![]() |
Nazwa Dwi Ramadani (Foto/dok.pribadi) |
Film Agak Laen merupakan salah satu karya sinema komedi Indonesia yang berhasil mencuri perhatian publik sejak penayangannya. Disutradarai oleh Muhadkly Acho, film ini dirilis pada tahun 2024 dan menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa di Indonesia, menembus jutaan penonton dalam waktu relatif singkat. Dibintangi oleh kuartet komedian asal Sumatera Utara, yaitu Indra Jegel, Boris Bokir, Bene Dion, dan Oki Rengga, film ini menghadirkan nuansa komedi segar dengan latar budaya yang sangat kental.
Film ini bercerita tentang empat sahabat yang bekerja sebagai penjaga rumah hantu di sebuah pasar malam yang sepi pengunjung. Demi meningkatkan pendapatan dan menarik perhatian publik, mereka berupaya memperbarui wahana tersebut agar lebih menyeramkan. Namun, upaya mereka justru mengarah pada kejadian tak terduga ketika seorang pengunjung benar-benar meninggal di dalam rumah hantu tersebut karena serangan jantung. Situasi menjadi kacau dan menimbulkan serangkaian konflik yang dibalut dengan humor khas Medan yang tajam, spontan, dan penuh warna.
Salah satu kekuatan utama dari Agak Laen adalah kemampuannya dalam menghadirkan komedi yang dekat dengan keseharian masyarakat, khususnya yang berasal dari Sumatera Utara. Penggunaan dialek Medan yang kental, logat yang lucu, serta dinamika sosial khas masyarakat urban diangkat secara natural dan berhasil mengundang gelak tawa penonton. Film ini menunjukkan bahwa komedi daerah mampu memiliki daya tarik nasional tanpa kehilangan identitas lokalnya. Dalam konteks ini, film ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga sebagai media pelestarian budaya daerah, khususnya bahasa dan cara hidup masyarakat Medan.
Secara sinematografi, film ini mengusung gaya visual yang sederhana namun efektif. Lokasi syuting yang didominasi oleh ruang sempit seperti rumah hantu dan pasar malam memberikan kesan intim, sekaligus memperkuat unsur kejenakaan dan kekacauan yang terjadi. Pemanfaatan musik latar dan efek suara pun digunakan secara tepat guna mendukung elemen komedi. Unsur visual yang tidak berlebihan justru memperkuat daya tarik naratif film ini karena penonton dapat lebih fokus pada interaksi antarkarakter dan perkembangan cerita.
Selain aspek hiburan, film ini juga menyisipkan kritik sosial secara halus mengenai kondisi pekerja informal, kesenjangan ekonomi, dan tekanan hidup di kota besar. Hal ini terlihat dari bagaimana karakter utama berusaha bertahan hidup dalam lingkungan yang keras dengan segala keterbatasannya. Penonton diajak untuk melihat kenyataan sosial masyarakat kelas bawah yang sering kali terpinggirkan, tetapi tetap berusaha bertahan hidup dengan semangat, solidaritas, dan, tentu saja, tawa. Meski dibalut dengan komedi, film ini sesungguhnya membawa pesan moral tentang persahabatan, kerja keras, dan pentingnya memperjuangkan harapan di tengah keterbatasan.
Kehadiran film Agak Laen membuktikan bahwa film komedi Indonesia masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Keberhasilannya di bioskop tidak hanya dari segi jumlah penonton, tetapi juga dari apresiasi kritikus dan masyarakat umum yang menilai bahwa film ini mampu menyegarkan wajah perfilman tanah air. Dengan keberhasilan ini, Agak Laen membuka peluang bagi lebih banyak karya film daerah yang mengangkat kearifan lokal namun mampu menembus pasar nasional.
Lebih jauh lagi, film ini memberikan harapan bahwa perfilman Indonesia tidak harus selalu bergantung pada genre drama romantis atau horor untuk sukses secara komersial. Komedi yang cerdas, relevan, dan dekat dengan realitas sosial bisa menjadi kekuatan besar yang mempersatukan penonton dari berbagai latar belakang. Di tengah persaingan ketat industri hiburan, Agak Laen adalah contoh sukses dari karya yang berangkat dari kesederhanaan, namun memiliki resonansi luas.
Secara keseluruhan, Agak Laen bukan hanya sekadar film komedi, melainkan juga cerminan kreativitas sineas muda Indonesia yang mampu menggabungkan kekuatan lokal dengan daya tarik universal. Film ini adalah bukti bahwa cerita sederhana, bila dieksekusi dengan cerdas dan tulus, dapat menjadi tontonan yang berkesan dan menghibur. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Agak Laen telah menjadi tonggak penting dalam perkembangan film komedi lokal yang berani tampil beda.[]
Penulis :
Nazwa Dwi Ramadani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang