak terbatas terhadap informasi dan hiburan, yang dapat mempercepat perkembangan kognitif, kreativitas, serta kemampuan digital.

 

Namun di sisi lain, paparan media sosial yang terlalu dini dan tanpa pengawasan bisa menimbulkan dampak negatif, seperti gangguan perhatian, kecemasan sosial, rendahnya kemampuan interaksi tatap muka, hingga risiko cyberbullying dan kecanduan digital. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pengaruh media sosial terhadap generasi ini sangat penting untuk menentukan pola pengasuhan, pendidikan, dan regulasi yang tepat.

 

Pelaku utama dalam fenomena ini tentu saja Generasi Alpha itu sendiri. Namun, ada peran besar dari orang tua, pendidik, pembuat kebijakan, dan perusahaan teknologi yang menciptakan platform media sosial. Para orang tua memiliki tanggung jawab untuk membimbing anak-anak mereka dalam menggunakan media sosial secara sehat.

 

Sekolah dan pendidik juga memegang peranan penting dalam membentuk literasi digital sejak dini. Sementara itu, perusahaan teknologi bertanggung jawab dalam menyediakan fitur keamanan dan konten yang ramah anak.

 

Influencer anak-anak, kreator konten cilik, serta komunitas daring juga turut berkontribusi dalam membentuk budaya digital yang memengaruhi Generasi Alpha. Dunia virtual bukan lagi sekadar tempat hiburan, tetapi telah menjadi ekosistem sosial yang penuh dinamika.

 

Platform seperti YouTube, TikTok, Instagram, dan bahkan versi anak-anak dari aplikasi populer seperti YouTube Kids atau Messenger Kids, menjadi ruang utama di mana Generasi Alpha mengeksplorasi dan berinteraksi. Dunia maya telah melampaui batas geografis dan sosial, menjadikannya sebagai “tempat tinggal kedua” bagi generasi ini.

 

Pengaruh media sosial terhadap Generasi Alpha dimulai sejak mereka mulai mampu berinteraksi dengan layar sentuh, yang bahkan bisa terjadi sejak usia di bawah tiga tahun. Seiring waktu, penggunaan media sosial dan konsumsi konten digital meningkat drastis, terutama saat pandemi COVID-19, ketika hampir semua aktivitas termasuk belajar, bermain, dan bersosialisasi bergeser ke ranah digital.

 

Namun, karena masih dalam tahap perkembangan, mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat tanpa filter kritis. Ini menjadikan mereka sangat rentan terhadap pengaruh negatif seperti standar kecantikan tidak realistis, konsumerisme digital, atau bahkan informasi yang menyesatkan.

 

Oleh karena itu, penting adanya pendekatan edukatif berbasis literasi digital sejak dini. Anak-anak perlu dibimbing untuk memahami batasan, etika, dan dampak penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental dan hubungan sosial mereka.

 

Pengawasan aktif dari orang dewasa, penggunaan fitur parental control, dan keterlibatan positif dalam dunia digital anak sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem virtual yang sehat.

 

Generasi Alpha tumbuh di tengah gelombang teknologi digital yang masif, dan media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian mereka. Dunia virtual bukan sekadar pelengkap, melainkan menjadi ruang tempat mereka belajar, bermain, dan membentuk identitas.

 

Oleh karena itu, pemahaman terhadap dinamika antara Generasi Alpha dan media sosial sangat krusial, bukan hanya untuk masa depan mereka, tetapi juga untuk masa depan masyarakat digital secara keseluruhan. Sinergi antara orang tua, pendidik, pembuat teknologi, dan pemerintah menjadi kunci dalam menciptakan pengalaman digital yang aman, positif, dan mendidik bagi generasi penerus dunia ini.[]

 

Penulis :

Muhammad Alpin Hidayat, Mahasiswa Ilmu Komunikasi S2 Universitas Pamulang

×
Berita Terbaru Update